"Yah, harus gimana dong?" protes Ulfa. "Ngomong-ngomong betah 'kan kamu di sini?"

"Betah kok, penghuni di sini baik-baik."

"Kamu nggak ada kelas?" tanya Ulfa.

"Ada, tapi nanti sore. Barusan juga 'kan habis pulang, kelas jam tujuh pagi tadi," jelas Haifa.

"Gimana sama Arvin, Fa?" sela Rudi tiba-tiba.

"Nah iya, mbak sampai lupa. Gimana tuh sih Arvin, mbak jadi penasaran sama orangnya," celetuk Ulfa. Ia sampai menegakkan tubuhnya karena merasa perbincangan mereka akan menarik.

"Kemarin lusa baru ketemu sama dia," jawab Haifa.

"Terus?"

"Yah nggak ada bahas apa-apa sih, cuma rapat biasa sama anggota lain karena aku sama Arvin emang ada acara bareng."

"Dia nggak ada nyinggung tentang ta'aruf kalian?" tanya Rudi.

Haifa menggeleng pelan.

"Gimana sih itu cowok," kesal Ulfa.

"Dek, nggak boleh marah-marah! Ingat nggak boleh banyak pikiran." Rudi memperingati, sedangkan Ulfa hanya cengengesan. "Waktu mbak kamu ngasih tahu, mas langsung chat Arvin."

"Oh ya? Terus gimana Mas?" Haifa ketar-ketir menanti jawaban Rudi.

"Nggak diread, tapi dia online."

"Gimana sih Arvin itu?" sentak Ulfa. "Gini ya, nggak masalah mau ta'aruf lebih lama yang penting tahu batas waktunya, tapi seenggaknya 'kan ngasih kabar dulu ke kamu kalau misal mau kenal dulu lebih dalam atau sejenisnya."

"Arvin punya alasan lain, mungkin," timpal Haifa.

"Alasan apaan? Tukang PHP doang itu pasti."

"Dek, nggak boleh ngomong gitu!" sela Rudi sekali lagi.

"Iya, iya." Ulfa sedikit cemberut mendengar peringatan sekali lagi dari Rudi.

"Nanti coba mas telepon aja kalau emang benar-benar nggak ada kemajuan," ucap Rudi.

"Tapi nanti kesannya aku maksa, Mas."

"Enggak. Siapa bilang? Itu biar Arvin sadar."

Haifa terdiam sesaat. "Yaudah deh. Aku serahin sama Mas."

"Iya, udah kamu tenang aja. Fokus sama kuliah dulu! Kalau jodoh insya Allah dipermudah," nasihat Rudi. "Ngomong-ngomong habis ini mas ada rapat, jadi sekarang mau balik dulu."

"Sama mbak juga?" tanya Haifa.

Rudi terbahak. "Iyalah, kita udah jadi satu paket."

"Yah, tahulah yang halal," ucap Haifa tidak rela. "Ayah nanya juga nggak Mas tentang Arvin?"

"Iya, ini mas juga dapat amanat. Besok kalau sempat sekalian mas mau buat ketemuan sama Arvin."

"Gimana? Mas mau ketemuan sama Arvin? Sama mbak juga?" Haifa memastikan pendengarannya.

"Iya. Semoga terlaksana, biar kamu nggak manyun aja." Rudi terkekeh, padahal sebenarnya ia tidak pernah melihat wajah Haifa secara langsung. Hanya melalui foto keluarga yang dimiliki oleh Ulfa.

"Yaudah mbak pamit dulu. Oh ya, yang di tas biru itu sama bagikan ke teman-teman kost kamu ya?" Ulfa menunjuk tas besar berwarna biru yang diletakkan di samping pintu setelah mereka tiba tadi.

Haifa mengangguk.

"Ibu juga bawain buat Arvin yang di tas merah. Kalau nanti di kampus ketemu, kamu kasihkan. Tadi mbak juga masukin apel di sana. Eh tapi karena Arvin ngeselin, apa apelnya mbak ambil lagi aja ya?"

SEQUEL HAIFA ON PROCESSWhere stories live. Discover now