56. Rania dan Bunga

2K 76 0
                                    

Setelah tiga hari harus berada di rumah sakit, akhirnya hari ini Rania sudah dibolehkan pulang ke rumah. Dan besok dia juga akan kembali ke sekolah. Selama dirumah sakit, Rania tidak mengizinkan teman-temannya untuk menjenguk. Entah, mungkin karena Rania tak ingin merepotkan mereka lagi.

"Makan dulu Ran, jangan melamun terus." Tegur ibu Rania sambil melirik makanan yang ada didepan Rania.

Rania mengangguk pelan. Dan mulai melahap makanannya dengan malas. Sebenarnya Rania sedang memikirkan Patrick sekarang, karena itu dia sangat tak berselera untuk makan. Tetapi mau bagaimana lagi, Rania juga tak ingin membuat ibunya kecewa dan khawatir.

***

Patrick mulai berjalan memasuki gedung sekolah bersama Bunga disampingnya.

"Rania!" Panggil seseorang membuat langkah Patrick terhenti. Bunga juga berhenti di tempatnya. Mereka berdua menoleh dan mendapatkan Rania yang sudah mengobrol dengan Elsa di koridor.

Rania tersenyum simpul pada Elsa yang dengan girang memanggil namanya tadi.

"Ah elah lo, gue kangen bangetttt!" Ucap Elsa gemas sambil tersenyum.
Rania terkekeh, "jadi gue harus masuk RS terus ya, biar dikangenin lo."

"Dihh, jangan dong Ran!." Ucap Elsa sambil menatap ke depan. "Eh Patrick!" Pekik Elsa kemudian melirik Bunga dan Rania bergantian.
Elsa baru sadar akan satu hal, kalau Rania dan Patrick sudah putus.
Maka Elsa segera menarik tangan Rania berjalan melewati Patrick dan Bunga. "Duluan ya, Pat" ucap Elsa pelan.

Bunga melipat kedua tangannya didepan dada. "Dia siapa sih? Cerewet banget!" Protes Bunga.

Patrick menatap Bunga tersenyum simpul. "Iya cerewet, kayak kamu." Ucap Patrick lalu berjalan meninggalkan Bunga yang memasang raut wajah kesal.

***

Rania sibuk mencatat pelajaran IPA yang ada dipapan tulis. tiba-tiba segumpal darah jatuh dari hidungnya. Menodai buku tulis yang sedari tadi dipakainya untuk mencatat. Rania menatap noda merah itu dengan panik, dia segera mengambil tisu dari dalam tasnya dan menghaspus darah di hidungnya.

"Ran, gu--" ucapan Elsa terhenti ketika melihat darah dibuku tulis Rania. Rania mendesah kesal karena Elsa yang tiba-tiba menengok padanya.
"Itu kenapa Ran?" Tanya Elsa sambil melirik tisu yang menempel di hidung Rania.

Rania menggeleng cepat, "gak papa, gue cuma sakit kepala aja." Ucap Rania cepat.

Elsa tahu bahwa Rania bohong. Ini bukan pertama kalinya Elsa melihat keganjalan dari diri Rania. Elsa pernah melihat Rania meminum obat secara diam-diam supaya mungkin tidak di lihat oleh Elsa dan yang lainnya. Tapi nyatanya Elsa sudah pernah memergoki Rania tanpa setau gadis itu.

Rania berdiri dari duduknya, "pak, saya izin ke toilet." Ucap Rania lalu pergi meninggalkan kelas ketika mendapat anggukan dari guru IPA.

Patrick memandangi kepergian Rania. Ada yang Rania sembunyikan dari Patrick. Patrick sadar itu. Hanya saja Patrick sudah tidak bisa bertanya karena situasi yang tidak memungkinkan mereka untuk bicara.

***

Rania membasuh hidungnya dengan air dengan perlahan. Dia menghela nafasnya lalu menatap pantulan dirinya di kaca. Semuanya berubah, dirinya yang dulu adalah seorang periang. Kini berubah menjadi gadis lemah yang hobi keluar masuk rumah sakit.

Salah satu pintu toilet terbuka. Tanpa menoleh Rania dapat melihat siapa orang itu dari pantulan kaca. Dan orang itu adalah Bunga.
Rania menundukan kepalanya dan hendak pergi dari situ. Dia tidak ingin membuat situasi lebih buruk.

"Tunggu. Lo mau kemana?" ucap Bunga membuat Rania menghentikan langkahnya.

"Kita bicara sebentar. Boleh?" Tanya Bunga datar. Bukan karena Bunga benci Rania, tetapi memang karakter Bunga yang begitu.

Rania menoleh pada Bunga. "Makasih udah bantuin gue waktu itu." Ucap Rania ketika mengingat kejadian yang membuatnya harus masuk rumah sakit.

Bunga mengangguk santai. "Itu gak gratis." Timpal Bunga membuat Rania menyergit ditempatkanya, "maksudnya?."

"Sebagai bayarannya. Gue punya satu permintaan buat lo." Ucap Bunga membuat Rania semakin bingung tempatnya. Bunga menghela nafasnya pelan, "jangan jauhin Patrick. Gue gak nuntut lo balikan sama Patrick, karena itu hak hati lo. Tapi seenggaknya jangan jauhin Patrick, lo sama aja ngancurin dia dengan perlahan." Ucap Bunga lagi
"Gue gak--"
Bunga menjitak kepala Rania keras. "Denger dulu apa yang gue bilang!, jangan dulu komentar!." Protes Bunga membuat Rania seketika mengangguk gugup ditempatnya, "i-iya."

"Nah, good." Ucap Bunga datar. "Berkat lo, Patrick udah move on dari gue." Sambung Bunga lagi.

"Sorry." Ucap Rania kalem membuat Bunga tertawa lepas di tempatnya, "Hahahaaaa" Bunga memegang perutnya membuat Rania menyergit ditempatnya. Lah malah ketawa. Batin Rania.

"Gue segarusnya yang bilang maaf karena udah datang dan bawa kekacauan buat lo dan Patrick. Lagian gak papa sih, Patrick juga sayang banget sama lo. Selama Patrick bahagia, gue juga bahagia. Gue dukung lo berdua kok." Ucap Bunga tulus. Rania menatap Bunga masih tidak mengerti dengan apa maunya cewek didepannya ini.
Bunga berjalan disamping Rania, "ingat permintaan gue tadi." Ucap Bunga horor lalu meninggalkan Rania sendiri.

***

Jumat, 30 06 17

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now