Enam Belas

78.1K 6.6K 234
                                    

Semoga kamu disatukan dengan seseorang yang tidak hanya membuatmu jatuh cinta, tetapi juga mampu membimbingmu ke Surga.

***

Rudi Nareswara

Assalamu'alaikum Arvin. Kebetulan saya dan mbaknya Haifa sedang ada di Jakarta, besok pagi kamu ada waktu luang?

Arvin yang sedang berbaring santai di atas kasur langsung menegakkan tubuhnya membaca pesan yang baru masuk di ponselnya. Ia merutuki dirinya sendiri karena beberapa hari lalu mengabaikan pesan laki-laki itu dan hanya membaca melalui pemberitahuan yang muncul di bagian paling atas layar.

Dengan sedikit gemetar Arvin mengetikkan balasan.

Akbar Arvinio Rajendra

Wa'alaikumsalam Mas Rudi. Bisa, saya ada waktu. Mas Rudi di Jakarta mana ya? Biar saya yang berkunjung.


Tentu saja Arvin masih tahu diri dengan menawarkan kunjungan terlebih dahulu. Yang meminta hubungan 'kan ia sendiri tanpa paksaan orang lain, tetapi kenapa sekarang justru Arvin terlihat seperti dipaksa?

Rudi Nareswara

Saya menginap di hotel keluarga kamu.

Akbar Arvinio Rajendra

Baik, Mas. Besok pagi saya akan kesana.


Arvin memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pusing. Ingatannya mengajak pada kejadian tadi sore, mengenai Haifa yang memberikan buah tangan padanya, dan jangan lupakan perempuan itu yang langsung berlalu sebelum mendengarkan penjelasan gagunya.

Nyesel 'kan lo, Vin?

Bahkan Arvan yang biasanya hanya diam tidak mempedulikan tingkah lakunya, berulang kali meluncurkan kata-kata pedas di tengah penyesalannya. Ia benar-benar menyesal dengan segala pemikiran rumitnya yang tidak beralasan.

Salahkan Arvin dengan ketakutannya yang tiba-tiba bermunculan.

Berbagai makanan khas Semarang yang diberikan Haifa tadi belum Arvin sentuh sama sekali. Ia lebih memilih memberikan langsung kepada Ayu, uminya, yang langsung histeris karena dibawakan oleh-oleh dari calon menantunya, katanya.

Arvin tidak kuasa menceritakan mengenai kejadian yang kalau bisa ia ingin mengulangi kembali dan membuang keraguan tidak nyatanya itu.

"Sebenarnya apa sih yang lo raguin?" sentak Arvan ketika keduanya berdiam terlebih dahulu di dalam mobil.

Arvin tidak menjawab, tetapi jantungnya terus bergemuruh yang membuatnya kian menyesakkan. "Gimana ini?" lirihnya putus asa.

Sedangkan Arvan di kursi kemudi yang tidak mendapat jawaban atas pertanyannya, lebih memilih segera mengendarai mobil keluar dari arena kampus. Kenapa akhir-akhir ini Arvin selalu melibatkan dirinya?

Arvin melemparkan tubuhnya kembali di atas tempat tidur setelah mengingat kejadian tersebut. Kelopak matanya menutup dengan lengan kanan yang menutupi.

"Apa Mas Rudi mau menghakimi gue ya?" gumam Arvin.

Drrrtt Drrrtt

Untuk kesekian kalinya Arvin membuka kembali kelopak matanya yang memang tidak tenang sedari tadi. Entah kenapa getaran di ponselnya sekarang terasa menakutkan.

Haifa Saqeenarava

Assalamu'alaikum Arvin. Sebelumnya mohon maaf karena membuat keputusan sepihak, tetapi saya memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta'aruf. Mengenai pertemuan yang disebutkan mas Rudi juga dibatalkan. Terima kasih dan mohon maaf mengganggu waktunya.

SEQUEL HAIFA ON PROCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang