Empat

111K 8.1K 310
                                    

Disarankan untuk baca "ARESHA" terlebih dahulu yaa..

***

Suatu saat, aku ingin menjadi yang halal untukmu. Halal atas Ridha Allah, halal saat matamu beradu pandang dengan mataku, dan saat tanganku mengisi sela-sela jari tanganmu.

***

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ

"Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya." (QS. Ar Rahman: 16-17)

Setelah pulang dari masjid untuk shalat maghrib yang kemudian dilanjutkan dengan kajian singkat yang diisi oleh Abram -abinya sendiri- sembari menunggu waktu shalat isya', Arvin membaca Al-Qur'an di dalam kamarnya.

Meskipun Arvin tidak mempunyai jadwal khusus, tetapi Arvin selalu berusaha istiqomah untuk tidak pernah melewatkan harinya tanpa membaca Al-Qur'an.

إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا

"Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, niscaya mereka tersungkur atas muka sambil bersujud." (QS. Al Isra': 107)

Baik Arvin maupun saudaranya yang lain memang bukan lulusan pondok pesantren seperti Abram. Tetapi, abinya itu mendidik sendiri untuk mendahulukan Allah di atas kepentingan lainnya. Dan sampai saat ini, ia mengaplikasikan dengan baik ajaran-ajaran Abram.

Arvin membaca ayat 78, ayat terakhir dari surat AR-Rahman dengan khusyuk. Kemudian ia bersahalawat sebelum menyelesaikan ibadahnya tersebut.

"Aduh! Cantik, sendirian aja nih," ucap Arvin. Ia yang baru keluar dari kamar, menemukan Ayu, uminya, yang sedang menata kue ke dalam toples di ruang keluarga tepat di depan kamarnya.

"Apaan sih, Kak," timpal Ayu. Ia tampak kebal dengan rayuan Arvin.

"Kok sepi banget?" Arvin duduk di kursi samping Ayu, kemudian mengambil salah satu toples yang ada di meja.

"Nenek lagi ada di kamar Arsel, barusan aja mereka masuk. Kalau abi lagi ngaji," jawab Ayu.

Arvin menganggukkan kepalanya mengerti, "Arvan sama Arsen?"

"Kak Arvan nganterin kak Arsen ke bandara," jelas Ayu singkat.

"Hah? Ke bandara? Ngapain?" Arvin tersentak dari duduknya, mulutnya yang penuh dengan kue sedikit menyembur.

Ayu mengusap pahanya yang terkena serpihan kue dari mulut Arvin, "Kak Arvin jorok banget sih, ditelan dulu makannya. Jangan makan sambil bicara!"

Dengan cepat Arvin menelan kue di mulutnya, kemudian berlari kecil membuka kulkas yang terletak tidak jauh dari ruang keluarga untuk minum terlebih dahulu.

"Arvan sama Arsen ngapain ke bandara? Kok Arvin nggak diajak?" tanya Arvin sedikit berteriak sembari menutup pintu kelas. Ia memberenggut kesal karena merasa dikhianati oleh kembaran dan adiknya itu.

"Nggak usah alay deh Kak," sela Ayu.

Nah, begini akibat Ayu yang melek sosial media. Ditambah lagi dengan kebiasaannya dengan Arsel yang saling curhat seolah mereka berdua adalah teman, membuat umminya itu tampak memahami berbagai istilah gaul yang bertebaran di dunia maya.

SEQUEL HAIFA ON PROCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang