Calon Penghuni Surga

2.2K 183 5
                                    

"Oke Chel.
Aku jadi sangat penasaran dengan Chrierist mana yang bisa membuatmu turun tangan sendiri ke dunia ini.
Dia pasti mempunyai jiwa yang sangat spesial," ujar Mark.

Chrierist adalah seseorang yang hidup di dunia dengan jiwa yang bersih.
Karena kesuciannya itulah dunia ini begitu membencinya hingga ingin sekali menariknya masuk ke dalam gelapnya kehidupan.
Chrierist yang mampu bertahan akan merasakan sakit yang luar biasa dalam hidupnya.

Rasa sakit yang tak berdasar namun sangat menyakitkan.
Pimpinan Surga bertugas menurunkan beberapa malaikat untuk melindungi sang Chrierist.
Menjaganya dari rasa sakit itu dan melindunginya dari berbagai macam jebakan dunia yang ingin mengelabuinya.
Hingga akhirnya sang malaikat penjaganya yang akan menuntunnya dalam kehidupan yang lebih indah.

Kehidupan itu adalah Surga.
Chrierist sendiri adalah calon penghuni Surga.

" Entahlah.
Belum saatnya aku bertemu dengannya," ujar Michael sambil terus membolak balikkan sebuah majalah di pangkuan tangannya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Mark sambil mengintip isi majalah yang dibaca oleh Michael.

"Aku tak mengerti.
Kau bilang tak memakai baju di dunia ini adalah hal yang tak wajar.
Namun perempuan-perempuan ini hanya memakai setengah.. (sambil menggeleng) bukan, namun lebih sedikit lagi dari pakaian yang kukenakan saat ini," ujar Michael polos.

"Aissshhhh.. kau tak boleh melihat hal seperti ini," ujar Mark sambil merebut majalah dari tangan Michael.

Michael terkejut dan melihat Mark dengan tatapan heran. Ia mencoba merebut kembali majalahnya.

"Hei! Hei! Memangnya kenapa? Kenapa aku tak boleh melihat?" tanya Michael sambil mencoba meraih majalah dari tangan Mark.

"Pokoknya aku bilang tak boleh ya tak boleh! Penjelasannya sangat panjaaaaang!" ujar Mark sambil bersikukuh tak mau melepaskan majalah yang berhasil dipegang kuat oleh Michael.

Michael seketika langsung melepaskan jari-jarinya dari majalah itu.
Mark yang sedari tadi menarik sekuat tenaga tak tahu kalau Michael melepasnya tiba-tiba.

"Huwaaa... " jerit Mark.

Bruukkk...

Mark terjatuh di lantai dengan majalah menimbun wajahnya.

"Aduh.. apa yang kau lakukan?" tanya Mark mencoba bangun sambil meletakkan majalah itu di meja dan kembali duduk di samping Michael.

"Apa? Memangnya apa yang aku lakukan? Kau bilang tak boleh, ya langsung kulepaskan saja," kata Michael polos.

"Aiisshhhhh... " desis Mark kesal.

"Jadi kapan kau akan mencari Chrieristmu?" tanya Mark.

"Segera!" ujar Michael meyakinkannya.

"Segera itu ka... " kata-kata Mark terhenti saat handphone di atas meja berbunyi.

Mark langsung menoleh dan memungutnya.
Ia menyentuh layar ponselnya dan meletakkannya di salah satu telinganya.

"Halo?" suara dari handphone Mark.

"Iya halo boy.
Kenapa?" tanya Mark.

"Kak Mark bisa kesini?"

"Oke.
Aku segera datang," kata Mark.

"Terima kasih."

Mark menutup telepon dan meletakkannya kembali di atas meja.
Ia pun beranjak dari sofa putih itu dan melangkah pergi.

"Hei Mark! Kemana kau?" tanya Michael sambil mengikutinya.

Mark menoleh sekilas sambil terus berjalan.

"Ayo
Ikutlah denganku.
Kita akan bertemu dengan Chrieristku," kata Mark sambil tersenyum manis.

"Oh ya? Seperti apa Chrieristmu?" tanya Michael sambil berjalan di samping Mark.

"Nanti juga kau akan tahu sendiri," ujar Mark sambil mendekati mobil Porsche putihnya.

"Ayo cepat masuk," seru Mark.

"Eh tunggu!" cegah Mark pada Michael yang hendak membuka pintu mobil.

"Kenapa?" tanya Michael.

Mark melemparkan kunci mobil pada Michael.
Michael dengan gesit menangkapnya.

"Kamu yang mengemudi.
Bukannya aku sudah mengajarimu.
Ayo!" kata Mark sambil berjalan beralih posisi di samping Michael.

"Hemm.. baiklah," ujar Michael senang.

Michael masuk ke tempat duduk khusus pengemudi.
Ia mulai menjalankan mobil itu perlahan.
Mobil putih itu pun melaju pelan menjauh dari rumah mereka.

Michael (The End)Where stories live. Discover now