Ketakutan

408 26 0
                                    

"Ibu aku pulang." salam Boy saat memasuki rumah.

"Boy. Kau sudah pulang?" ujar Ibu Boy.

Boy melihat ibunya sedang mengobrol dengan seseorang di ruang makan.
Ia melihat seorang gadis cantik duduk di hadapan ibunya.
Gadis itu menoleh perlahan ke arahnya dan tersenyum manis.
Boy merasa terkejut dan bulu kuduknya mulai meremang.

Ia tak berani berkata apa-apa.
Ia hanya mampu melihat ibunya yang terus asyik berbincang dengan gadis cantik itu.
Ia melirik ke arah pintu kamar yang terbuka sedikit pintunya.
Ia melihat Leo adiknya sedang tertidur pulas.

Diam-diam ia keluar dari pintu depan dan berlari menjauh dari rumah.
Ia mengambil handphone dari tas sekolahnya.
Ia bahkan belum sempat mengganti baju seragamnya.
Ia mencari nomor lalu melakukan panggilan.

...

Setelah mandi aku mendengar handphone ku berbunyi yang kuletakkan di atas kasur.
Aku meraihnya dan menjawab panggilan itu.

"Halo Boy?
Tumben telepon kakak?
Ada apa?" tanyaku.

"Kak.
Cepatlah kemari.
Ada teman kakak yang waktu itu di rumah sakit.
Aku takut." ujar Boy sambil gemetar.

"Siapa Boy?" tanyaku penasaran.

"Entahlah!
Pokoknya perempuan yang waktu itu pernah bertemu di rumah sakit." ucap Boy.

"Oh...Bella.
Tunggu!
Bagaimana ia bisa tahu alamat rumahmu? Aku tak pernah memberitahunya sama sekali?" ujarku bertanya-tanya.

"Kak, aku mohon cepatlah datang.
Aku sungguh takut ia ada di rumahku." ucap Boy ketakutan.

"Oke oke Boy.
Kakak akan datang sekarang.
Jangan takut ya." ujarku mencoba menenangkannya.

"Iya kak.
Cepat datang.
Aku tunggu di dekat pertigaan.
Aku takut di dekat wanita itu." ujar Boy.

"Iya iya. Kakak datang." ucapku meyakinkannya.

...

Tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil dari luar rumahku.
Aku segera berlari ke depan dan membuka pagar.
Aku melihat kak Mark dan kak Michael sudah berdiri di dekat mobil putihnya.

"Kak Michael? Kak Mark?" ucapku senang sambil berlari kecil menghampiri mereka.

"Kau merindukanku?" tanya Michael sambil membelai lembut kepalaku.

"Emm...sangat." ucapku sambil mengangguk mantab dan tersenyum.

"Apa yang terjadi dengan kalian?" tanyaku khawatir sambil menyentuh luka cakaran di wajah Michael.

"Jangan khawatir.
Kami menang pertarungan.
Tuhan memberkati semua yang kami lakukan." ujar Michael.

"Benarkah? Syukurlah." ucapku lega.

"Apa selama kami di Santura tak ada kejadian apa-apa yang terjadi?" tanya Mark.

"Tidak.
Semuanya baik-baik saja.
Oh ya, barusan Boy telpon aku.
Ia sangat ketakutan karena ada Bella berkunjung ke rumahnya." ucapku.

"Siapa Bella?" tanya Mark.

"Aku bertemu dengannya saat pesta pernikahan tetanggaku di sebuah hotel.
Setelah itu kami jadi sering bertemu.
Apakah kau masih ingat kak wanita cantik bergaun merah waktu itu?" tanyaku pada Michael.

"Ehmmm....ya sepertinya aku mengingatnya." ucap Michael tak yakin.

"Entah mengapa Boy sangat takut terhadapnya.
Padahal ia tak seperti orang jahat." ujarku.

"Aku harus bertemu dengan Boy sekarang.
Aku punya perasaan buruk." ujar Mark sambil masuk ke dalam mobil.

"Tunggu! Aku ikut!" ucapku dengan suara keras.

Aku dan Michael pun menyusulnya menaiki mobil putih itu dan kami lekas pergi ke rumah Boy.

Michael (The End)Where stories live. Discover now