Keyakinan

876 79 0
                                    

Suatu malam aku mendapatkan sebuah telepon.

"Besok pagi aku ke sana.
Kamu mau pergi ke gereja kan? Aku yang akan mengantarkanmu besok." ujar Michael.

"Okey." jawabku.

Paginya,
Michael benar-benar menjemputku.
Kami pun pergi ke gereja bersama hari itu.

Entah sejak kapan tanpa aku sadari aku sudah sangat dekat dengannya.

"So, malaikat juga bisa memilih agama sesuka mereka?" tanyaku saat dalam perjalanan menuju gereja.

"Malaikat seperti kami tidak mempunyai agama.
Kami hanya punya sebuah keyakinan kepada-Nya." ujar Michael menjelaskan.

"Begitu ya?" tanyaku.

"Ya begitulah.
Kami bukan seperti para manusia yang sibuk mengelu-elukan agama mana yang paling benar.
Satu keyakinan kami dan itulah yang kami percayai dan kami junjung tinggi sampai saat ini." ujar Michael menjelaskan.

"Lalu tak apakah kau ikut ke gereja bersamaku?" tanyaku.

"Tentu saja tak apa.
Memangnya kenapa? Gereja toh juga tempat para manusia itu  bisa memfokuskan diri dan membagi waktu untuk mengenal Allah kan? Bukan tempat yang tak patut untuk dikunjungi.
Aku hanya mampu meniru apa saja yang mereka lakukan di tempat itu kan?" ujar Michael sambil tersenyum lembut.

"Yach.
Kau benar." kataku.

Sesaat kemudian kami sampai di gereja dan memulai misa pagi itu.
Setelah beberapa jam kemudian misa pun berakhir.
Aku dan Michael memutuskan makan di sebuah restoran cepat saji.

"Jadi kak Michael. Apa kau pernah bertemu dengan Allah?" tanyaku penasaran.

"Begitulah." ujar Michael santai.

"Bagaimana Dia?" tanyaku lagi.

Michael menghentikan makannya lalu menatapku lekat sambil tersenyum.

"Masa kamu gak tahu?" tanya Michael.

Aku hanya menggelengkan kepala.

"Padahal Dia ada di hati setiap manusia lho. Dia juga ada di mana-mana.

Dia ada di sekitar kita. Dia ada sebagai sesama kita yang lemah, miskin, maupun yang sakit sekalipun.

Dia ada di setiap makhluk hidup yang ia ciptakan.
Dia juga ada di dalammu.
Di dalam nuranimu dan pada kata hatimu.
Dengan merasakan-Nya saja kau sudah tahu bagaimana Dia.

Dengan mendengarkan-Nya saja kau juga sudah cukup tahu bagaimana besarnya Dia.
Cukup ketahuilah itu." kata Michael sambil meneruskan melahap makanannya.

Aku hanya bisa termangu mendengar jawabannya.
Sesaat kemudian aku tersenyum renyah.

"Ya.
Kau memang benar.
Aku bisa merasakan Tuhan jauh dalam hatiku." ujarku yang juga meneruskan sarapan pagiku.

Kata-kata Michael membuat hatiku begitu damai.
Sangat damai.

Michael tersenyum kepadaku, aku pun membalas senyuman indah itu.

Michael (The End)Where stories live. Discover now