Merasa kupandangi, salah satu tentaranya memandangiku balik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Merasa kupandangi, salah satu tentaranya memandangiku balik.

Entah perasaanku saja atau tidak, tapi tentara berpakaian biru gelap loreng itu terlihat seperti melemparkan pandangan
tidak suka.

Err..

Seketika masuk kilatan cahaya berkedip di kabin heli beberapa kali membuatku refleks mengerjap.

Sempat kupikir kilatan petir, setelah ku cek balik lewat jendela ternyata itu kilatan dari senjata mesin, ditembakkan berturut-turut oleh tentara yang berjaga aktif dipinggir atap kearah kumpulan zombie yang mendesaki pagar barikadenya.

"Mereka, pasang listrik di pagarnya kan?"
Ceplosku.

"Ya tentu,"
Sahut Regi.
"Kami waktu itu memasang daya--"

Paaats!

Jantungku rasanya berhenti berdetak.

Seluruh lampu penerang gedung dibawah kami serentak padam.

Loh kok?!

Aku menutup mulut, memandangi jendela dengan penuh kengerian.

Dua penumpang disamping kami pun juga ikut mengeluarkan suara protes terkejut.

"Hei kalian!"
Pekikku, menengok panik sekilas kepada Regi, lalu pada dua tentara penjaga yang hanya diam,
"Mereka dibawah--"
Kupandangi sekarang pintu kokpit pilot yang berada diantara mereka.
"Gedungnya!!--"

Namun heli tetap melaju.

Oh Tuhan,

Aku memanjangkan tanganku, mencengkrami jendelanya.

Diantara kegelapan pekat dibawah,

Titik kilatan dari letusan senjata semakin gencar terlihat.

Regi didepanku semakin mencondongkan tubuhnya kejendela, sampai tali sabuk pengaman sepanjang bahunya tertarik menegang.

Mereka sedang berjuang!

Aku menepuk-nepuki jendela itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menepuk-nepuki jendela itu.

Please!

Rasa sesak yang kualami sewaktu menghadapi kumpulan zombie dalam keadaan gelap beberapa jam lalu kembali muncul.

"Ayo menyala!"
Pekikku dengan nafas tertahan.
"A...yo!"

Tuhan,

kucengkrami semakin kuat jendelanya.

mereka butuh daya listrik untuk menahan makhluk itu,

Kumohon!

.

.

.

Tak lepas mataku memandangi jendelanya.

Menunggu,

Dan menunggu.

.

.

Sampai akhirnya aku menyadari dibawah kami sudah bukan daratan lagi,

Melainkan pemandangan lautan hitam,

Dengan ombaknya yang beriak lembut.

Berarti batas utara,

sudah dilewati..

.

.

Aku bisa merasakan Regi memandangiku sekarang.

Aku bisa merasakan Regi memandangiku sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Lucy--"

Tidak!

Refleks aku menarik tanganku dari jendela, cepat-cepat menggunakannya untuk menutupi wajahku.

Karena aku menolak untuk memandang balik.

Menolak memandang ekspresi wajahnya yang menyatakan,

tentara dipertahanan terakhir ini telah kalah.

Dan harus merelakan kota Jakarta

menuju kejatuhannya.

.

.

.

War is hell,
but this is worse.

War is hell, but this is worse

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RED CITY
SEQUEL

--------------
ANNIHILATION

RED CITY : ANNIHILATION Where stories live. Discover now