34. Teman lama

2K 82 0
                                    

Elsa mulai menyusun buku cetak di atas meja perpustakaan. Rencananya dia ingin mengajak Kinar, tapi tidak jadi. Elsa merasa canggung untuk mengajak teman lamanya itu. Elsa mulai mengangkat buku-buku itu yang kira-kira berjumlah 14. Bahkan buku-buku itu hampir saja menutupi penglihatannya.

Sebuah tangan mengambil beberapa buku dari tangan Elsa. Membuat beban yang tadinya begitu berat kini menjadi sedikit ringan. Elsa tersenyum, "makasih!" Lalu kemudian mata Elsa melotot ketika melihat Dion yang sudah ada dihadapannya. "Lo?" Elsa menyergit.

"Ngapain lo disini?" Tanya Elsa heran. Melihat Dion yang berada di perpustakaan, mungkin Elsa menganggap hal itu sebagai sebuah fenomena langkah.

Dion menyengir, "tadi baca buku terus gak sengaja lihat lo," ucap Dion berbohong. Dia memang sengaja mengikuti Elsa ke perpustakaan secara diam-diam.

"Modus!" Telak Elsa.

"Ya udah lo mau gue bantuin atau gak?," Dion menawarkan.

Elsa mengangkat bahunya seakan berkata 'terserah'. Kemudian mulai berjalan keluar perpustakaan. Dion mengekori cewek itu dari belakang. hingga dikoridor, Dion segera menyamakan langkah mereka, dan berjalan di samping Elsa. Dion menatap Elsa sambil terus berjalan.

"Jalan di depan, bukan di muka gue." Ketus Elsa. Elsa memiliki karakter yang berbeda dengan Rania, jika Rania orang yang suka kepo, maka Elsa tidak. Elsa cenderung jutek pada orang yang tidak akrab dengannya, sedangkan Rania bisa cepat ramah pada siapa saja. Elsa pelindung Rania, dengan sikapnya yang cenderung jutek pada orang yang tidak akrab dengannya, Elsa menjadi seseorang yang over protective. Sedangkan Rania adalah penghibur bagi Elsa. Rania yang suka kepo tentang segala hal, membuatnya menjadi tahu tentang apa pun yang sedang di alami Elsa. Karakter Rania yang ramah membuat Elsa terhibur.
Pasangan sahabat yang cocok bukan?, mereka berbeda, tapi mereka saling melengkapi dengan perbedaan itu.

Dion hanya tersenyum melihat sikap Elsa lalu kembali menatap ke depan.

"Kinar?," gumam Elsa ketika mereka berpapasan di koridor. Kinar terlihat canggung di tempatnya. "Gue pikir lo belum ambil bukunya, masih ada buku di perpus?" Tanya Kinar sedikit tercekat. Dia sudah lama tidak bicara pada Elsa, tentu saja dia merasa canggung.

"Makanya kalau di suruh jangan lama-lama, jadinya Elsa sendiri yang ambil buku. Untung ada gue." Komentar Dion membuat Elsa menginjak kakinya, "diem lu!" Ucapnya ketus.

Elsa tersenyum simpul pada Kinar, "Udah gak ada kok."

Kinar mengangguk paham lalu berbalik meninggalkan Dion dan Elsa.

"Tenaga badak." Gumam Dion yang masih merasakan nyeri di jari kakinya.

"Makanya mulut di jaga." Timpal Elsa.

"Ya sorry. Eh btw kenapa lo sama Kinar gak pernah bicara di kelas?, tuh tadi aja irit banget ngomong sama lo." Ucap Dion penasaran.

Elsa mengedikkan bahunya, seakan tak tahu menau tentang hal itu. "Mana gue tau, sariawan kali dia, makanya jarang ngomong sama gue." Jawab Elsa sok cuek. Padahal dalam hatinya, dia sangat ingin menyapa teman lamanya itu.

Dion mengangguk setuju. "Bener juga, mungkin dia lagi sariawan."

Dasar bego. Batin Elsa.

***

Part kali ini pendek ya😂 maklum authornya lagi unimagination. jangan lupa vomment dan happy sunday💕

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now