Dua Puluh Tiga

80.6K 6.5K 273
                                    

Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.

(Ma'alimut Tanzil 4/268)

***

Haifa membereskan alat tulisnya setelah mengumpulkan lembaran UTS (Ulangan Tengah Semester) miliknya. Ia melirik sekilas ke arah Shinta yang berbicara tanpa suara padanya ketika ia mendekati pintu.

"Tunggu gue di luar ya."

Haifa mengangguk menyetujui.

Sembari menunggu Shinta selesai, Haifa memilih duduk tidak jauh dari kelas. UTS sudah berjalan separuh, tinggal tiga mata kuliah yang siap menanti di keesokan hari. Setiap hari ketika UTS atau pun UAS rata-rata hanya ada satu mata kuliah, setelahnya bebas karena tidak ada jadwal belajar seperti biasanya.

"Fa."

Haifa mendongak dari kegiatannya membuka feed instagram. "Mita?"

"Hai. Assalamualaikum," sapa Mita. Ia mengambil duduk tepat di samping Haifa.

"Waalaikumussalam." Haifa memperhatikan Mita dengan mata yang mengerjap berulang kali.

Mita tersenyum ceria. "Gimana penampilanku?"

"Masya Allah. Alhamdulillah." Haifa tidak tahu harus membalas dengan perkataan apa. Ia hanya bisa mengagungkan nama Allah ketika melihat Mita dengan pakaian syar'i menghadapnya.

Seperti apa yang diutarakan oleh Haifa beberapa minggu lalu, ia memang memberikan beberapa jilbab syar'i untuk Mita, bahkan Haifa juga mempersilakan perempuan itu untuk mengambil gamis miliknya ketika berkunjung ke kosnya.

"Masya Allah. Kok aku nggak tahu ya, maksudnya aku nggak pernah lihat kamu," ungkap Haifa kemudian.

"Udah dari satu mingguan yang lalu lah. Waktu itu pas kamu nggak masuk, kemarin-kemarin kita nggak pernah satu ruangan UTS," jelas Mita.

"Oh gitu. Alhamdulillah, semoga istiqomah ya." Haifa mengucapkan dengan tulus.

"Amin. Tapi aku masih belum terlalu ngerti, cenderung nggak ngerti apa-apa lebih tepatnya."

"Nggak apa-apa, dijalanin sambil belajar. Aku juga gitu kok, sama aja. Nanti kajian bareng juga biar semakin dalam ilmunya."

Mita tampak ragu-ragu. "Kajian?"

"Iya, jangan setengah-setengah hijrahnya. Kalau bisa dilakukan sepenuhnya, kenapa enggak 'kan?"

"Yaudah, nanti kalau aku lagi males, paksa aku ya? Hehehe."

Haifa ikut terkekeh kecil. "Iya, insya Allah."

"Oh ya, kemarin kamu nggak masuk kenapa? Kata Shinta, kamu pulang?"

Haifa mengangguk. "Iya, ada acara keluarga."

"Oh gitu. Ini kamu udah selesai UTS 'kan?" tanya Mita.

"Udah kok. Lagi nunggu Shinta aja," jawab Haifa.

"Kalau gitu aku balik duluan ya? Nggak apa-apa 'kan kamu sendirian?"

"Nggak apa-apa, bentar lagi juga Shinta keluar."

"Ngomong-ngomong ini gamis dari kamu, aku pakai hehe terima kasih."

Haifa hanya membalas dengan senyuman yang terlihat dari matanya.

"Terima kasih juga buat nasihatnya kemarin, aku banyak termotivasi dari kamu hehe. Yaudah kalau gitu aku duluan ya? Assalamualaikum."

SEQUEL HAIFA ON PROCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang