02. Dinner Impian

602 87 6
                                    

Untuk setiap kalimat, "Iya boleh istriku" atau "Beli saja istriku", semoga Allah jadikan rezekimu sederas hujan dan tak pernah terputus. Semoga engkau sehat selalu dan segala urusanmu dipermudah.

—Tulisan seseorang yang semoga Allah menjaganya—

🌷🌷🌷

Haifa memeluk lengan Arvin yang berjalan beriringan di sampingnya. Hal sederhana seperti ini ternyata membuatnya sangat bahagia. Delapan tahun menikah dengan Arvin ternyata masih membuat jantungnya berirama kencang kala berdekatan dengan laki-laki itu.

Setiap pergi bersama, biasanya baik Haifa dan Arvin lebih sibuk mengurusi anak-anak mereka. Keluar rumah dengan empat anak yang semuanya masih perlu pengawasan tidaklah mudah, sehingga mereka jarang pergi bersama-sama.

Biasanya hanya Arvin yang akan mengajak satu atau dua anaknya bergantian, meski hanya sekadar pergi ke mini market dekat rumah. Terkadang, Shafiyyah dan Syafiq yang harus mengalah dengan ke rumah Ayu selagi Arvin, Haifa, Hafshah, dan Kayyisa pergi.

Haifa sangat kagum dengan orang-orang yang Allah amanahkan mempunyai banyak anak tetapi tidak pernah mengeluh. Semoga suatu saat ia bisa juga demikian.

"Mau diupload, Dek?"

Haifa menengadah menatap Arvin. Ia baru saja mengabdikan selfie mirror dengan Arvin di kaca yang tidak sengaja mereka lewati. Bagaimanapun Haifa tetaplah seorang perempuan pada umumnya.

"Enggak ah takut." Haifa menggeleng.

Arvin terkekeh. "Kenapa? Duduk di sini aja ya." Ia menarik kursi untuk Haifa duduk.

Tuh kan, hal seperti ini saja sudah membuat wajah Haifa memanas di balik cadarnya. Saat ini ia dan Arvin makan malam di salah satu restoran seperti yang sudah mereka rencanakan, kemudian setelahnya menginap di penginapan yang juga tidak jauh dari sini.

Kalau yang terakhir sih ide Arvin karena beralasan bosan di rumah dan ingin mencari suasana baru. Sebagai istri yang baik, tentu Haifa menyanggupinya.

"Mana tadi lihat fotonya?" tanya Arvin.

Haifa menyerahkan ponselnya yang diambil alih oleh Arvin.

"Bagus," puji Arvin. "Upload sana," guraunya. Ia hanya bercanda, mana mungkin dirinya mengizinkan Haifa mengunggah foto yang ada sosok istrinya itu.

"Enggak ah nanti tiba-tiba ada yang mau jadi madu adek gimana?" tukas Haifa.

Arvin tertawa. "Masa ada?"

"Ya siapa tahu."

Arvin dan Haifa meski sudah delapan tahun pernikahan, mereka memutuskan untuk tidak mengunggah foto mereka maupun anak-anak di media sosial. Masih dengan alasan yang sama karena takut akan 'ain.

'Ain adalah pengaruh pandangan hasad dari orang yang dengki sehingga bisa membahayakan orang yang dipandang. Misalnya saja anak kecil yang dipandang dengan penuh dengki, maka ia bisa jatuh sakit atau terus-terusan menangis. Selain dari penglihatan, hasad ternyata bisa terjadi melalui gambar atau hanya sekedar khayalan.

Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma'ad (4: 153) berkata,

ونفس العائن لا يتوقف تأثيرها على الرؤية ، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره ، وكثير من العائنين يؤثر في المعين بالوصف من غير رؤية

SEQUEL HAIFA ON PROCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang