'..i'm your friend! Please help me!'

Kutolehkan kepalaku keatas, memandang gumpalan awan pagi dilangit.
"Seandainya saja," hembusku.

Walau kata itu terasa hampa percuma, namun sederet 'seandainya' tetap saja meluncur.

Seandainya, aku tak ada bertanya tentang Regi pada Dokter Davian..

Seandainya, aku dulu tak diam saja selama tiga tahun ia menjauh dan aktif mengkontakinya..

Seandainya, dulu keluargaku tak mendukungnya masuk dunia militer..

Seandainya...

Seandainya...

.

.

Hanya bisa berandai-andai.

Karena kenyataannya, kehancuran telah terjadi.

.

.

.

.

.

Laju speedboat terasa semakin cepat menabraki ombak membuat tubuhku tersentak naik turun beberapa kali.

Aku terlalu sibuk meratapi diri sampai telat memperhatikan keberadaan kami yang bergerak semakin dekat dengan sebuah kapal perang besar.

Aku terlalu sibuk meratapi diri sampai telat memperhatikan keberadaan kami yang bergerak semakin dekat dengan sebuah kapal perang besar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rasa panik menggelembung kembali didada hingga membuatku seketika berdiri kaku mengawasi dua tentara itu.

Oh Tuhan,

apa yang harus kulakukan?

Sekilas aku melirik pada Regi yang masih tak sadar dan ketika aku memandang balik, pintu besar di buntut belakang kapal perang itu sedang membuka dan memperlihatkan deretan

Sekilas aku melirik pada Regi yang masih tak sadar dan ketika aku memandang balik, pintu besar di buntut belakang kapal perang itu sedang membuka dan memperlihatkan deretan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RED CITY : ANNIHILATION Where stories live. Discover now