Permulaan

541 50 0
                                    

Michael turun dari mobil putihnya.
Ia berjalan santai masuk ke arah cafe.
Mengenakan kaos polos putih dan celana kain berwarna gray ia mulai memasuki cafe.

Kedua matanya mulai berkeliling mencari seseorang.

"Di sini!" teriakku padanya sambil melambaikan tanganku.

Ia langsung menoleh ke sumber suara dan tersenyum saat telah berhasil mendapatiku dalam pandangannya.

"Ada apa? Tumben kamu minta ketemuan di cafe langsung? Aku kan bisa menjemputmu." ujar Michael sambil menarik kursi dan duduk di hadapanku.

"Aku ingin pergi ke sebuah tempat denganmu." ujarku.

"Kemana?" tanyanya bingung.

Beberapa saat kemudian kami meninggalkan cafe dan pergi ke sebuah tempat yang tak jauh dari sana.
Kami pun tiba di sebuah Dealer sepeda motor.

"Kamu mau ngapain di sini?" tanya Michael.

"Kamu sudah pernah naik sepeda motor?" tanyaku.

"Belum." jawabnya.

...

Saat senja di rumah Michael.

Michael duduk jongkok dekat pintu sambil memandang sebuah sepeda motor matic putih yang terparkir diam di hadapannya.

Mark berjalan pelan dari dalam rumah dan menghampiri Michael yang sedang duduk diam di anakan tangga depan pintu.
Ia pun ikut duduk di samping Michael.

"Mikirin apa sih?" tanya Mark.

"Itu." jawab Michael tanpa mengalihkan pandangannya dari sepeda motor itu.

Mark melihat sepeda itu dengan bingung.

"Sejak kapan kamu beli itu?" tanya Mark.

"Tadi siang." jawab Michael.

"Kan sudah aku kasih mobil.
Ngapain beli begituan?" tanya Mark.

"Kata Chiellyn dia bosan dengan mobilku, terus kalau mau ngajak ia kemana-mana aku harus pakai itu." ujar Michael.

"Ribet amat sih tuh anak.
Bukannya pakai itu nanti malah kepanasan dan kehujanan." ujar Mark sambil mendesah ringan.

"Katanya aku harus hidup dengan kesederhanaan.
Supaya aku tahu bagaimana itu kehidupan sesungguhnya sebagai manusia." jawab Michael.

"Hhhh...pantes aja jadi Chrierist.
Dia ternyata bisa mengalahkan dosa tentang keserakahan ya." ujar Mark sambil tersenyum ringan.

"Yach...aku rasa kau benar.
Tapi ada masalah yang sangat menggangguku saat ini." ujar Michael.

"Apa?" tanya Mark.

"Apa kau bisa mengajariku mengendalikan benda itu?" tanya Michael sambil menuding sepeda motor di hadapannya dan menoleh ke arah Mark.

Mark menyunggingkan salah satu ujung bibirnya sesekali lalu ia tertawa ringan.

"Masalahnya aku juga tak tahu.
Hahahaha..." jawab Mark sambil tertawa.

Michael menatap wajah Mark dengan mimik serius.
Mark melihat Michael lalu ia segera menghentikan tawanya.

"Tenanglah. Kita cari cara." ujar Mark sambil menopang dagu dengan kedua tangannya dan memandangi sepeda motor di depannya.

"Yach...aku harap kita segera menemukan caranya." jawab Michael yang juga mengamati sepeda motor itu.

Michael (The End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora