Boutique

692 63 0
                                    

Terdapat sebuah butik mewah yang dibangun di sebuah pinggir jalan raya besar.
Bernuansa Eropa dengan patung-patung prajurit Romawi berjaga di kedua sisi pintu.

" LUXIOUS BOUTIQUE "

Itu nama butik mewah yang mayoritas menggunakan perpaduan warna cokelat kayu dan ukiran emas mengelilinginya.

"Tunggu kak.
Kok di sini sih.
Terlihat dari tempatnya kayaknya gak nguntungin banget buat dompetku." ujarku sedikit bingung.

"Tapi ini butik langganan Mark.
Mark bilang kalau beli baju untuk acara khusus ke butik ini saja soalnya bahannya bagus dan berkualitas." jawab Michael santai.

"Iya sih bagus.
Tapi kan di dompet gak bagus.
Mending kita cari butik lain aja yuk.
Jangan hiraukan kata kak Mark.
Ayo." ajakku.

"Tapi kan udah terlanjur sampai sini? Kita lihat-lihat aja dulu." ujar Michael.

"Lihat-lihat aja? Emangnya boleh?" tanyaku.

"Siapa yang akan memarahi kamu hanya untuk melihat?" tanya Michael.

"Hmmbb...gak ada sih." ujarku.

Akhirnya aku dan Michael pun memasuki butik besar itu.
Saat kami membuka pintu besar klasik yang penuh ukiran-ukiran batik hitam di daun pintunya, kami langsung disambut hangat oleh kedua pegawai perempuan yang berdiri di kedua sisi pintu.

"Selamat siang." sapa mereka.

"Siang." jawabku dan Michael bersamaan.

Kami berjalan menuju anak tangga yang berkilau berlapis batu marmer berwarna lembut.
Kami menaiki pelan anak tangga itu menuju lantai kedua dari bangunan tersebut.

"Uwaaa...besar sekali tempat ini." ujarku sambil terkagum-kagum.

"Biasa aja tuh." ujar Michael datar.

"Cih...soalnya kamu biasa dengan tempat seperti ini.
Lihat saja rumahmu yang tak jauh beda dari bangunan ini.
Sedangkan aku, bagiku ini semua adalah keajaiban." ujarku tajam.

Michael menatapku lalu tersenyum kecil.

" Oh ya? Biasa aja tuh." ujar Michael kembali pada mimik wajah datarnya.

"Hhh...kau ini." celetukku kesal sambil menghembuskan nafas berat.

"Kau lihat hal seperti ini saja sudah terkagum-kagum.
Kau belum melihat bahkan sebuah bangunan kecil di Surga.
Aku jamin kau bahkan tak mampu berkata apa-apa." ujar Michael meyakinkan.

"Benarkah? Segitu indahnya?" tanyaku penasaran.

"Ya begitulah.
Bagiku semua kemewahan dunia yang nampak indah di matamu ini, itu semua nampak membosankan di kedua mataku." ujar Michael.

"Hmmbbb....begitu ya.
Aku jadi ingin melihat Surga." kataku.

"Belum saatnya." jawab Michael.

Sesampainya kami di lantai yang kami tuju, Michael segera menghampiri seorang lelaki berbadan langsing dengan kumis tipis yang terukir melintang lurus di atas bibir tebalnya.

Rambutnya cokelat keriting. Ia juga memakai kaca mata dengan bingkai bulat berwarna hitam bercampur emas.

Postur tubuh yang tak seberapa tinggi namun dari setelan tuxedo berwarna cokelat keemasan yang ia pakai memperlihatkan bahwa ia adalah owner dari tempat mewah ini.

"Jonathan!" sapa Michael sambil melambaikan tangan pada lelaki itu.

"Michael." jawab Jonathan dengan suara nyaringnya sambil tersenyum lebar.

Michael (The End)Where stories live. Discover now