Akbar Arvinio Rajendra

123K 8.9K 163
                                    

Pilihlah laki-laki yang baik agamanya, jika marah tidak akan menghina, jika cinta akan memuliakan.

(Imam Hasan Al Basri)

***

Akbar Arvinio Rajendra, biasa dipanggil Arvin. Laki-laki berumur dua puluh tahun yang terlahir dari keluarga harmonis, mempunyai saudara kembar yang lahir lima menit lebih dulu bernama Arvan dan adik laki-laki yang bernama Arsen serta adik perempuan yang bernama Arsel.

Saat ini, sedang menempuh kuliah semester empat Jurusan Administrasi Bisnis, Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di salah satu Universitas di Jakarta, begitu pula dengan saudara kembarnya, Arvan, hanya berbeda peminatan pada Program Studinya.

Kemampuan Arvin dalam menguasai mata kuliah sudah tidak diragukan lagi, bahkan di semester satu dan dua, ia berhasil mendapatkan IP empat. Namun sayangnya, semester tiga kemarin Arvin harus merelakan IP empatnya, dan cukup dengan nilai yang mendekati angka empat.

Selain itu, Arvin aktif dalam organisasi Fakultas, seperti BEM. Sebenarnya, ia hanya akan aktif pada awalnya saja, sedangkan sisanya, teman-temannya yang akan menyeretnya untuk hadir dalam setiap pertemuan. Selain agar tanggungjawab dengan amanahnya, sosoknya memang sangat dibutuhkan pada organisasi tersebut.

"Tanggung jawab lo dong Vin karena jadi Menteri," keluh Rifqi—salah satu teman sekelas Arvin di BEM.

"Sejak kapan gue jadi Menteri? Gue mah apa atuh hanya remah-remahan kerupuk yang belum digoreng," timpal Arvin tidak serius. Ia terus fokus dengan ponselnya entah apa yang sedang ia lihat, mengacuhkan Rifqi yang sedari tadi merengek di sampingnya.

"Serius kenapa sih lo?" hardik Rifqi.

"Sorry, gue nggak bisa seriusin hubungan kita," kilah Arvin.

"Astagfirullah, berikan gue kesabaran yang berlebih-lebih dalam menghadapi anak manusia ini Ya Allah," gumam Rifqi sembari meredamkan kekesalannya yang semakin memuncak.

"Amin Ya Rabbal Alamin," balas Arvin santai.

Jika ada yang bertanya apakah tingkah laku Arvin sama persis antara di rumah dengan di kampus? Jawabannya adalah tidak.

Arvin memang jahil pada teman-temannya di kampus, tetapi hanya pada yang sudah ia kenal secara dekat, sisanya ia akan memasang tampang keren, meniru sebagaimana yang biasa dilakukan Arvan—kembarannya yang pendiam berbanding terbalik dengannya.

Namun, bukan berarti Arvin tidak bisa menanggapi suatu hal dengan serius. Karena ia Arvin hanya akan menunjukkan kejahilannya di saat tertentu. Jika di kampus, biasanya Arvin akan menerapkan hal tersebut pada teman-temannya, seperti Rifqi salah satunya.

Arvin tidak suka menjahili Arvan, karena saudara kembarnya itu lebih banyak diam saat ia goda, tidak menanggapi tingkah lakunya, tidak peduli seberapa keras ia mencoba. Berbeda lagi jika saat ia menjahili Arsen di rumah, adiknya itu memang tidak terlalu merespon, tetapi begitu sudah menunjukkan raut kesal, Arvin akan tertawa senang menyadari usahanya berhasil.

"Udah jam satu lebih Vin, udah telat ini," kesal Rifqi.

"Lagian siapa coba yang minta gue jadi Menteri Depkominfo?" gerutu Arvin.

"Yah gue sih, tapi 'kan—"

"Nah, itu salah lo sendiri Bapak Wapresma yang terhormat," sela Arvin.

"Tapi 'kan lo udah setuju juga waktu gue tunjuk," protes Rifqi.

"Emang siapa yang bilang gue nggak setuju?" tanya Arvin.

"Noh kembaran lo yang tengah mengandung," kesal Rifqi menggebu-gebu.

"Siapa ibu dari anak yang dikandung kembaran gue?" Arvin menimpali dengan lebaynya.

"Serah lo, nggak kuat gue. Cepet berdiri nggak lo!" Rifqi memukul punggung Arvin dengan keras, yang dijawab pekikan oleh laki-laki itu.

"Adoh!"

***

Arvin memasang tampang kerennya begitu memasuki ruangan BEM, dan dengan merasa tidak bersalah langsung duduk menuju staff divisinya yang lain. Belum sempat ia duduk, Azura, Menteri Departemen Keuangan, hendak menarik ujung kemejanya untuk duduk di samping perempuan itu.

Tetapi dengan cepat, Arvin langsung berkelit dan memilih duduk paling pojok di samping Agam, salah satu stafnya.

"Haahh." Arvin menghela napasnya lega.

Arvin miris dengan teman satu angkatannya itu, begitu terang-terangan menunjukkan rasa sukanya. Bahkan berulang kali, dengan tidak tahu malu menggodanya. Mungkin saat ini, Arvin masih bisa menahannya, tetapi belum tentu suatu saat nanti ia hanya terdiam saat disodorkan secara cuma-cuma seperti itu.

Naudzubillah. Arvin selalu berusaha untuk mempertebal iman setiap saat.

Meskipun tidak semua perempuan sama, tetapi Arvin menyadari bahwa fitnah yang paling dahsyat memang perempuan.

  مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ  

"Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita." (HR. Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740)

Maksudnya adalah banyak laki-laki yang cerdas, ahli ibadah, kuat, dan gagah perkasa dibuat tunduk pada perempuan, tidak peduli perempuan tersebut diciptakan dengan akal yang lemah ataupun keterbatasannya dengan agama.

Jadi, sudah sepantasnya jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengatakan demikian, bahwa perempuan merupakan ujian terberat bagi seorang laki-laki.

  إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خضرة، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّــقُوا الدُّنْــيَا وَاتَقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِـي إِسْرَائِـيلَ كَانَتْ فِي النِسَاءِ  

"Sesungguhnya dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sesungguhnya fitnah pertama kali di kalangan Bani Israil adalah masalah wanita." (H.R. Muslim: 2742)

Selama dua puluh tahun hidupnya, Arvin belum pernah merasakan cinta terhadap seorang perempuan, hanya sekedar suka tapi setelah itu akan menghilang dengan sendirinya. Ia tidak memiliki kadar kepekaan yang tingi terhadap perempuan yang menyimpan rasa untuknya, karena memang ia sendiri belum mempunyai niat untuk membina sebuah keluarga.

Lebih baik Arvin diam, dan berpura-pura tidak tahu daripada memberi harapan palsu yang tidak kunjung kepastiannya. Terus memperbaiki diri karena Allah, dengan begitu Allah akan menghadiahkan jodoh yang baik untuknya.

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

"Perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula." (QS. An Nur: 26)



*Depkominfo : Departemen Komunikasi dan Informasi

*Wapresma : Wakil Presiden Mahasiswa



-HAIFA-

Malang, 13 April 2018

SEQUEL HAIFA ON PROCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang