Erangan Kesakitan

385 22 0
                                    

Ujung belati di tanganku meneteskan beberapa tetes darah segar.
Tanganku memang melesat cepat ke arah Michael namun tak sampai menikamnya hanya meninggalkan sayatan kecil di dadanya.
Kain bajunya robek dan sedikit cairan merah kental merembes ke bajunya.
Warna hitam pada kedua bola mataku memudar dan pandanganku kembali normal.

"Aku memang marah dan benci dengan kebodohanmu kak.
Namun aku lebih benci dan marah pada diriku sendiri jika aku sampai melukaimu.
Aku menyayangimu kak.
Aku memaafkanmu." ujarku lirih dengan butiran air mata menetes dari kedua sisi wajahku.

"Chiellyn?" ujar Michael lembut.

"Hhffftthhh...dasar Chrierist bodoh! Bukan ini akhir yang aku harapkan!" cetus Evil geram.

Aku pun langsung menoleh ke belakang melihat Evil yang berjalan cepat menghampiriku.
Ia menjulurkan tangannya padaku dan sekelebat kabut hitam tipis mengelilingi tanganku yang membuat aku tak bisa mengendalikannya.

Tanganku yang memegang belati ini pun bergerak sendiri tanpa kuharapkan.
Dengan cepat dan kuat belati itu pun  mengarah dan menikam perutku.

"AAARRGGHH....!!"

Aku mengerang kesakitan saat belati itu tertancap dalam di perut kananku.
Darah segar mulai mengalir deras tanpa bisa dihentikan.
Melumuri tangan dan tubuhku.

"TIDAKKK!!! CHIELLYYYNNNN!!" teriak Michael panik dan murka.

Mark pun sontak terkejut dengan apa yang terjadi.
Michael langsung menopang tubuhku yang terhuyung lemah.
Aku masih merasakan sakit yang luar biasa karena tikaman belati ini.
Cairan kental merah mulai keluar dari mulutku membuatku tak mampu lagi mengerang melampiaskan rasa sakitku.

"Dasar iblis brengsek!" ujar Markhiel marah dan langsung berlari cepat ke arah Evil sambil membawa samurai panjangnya.

Ia mencoba menebasnya berkali-kali namun tetap saja tak ada gunanya karena sang Evil selalu saja menghilang dalam kabut hitam.
Dengan senyuman dingin dan sedikit puas ia mempermainkan para kawannya itu.
Hantaman, pukulan, selalu bisa didaratkan Evil tepat di tubuh Mark.
Markhiel masih tak mau mengalah, ia terus mengejar Evil dan terus mencoba melawannya hingga Evil menghujamnya dengan tendangan keras tepat di dadanya.
Membuat tubuh Mark terpelanting jauh dan menabrak dinding gedung.

Mark terbatuk-batuk hingga mentyemburkan darah segar.
Ia mengertakkan gigi seraya memegangi dadanya mencoba menahan rasa sakit.

Michael meletakkanku perlahan dan mulai bangkit berdiri menyerang Evil.
Tangan kanannya sudah menggenggam erat sebuah pedang besar yang terbuat dari cahaya dan ia melontarkannya cepat ke arah Evil.

Namun hasil yang sama pun didapatkan oleh Michael.
Evil semakin tertawa puas melihat rasa sakit yang dirasakan Michael kawannya itu.

"Hahaha....jadi dengan cara inikah baru kau punya niat serius bertarung denganku." ujar Evil dengan tawa membahana.

"Tidak untuk bertarung denganmu! Namun untuk menghancurkanmu!" ujar Michael penuh kemurkaan.

Ia pun tak henti-hentinya mencoba menebas Evil dengan pedangnya itu.
Tetap saja tak berhasil.

Aku yang masih tak kehilangan kesadaran mencoba mencabut belati yang tertancap dalam di perutku.

"Arghh..." erangku kesakitan saat aku berhasil mencabut belati itu dari perutku.

Kelelahan sudah nampak dalam tubuh Michael.
Gerakannya mulai melambat.
Peluhnya semakin membasahi wajah dan tubuhnya.
Evil pun mengambil kesempatan ini.

Sekelebat kabut hitam melingkari leher Michael dan menariknya ke atas udara.
Michael merasa tercekik kesakitan sehingga membuat pedangnya terlepas dari pegangannya lalu terjatuh ke tanah.
Ia memegangi lehernya yang sangat sakit dan membuatnya sulit untuk bernafas.

"Jadi kinilah akhirmu? Captain Michael!" ujar Evil sambil tersenyum penuh kemenangan.

Kedua mata Evil berubah menjadi hitam seluruhnya.
Sebuah pedang besar di tangannya ia hunuskan cepat ke arah perut Michael.
Michael hanya bisa membelalakkan matanya tanpa bisa mengerang.
Cairan merah menetes pelan dari ujung bibirnya.

"TIDAAAKKKKK!!!" teriak Mark sambil menahan sakitnya berlari langsung ke arah Evil.

Kali ini ia bisa menyentuh Evil karena niat membunuhnya itu, yaitu saat kedua mata Evil berubah menjadi hitam legam seutuhnya.
Mark meraih tubuh Evil lalu mendorongnya sekuat tenaga dengan kekuatan tubuhnya.
Kabut hitam yang melingkari leher Michael pun langsung menghilang begitu juga pedang yang tertancap di tubuhnya.

Aku hanya bisa melihatnya dengan samar karena air mata yang menggenang penuh di kedua mataku.

"Kakak." ujarku lirih.

Michael (The End)Where stories live. Discover now