Senapan

433 35 0
                                    

Para teroris pelaku peledakan bom pun berhasil diringkus oleh Eric dan anak buahnya.
Mereka bahkan menghancurkan semua tempat pembuatan bom dan senjata.
Mereka juga berhasil melacak dimana dalang teror ini berada yaitu Joseph.

Joseph yang mendengar kabar bahwa sebagian anak buahnya ditangkap dan tempat perakitan senjata pun berhasil dihancurkan merasa geram.

"Cecunguk satu itu harus diberi pelajaran juga." ujar Joseph dingin.

Esoknya dikabarkan beberapa markas kepolisian telah disuguhi beberapa bom oleh para teroris yang sudah mengklaim perang.
Banyak korban berjatuhan.
Baku tembak terjadi di halaman kepolisian itu sendiri.
Para teroris semakin gencar mengincar polisi menjadi sasarannya saat ini.
Tentu saja tak lain adalah perintah Joseph.

Eric dan anak buahnya berupaya keras menumpas semua teroris yang mengincarnya.
Dengan lincah ia permainkan senjata api di tangannya.
Sekali tarik pelatuk langsung tepat ia mengenai para teroris itu.

Karena keahlian Eric dalam menggunakan senjata, para teroris itu semakin sedikit dan bahkan tak lagi dijumpai ada yang masih bisa berdiri karena tembusan timah panas dari Eric dan para anak buahnya.

Eric dan anak buahnya memberanikan diri untuk maju melihat keadaan yang sudah sedikit mereda.
Mereka melihat para teroris itu tersungkur lemah dengan lumuran darah segar membalut tubuh mereka.

"Bereskan mereka." perintah Eric.

"Baik Letnan." ujar para anak buahnya.

Tiba-tiba ada seseorang dari kejauhan yang berjalan pelan hendak menghampiri Eric.
Seseorang yang mengenakan baju serba hitam.
Kumis dan jenggot tebal menghiasi wajah dinginnya.
Tatapan matanya yang menyebarkan aura ketakutan yang amat teramat dalam.

Di tangan kanannya terdapat sebuah senapan.
Di tangan kirinya terdapat sebilah pedang yang sangat tajam.
Ia menatap Eric beringas dan tersenyum sinis.

Eric menyadarinya.
Ia menatap orang itu sambil menodongkan senapan ke arahnya.

"Hahahaha...bertemu lagi malaikat bodoh sepertimu yang beraninya mencampuri urusanku." ujar Joseph dengan suara berat dan menggema.

Ia berhenti tepat di hadapan Eric dengan jarak sekitar tiga meter.
Para anak buah Eric dirudung ketakutan yang amat sangat ketika melihat Joseph.
Mereka semua menodongkan senjata ke arahnya.
Joseph mengamati mereka satu per satu.

"Lihatlah manusia-manusia tak berguna ini.
Bahkan dengan bisikan halus saja mereka dengan yakin langsung menghabisi diri mereka sendiri juga sesamanya.
Bukankah mereka itu konyol.
Bahkan aku lebih pintar daripada mereka.
Tidak, namun kita.
Mau sampai kapan kau membela manusia lemah otak seperti mereka." ujar Joseph dingin sambil tersenyum sinis.

"Aku mau membela mereka sampai kapanpun bukan urusanmu!
Yang harus kau pikirkan saat ini adalah aku.
Sudah lama aku mengincarmu dan kini kau sendiri yang menyerahkan kematianmu padaku." ujar Eric dingin.

"Hahahaha...menyerahkan kematianku? Aku malah akan membuatmu menemui Jiriel sang malaikat maut supaya kau dimusnahkan saja di dunia manapun itu!" ujar Joseph sambil mengayunkan pedang tajamnya ke arah Eric dengan cepat.

Eric langsung berkelit cepat.
Ia langsung meraih tangan Joseph lalu menariknya dan memukul pergelangan tangannya dengan senjata yang ia bawa.
Pedang di tangan Joseph pun terlepas.

"Dasar iblis tua.
Sama seperti manusia yang kau katakan.
Kau juga lemah seperti mereka kan." ujar Eric sambil tertawa dingin.

"Cih...akhirnya kau mengakui mereka lemah ya.
Tapi setidaknya aku tak akan jadi mereka yang tak berguna." ujar Joseph sambil menodongkan senjatanya ke kepala Eric.

DORRR DORRR DORRR

Bunyi suara senapan berkali-kali pun menggema di tempat itu.
Para anak buah Eric melepaskan tembakan ke arah Joseph.
Joseph merasa geram melihat darah berlumuran pada tubuhnya.
Ia pun membalikkan badan dan mengacungkan senjata yang ia bawa ke arah para anak buah Eric dan menarik pelatuknya.

Eric langsung mengambil pedang Joseph yang terjatuh tadi dengan salah satu kakinya.
Ia lemparkan ke udara lalu dengan sigap tangannya menangkap pedang itu dan langsung ia hunuskan ke dada Joseph tepat mengenai jantungnya.

Jari telunjuk Joseph terhenti saat akan menarik pelatuk dari senapannya.
Ia melihat pedangnya sendiri menghunus dirinya menembus dadanya.
Cairan darah merah pekat yang kental langsung menyembur keluar dari mulutnya.

"Ini sudah berakhir Joseph."

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang