Tak Suka

483 40 1
                                    

Esoknya.
Aku sedang bersiap-siap pergi ke rumah sakit.
Seperti biasa, sebulan sekali aku ada jadwal mengantarkan nenekku untuk check up di rumah sakit.

Setelah kami sampai di rumah sakit, om Eros mengurusi semua berkas yang harus di urus, sedangkan aku dan nenekku menunggu di ruang tunggu.
Setelah semua berkas selesai diurus, kami hanya bisa antri menunggu panggilan.

"Om, aku cari minum dulu ya." ujarku.

"Oke." jawab om Eros.

Aku melangkah menuruni tangga perlahan namun tiba-tiba aku merasakan seperti ada seseorang yang sedang mengawasiku dari belakang.
Aku menghentikan langkahku lalu dengan cepat menoleh ke belakang namun tak ada siapa-siapa.

"Akh...perasaanku saja kali." pikirku.

Aku pun kembali berjalan menuruni tangga menuju kantin.

Setelah selesai membeli sebuah air mineral aku berjalan hendak kembali ke ruang tunggu.
Tiba-tiba di hadapanku berhenti seorang wanita cantik yang tersenyum lembut padaku.
Aku seperti pernah mengenal wanita cantik itu.

"Chiellyn?" sapa wanita itu.

"Bella?" tanyaku senang.

"Kamu ngapain di sini? Kamu sakit?" tanya Bella khawatir.

"Oh enggak kok.
Aku kesini cuma nganterin nenekku check up.
Kamu sendiri ngapain di rumah sakit?" tanyaku penasaran dengan gadis cantik yang memakai mini dress merah itu.

"Oh aku..." kata-kata Bella terhenti.

Ia sedikit menunduk dengan wajah sedih.

"Ada apa? Kau bisa cerita padaku Bella.
Bukankah sekarang ini kita kawan?" ujarku lembut.

"Aku sakit parah Chiel.
Parah sekali." ujar Bella sambil menitikkan air mata.

Aku hanya bisa terdiam menatapnya dan iba melihatnya.
Aku tak tahu harus berkata apa.
Aku pun mengusap air matanya dengan lembut.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja.
Aku akan ada untukmu kapanpun itu." ujarku.

"Benarkah?" tanya Bella.

"Iya, karena sekarang kita adalah teman." jawabku meyakinkannya.

"Terima kasih Chiellyn." jawab Bella sambil memeluk Chiellyn erat.

Tiba-tiba ada yang memanggilku dari belakang.

"Kak Chiellyn?" panggil seorang bocah laki-laki.

Aku langsung memudarkan pelukanku dengan Bella dan menoleh ke arah sumber suara.

Aku melihat Boy berjalan pelan dengan seorang dokter teman kak Mark yaitu dokter Felix.

"Hei Boy!" ujarku sambil menghampirinya dan memeluk bocah kecil itu.

"Kamu sedang menemani ibumu ya?" tanyaku.

"Iya kak.
Kakak sendiri ngapain di sini? Apa kakak sakit?" tanya Boy.

"Enggak kok.
Kakak cuma mau nemeni nenek kakak check up." jawabku sambil mengelus lembut rambut anak itu.

Aku pun berpaling pada dokter Felix.

"Jadi dok bagaimana keadaan ibunya Boy?" tanyaku penasaran.

"Sebuah keajaiban terjadi.
Kondisi ibunya Boy berangsur-angsur membaik dengan sangat cepat.
Besok dipastikan ia sudah boleh kembali pulang." jawab dokter Felix.

"Syukurlah." ujarku senang.

Aku segera kembali menyadari kehadiran Bella saat dokter Felix sedari tadi melihat ke arah belakangku.

"Oh iya.
Kenalkan ini temanku Bella." ujarku sambil menarik tangan Bella untuk mendekat.

"Bella." katanya sambil menjulurkan tangan.

"Felix." ujar dokter Felix sambil membalas uluran tangan Bella dan tersenyum lembut.

Tak heran banyak lelaki terpana melihat Bella.
Ia memang wanita cantik luar biasa.
Sempurna di setiap ujung ukiran wajah maupun tubuhnya.

"Hai adik kecil, nama kamu siapa?" tanya Bella lembut.

Namun Boy hanya menundukkan kepala dan menyembunyikan dirinya di balik jenjangan kaki dokter Felix tanpa membalas pertanyaan Bella.

"Hei Boy? Kenapa malu-malu seperti itu? tak apa, dia hanya menanyakan namamu." ujarku lembut mendekati Boy.

Namun Boy tetap bersikukuh dengan pendiriannya untuk menyembunyikan dirinya.

"Yach mungkin saja dia takut berbicara dengan orang asing." ujar dokter Felix.

"Oh begitu.
Oh ya Chiellyn dan dokter Felix, saya ada urusan mendadak jadi saya pergi dulu ya." pamit Bella.

"Oh iya hati-hati Bel." ujarku.

"Iya." jawab dokter Felix sambil mengangguk pelan dan tersenyum.

Setelah Bella pergi menjauh hingga tak terlihat lagi bayangannya sekalipun, tiba-tiba Boy mendekatiku dan menarik pelan tanganku.

"Hei Boy ada apa?" tanyaku lembut.

"Siapa dia kak?" tanya Boy.

"Dia teman kakak.
Namanya kak Bella.
Kenapa tadi kamu tak mau bicara dengannya?" tanyaku bingung.

"Aku tak suka dia dekat-dekat kak Chiellyn.
Dia tampak mengerikan bagiku." ujar Boy polos.

"Mengerikan? Tapi dia begitu cantik Boy? Kenapa kau tak suka padanya?" tanyaku heran.

"Entahlah, hanya tak suka.
Sama sekali tak suka melihatnya." jawab Boy pelan.

Saat itu baru kusadari tangan Boy yang memegang tanganku itu bergetar pelan seakan berusaha menahan ketakutan yang dalam.
Aku menatap lembut bocah kecil di hadapanku saat ini dan sedikit mengkhawatirkannya.

"Ada apa denganmu Boy? Apa yang sebenarnya kau takutkan?" bisikku dalam hati.

Michael (The End)Where stories live. Discover now