Jejak

347 27 0
                                    

Senja pun telah menampakkan dirinya memberi isyarat bahwa langit akan memekat.
Michael, Mark dan orang-orang suruhannya yang lain pun memutuskan kembali ke resort karena tak mungkin melakukan pencarian di malam hari di pulau Mallow mengingat sebagian pulau ini masih terdiri dari hutan liar yang begitu gelap.

"Aku tak bisa diam saja di sini.
Sampai sekarang Chiellyn belum ditemukan.
Aku harus mencarinya lagi." ujar Michael tegas.

"Kau jangan memaksakan diri dulu.
Aku juga mengkhawatirkan Chiellyn seperti dirimu.
Tapi setidaknya istirahatlah sebentar dan isi perut kosongmu itu sambil kita bicarakan ini." ujar Mark memaksa sambil menarik tangan Michael yang tadinya hendak pergi lagi.

Michael pun mengangguk mengiyakan.
Ia sadar saat ini Mark biasanya akan lebih berpikir bijak darinya.
Mereka pun memutuskan makan malam sebelum nanti kembali lagi mencari keberadaanku.

"Ada yang aneh dengan hilangnya Chiellyn.
Yang aku tahu dia itu gadis penurut.
Tak mungkin ia pergi sendirian tanpa ijin dari kita.
Lagipula ia sama sekali tak mengenal wilayah ini." ujar Mark.

"Jadi menurutmu Chiellyn diculik?" tanya Michael.

"Sepertinya begitu.
Tapi siapa yang menculik Chiellyn dan apa motifnya?" ujar Mark penuh keraguan.

"Orang di pulau ini tak ada yang mengenal Chiellyn.
Kalaupun mereka hanya menculik Chiellyn dan meminta tebusan pasti ia akan langsung menghubungi kita.
Tapi tak ada satupun dari kita yang mendapat kabar.
Menurutmu siapa dalang di balik ini?" tanya Michael.

"Selama ini kan kamu yang teramat dekat dengannya.
Apakah ia memiliki seseorang yang tak suka padanya?" tanya Mark.

"Musuh? Aku rasa tidak.
Semua orang suka pada Chiellyn.
Dia ramah dan baik hati.
Tak mungkin ada yang tak suka padanya hanya karena kebaikannya bukan?
Tapi aku tak tahu lagi jika memang ada.
Sifat manusia itu tak mampu aku tebak.
Bahkan malaikat seperti kita pun juga punya musuh bukan?" ujar Michael.

"Yach...kau benar." ujar Mark.

Seketika mereka langsung membelalakkan mata dan saling menatap satu sama lain seakan tahu akan sesuatu.

"EVIL!"

Mereka menyebut nama itu bersamaan.

"Tak lain lagi ini pasti ulah si setan sialan itu!" ujar Mark geram.

"Sial! Lantas bagaimana cara kita menemukan Chiellyn? Aku takut Chiellyn diapa-apakan olehnya." ujar Michael kelewat cemas.

"Jika memang Chiellyn ada di tangan Evil maka kita harus segera bertindak.
Tapi bahkan kita tak tahu dimana Evil membawa Chiellyn." ujar Mark kesal.

"Sepertinya dia sangat dendam dengan kita karena telah menghancurkan rencananya waktu itu." ujar Michael.

"Yach...mau bagaimana lagi.
Kita juga tak bisa melihat dia seenaknya saja membuat manusia saling menghancurkan.
Mentang-mentang ingin kedudukan lebih tinggi sebagai salah satu pangeran penguasa neraka.
Namun karena itu juga ia membalas dengan menghancurkan Chrieristku.
Aku tak akan membiarkannya jika kali ini ia menyakiti Chiellyn." ujar Mark.

"Aku rasa yang diincar sebenarnya bukanlah Chiellyn.
Namun kita." ujar Michael.

Tiba-tiba ada seorang suruhan Mark yang berlari kecil ke arah mereka dengan tergesa-gesa.
Tubuhnya babak belur, bajunya sobek sana sini juga wajahnya penuh luka dan darah.
Mark dan Michael langsung terkejut melihatnya dan segera menghampiri pria itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Mark.

"Tu..tuan...gudang...tua...di barat pulau...anda..."

Belum sempat kalimatnya terselesaikan pria itu pun langsung terjatuh lemah di lantai.
Mark dan Michael mengguncang-guncangkan tubuh pria itu mencoba membangunkannya namun upaya mereka sama sekali tak membuat tubuh pria yang sudah dingin itu berkutik lagi.

"Evil sedang menunggu kita." ujar Mark.

Michael (The End)Where stories live. Discover now