Salam kenal

1.1K 105 1
                                    

BRUMMMM....

Terdengar suara sebuah mobil memasuki garasi rumah.
Sesaat kemudian dua orang turun dari mobil itu.
Tak lain adalah aku dan Michael.

Aku termangu melihat kediamannya.
Rumah yang begitu indah, besar, mewah dan super nyaman.
Di dalam garasi tak hanya terdapat satu dua mobil tetapi lima mobil dan semua berwarna putih dengan berbagai tipe tentunya.

Rumah yang bernuansa putih dan nyaman.
Dikelilingi oleh dinding kaca baik lantai satu dan lantai dua.
Taman dengan berbagai macam tanaman mulai yang besar hingga kecil sekalipun.
Di tengah taman itu ada sebuah kolam ikan dengan beberapa air mancur yang menghiasi beberapa sudutnya.

Beberapa macam jenis bunga juga ambil andil menghiasi taman cantik itu.
Dua pilar putih menjuntai kokoh di depan pintu masuk.
Lantai marmer yang berkilau pun menyambut kami.

"Wuaaahhhh....ini rumahmu?" tanyaku tak percaya.

"Bisa dibilang seperti itu. Ini tempat tinggal kami saat mendapat tugas di dunia ini." ujar Michael menjelaskan.

"Tugas di dunia? Kamu merasa kalau kamu itu beneran seorang malaikat ya?" tanyaku tak percaya.

"Jadi selama ini kamu tak percaya padaku?" tanya Michael.

"Ya iyalah aku tak percaya.
Waktu itu aku minta bukti ke kamu aja, kamu gak kasih aku bukti apa-apa." ujarku polos.

"Hhh...terserahlah." ujar Michael tajam.

"Kamu punya kekuatan apa gitu?" tanyaku lagi mencoba meyakinkan diriku.

"Ada.
Tapi untuk apa juga aku perlihatkan padamu.
Toh kamu juga tak percaya kalau aku malaikat." jawab Michael dingin.

"Ehmm...maka dari itu buat aku percaya." ujarku sambil mengerjapkan kedua mataku sok keimutan.

"Hah sudahlah.
Mungkin orang yang akan aku kenalkan padamu ini bakal buat kamu percaya kalau aku ini sungguh seorang malaikat." ujar Michael.

"Hmmmm...baiklah.
Anggap saja aku percaya, lalu dengan apa kau beli rumah ini? Apa selagi kau turun ke dunia kau juga bawa berlian dari Surga?" tanyaku sambil terkekeh geli.

"Aiisshhh...dasar kau ini!
Mana bisa aku bawa berlian dari Surga.
Lagipula aku bawa pun, dunia ini tak akan sanggup untuk membelinya.
Itu tak bisa dinilai dengan angka pada otak manusia." ujar Michael tegas.

"Kenapa dia berkata seperti itu? Sok tahu kalau di Surga beneran ada berlian saja.
Apa benar dia malaikat?" tanyaku dalam hati.

"Tugas malaikat seperti kami itu tak terjadi kali ini saja.
Tapi juga dari masa lalu yang begitu lama sekali.
Mereka dan para Chrierist sudah mengumpulkan banyak sekali harta dunia dan salah satu kecilnya adalah rumah ini beserta isinya." ujar Michael menjelaskan sambil mengajakku berjalan memasuki rumah.

"Hmm dia lagi bohong gak ya?
Ngomong-ngomong salah satu kecil ya? Terus besarnya seperti apa coba?" pikirku.

"Apa orang tuamu di rumah?" tanyaku lagi.

"Hhhhh...kau ini.
Aku tak turun ke dunia melalui rahim manusia tetapi melalui cahaya." jawab Michael.

"Serius? Bahkan ia tak mengakui orang tuanya? Durhaka nih anak.
Tapi apa jangan-jangan yang ia katakan semua itu benar ya? Rasanya kok tinggi banget kata-katanya itu." pikirku.

"Hei Mark." sapa Michael dengan suara lantang kepada salah seorang pemuda yang berjalan santai mendekatinya.

"Kemana saja kau Chel?" tanya Mark dingin.

"Baru juga aku tinggal sebentar, segitu rindunya kau padaku." ujar Michael sambil tersenyum jahil.

"Cih...sapa juga yang merindukanmu!" ujar Mark kesal.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang