01. Delapan Tahun Denganmu

828 95 13
                                    

Setelah menikah, teman-temanku memang berkurang. Ada, tapi hanya segelintir yang akrab. Karena bagiku, setelah Allah, tidak ada lagi manusia selain suami yang menjadi tempat bercerita yang aman dan terbaik.

🌷🌷🌷

"Ummi beneran nggak apa-apa ini anak-anak di sini semua?"

"Iya nggak apa-apa."

Haifa yang hendak menyusul Arvin yang tengah menunggu di kemudi mobil kembali mengurungkan niatnya. "Atau biar Kayyisa nggak usah Mi, nanti Ummi repot banget."

Ayu membenarkan Kayyisa yang ada di gendongannya sebelum menjawab. "Udah nggak apa-apa Haifa sayang, Arvan libur dua hari di rumah bisa bantuin, Abimu juga di rumah, besok Arsel juga mau ke sini. Tenang aja kan kapan lagi rumah rame begini."

"Appa... pa... appa," oceh Kayyisa seolah ikut menimpali. Anak terakhir Arvin dan Haifa itu kini berusia satu tahun, ia baru bisa berjalan satu sampai tiga langkah meski kemudian terjatuh. Hafshah berusia tiga tahun, sementara si sulung Shafiyyah dan Syafiq berusia lima tahun.

"Yaudah, tapi nanti kalau asipnya kurang, Ummi jangan lupa ngabarin ya," ulas Haifa halus.

"Iya, insyaa Allah cukup sampai lima hari itu stoknya," canda Ayu yang jujur mengingat jejeran asi perah yang dititipkan Haifa segitu banyaknya tersimpan rapi di kulkas.

Haifa memang kadang kala menyimpan stok ASI di kulkas meski setiap hari DBF (Direct Breastfeeding), yakni metode menyusui yang dilakukan secara langsung pada payudara ibu.

Beberapa waktu lalu, Ayu memang menawarkan untuk menjaga Shafiyyah, Syafiq, Hafshah, dan Kayyisa agar Haifa mempunyai waktu sendiri untuk istirahat, atau bahkan sekaligus bisa menghabiskan waktu berdua saja bersama Arvin.

Sebagai orang tua yang lebih dulu menjalani rumah tangga, Ayu tahu betul pasti Haifa merindukan momen bebas—tanpa anak-anak—sesekali. Bukan karena merasa anak-anak adalah beban yang merepotkan. Tentu kehadiran anak adalah anugerah dan amanah luar biasa yang Allah titipkan untuk setiap ibu.

Waktu menyendiri atau yang saat ini dikenal dengan istilah me time, tentu maksudnya bukan seorang perempuan yang menghabiskan waktu sendiri keluyuran di rumah karena sebaik-baik wanita tentu di dalam rumahnya.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

"Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (Al Ahzab: 33).

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ

SEQUEL HAIFA ON PROCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang