Evil

1.9K 158 2
                                    

Mark melangkah santai memasuki sebuah cafe yang terletak strategis di ujung jalan.
Ia menghampiri seseorang yang sudah duduk rileks di salah satu sofa cokelat di dalam cafe tersebut.

Mark mendekatinya lalu menepuk pelan pundak orang tersebut.

"Hei captain!" sapa Mark.

Michael menoleh cepat pada sumber suara dan menatap Mark tajam.
Mark mengambil posisi duduk di depan Michael.

"So, bagaimana Chrieristmu?" tanya Mark.

"Entahlah Mark," jawab Michael singkat.

"Apa maksudmu dengan entahlah?" tanya Mark heran.

"Aku masih belum punya alasan untuk menemuinya," ujar Michael pelan.

"Seperti apa dia?" tanya Mark penasaran.

"Seperti manusia lah," jawab Michael sinis.

"Ck.. kau ini.
Aku perlu tahu seperti apa Chrieristmu itu.
Siapa tahu aku punya ide bagus untuk menemukan alasan agar kau bisa bertemu dengannya," ujar Mark kesal.

"Memangnya apa rencanamu?" tanya Michael.

"Kau belum mendeskripsikan bagaimana dia, ya mana aku tahu!" jawab Mark.

"Dia seorang gadis, nampaknya masih muda.
Pipinya sedikit chubby," ujar Michael.

"Seorang gadis ya?
Ngomong-ngomong darimana kau belajar bahasa chubby?" tanya Mark heran.

"Dari drama yang sering kamu tonton tiap pagi itu," jawab Michael polos.

Mark menatapnya sambil sedikit menyunggingkan sudut bibirnya dan tersenyum kecut.

"Hhh.. sejak kapan kau juga suka melihat drama yang aku tonton?" tanya Mark dingin.

"Semenjak kamu menangis tanpa alasan karena melihat drama itu.
Hahahaha... " ujar Michael sambil tergelak.

"Aisshhh.. sudahlah," desis Mark sinis.

"Jadi?" tanya Michael.

"Jadi apanya?" tanya Mark.

"Katanya mau beri aku ide?" tanya Michael.

"Oh iya.
Beri aku waktu sehari memikirkannya.
Besok akan kuberitahu ide cemerlangku," ujar Mark sambil tersenyum yakin.

"Oke.
Terserahlah," jawab Michael pasrah.

Tiba-tiba Michael mendengar suara-suara bisikan bising yang seakan mendengung di daun telinganya.

"Dia."
"Itu benar dia."
"Salah satu pemimpin Malaikat."
"Dia berada di dunia ini."
"Itu benar dia."
"Hahaha..."

Michael langsung membalikkan badan ke belakang dan melihat sekelilingnya.
Hanya berbagai macam manusia yang sedang menikmati waktu luang mereka siang ini.

"Ada apa Chel?" tanya Mark penasaran dengan tingkah aneh Michael.

Michael kembali ke posisi semula menghadap Mark.

" Apa kau tak mendengarnya? Suara-suara itu? " tanya Michael.

"Suara? Suara apa maksudmu?" tanya Mark heran.

" Seperti suara pengikut Evil," ujar Michael serius.

" Apa kau yakin dengan perkataanmu itu?" tanya Mark.

"Yach.. sepertinya," jawab Michael santai.

"Kita harus hati-hati terhadapnya," ujar Mark serius.

"Sudahlah.
Menurutmu aku harus takut padanya?" ujar Michael.

"Ehmmm.. enggak juga sih.
Oke kita balik pada topik utama kita hari ini, jadi... " kata Mark.

Seorang pemuda beranjak dari posisi duduknya dari sudut ruangan itu dan berjalan tegas melangkah menuju pintu keluar.
Sepatu hitamnya menghentak keras di lantai kayu yang menghasilkan suara tajam yang sedikit menggema.
Kedua tangannya ia sembunyikan di kedua saku celana hitamya.
Ia mengenakan tuxedo hitam yang menutupi kemeja dengan warna senada.

Ia berjalan dingin sambil menatap tajam segala sesuatu di depannya.
Dengan langkah yang penuh keangkuhan dan tatapan yang penuh dengan aura gelap yang tajam.
Ia menciptakan sebuah senyuman dingin tak berkasih menunjukkan gigi putih ratanya yang sedikit memperlihatkan kedua taring tajamnya.

"Selamat datang Michael."

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang