18. Timezone

2.2K 108 0
                                    

"Makasih traktirannya!" Ucap Rania sambil tersenyum manis.

"Seharusnya gue yang bilang makasih karena udah temenin gue nyari hadiah. Lo gak mau singgah ke tempat lain gitu?," tawar Patrick.

Rania berpikir sebentar, tiba-tiba ada sebuah tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi. "Boleh temenin gue gak?,"

"Kemana?," tanya Patrick.

Rania tersenyum. Senyuman yang menundang tanda tanya. Namun belum sempat Patrick bertanya, dengan cepat Rania menarik tangan Patrick. "Mau kemana Ran?," tanya Patrick penasaran.

"Ikut aja, tempatnya gak jauh dari sini kok." Jawab Rania yang masih berjalan dengan menarik tangan Patrick.

Huh dasar cewek aneh :'D. Patrick membatin.

"Nah, sampai!." Ucap Rania lalu menoleh pada Patrick, "gak papa kesini ya?," tanya Rania sedikit khawatir jika Patrick keberatan.

Timezone.

Tenyata Rania bermaksud mengajak Patrick ke Timezone. Patrick tersenyum lebar. Gak papa deh, asal lo senang.

Tempat yang sedang ramai dengan anak-anak yang sedang asik bermain tentu saja tidak mengurangi semangat Rania untuk mamainkan semua permainan didepan matanya. Rania segera menuju pada permainan kesukaannya. Permainan dance.

Patrick menahan lengan Rania membuat gadis itu menoleh, "kalau misalnya gak mau main, lo boleh duduk aja kok." Ucap Rania sadar bahwa mungkin Patrick tidak ingin bergabung dengan Rania.

Patrick mengacak rambut Rania gemas, "bukan itu. tapi beli koin dulu Rania" Rania hampir lupa kalau dia belum membeli koin sama sekali. Dan tentu saja bagaimana dia bisa bermain tanpa koin.

Rania terkekeh, "Hhe gue lupa!."

"Yaudah lo tunggu di sini, gue yang beli" ucap Patrick tanpa menunggu respon Rania. Padahal Rania baru saja ingin mengatakan kalau dia saja yang akan membeli koin. Tetapi Patrick malah pergi tanpa menunggu respon Rania.

Hanya perlu beberapa menit Rania menunggu, kini Patrick sudah datang dengan membawa koin.

"Gak mau main?," tanya Rania ketika Patrick kini sudah berdiri didepannya. Patrick menggeleng, "gak. Lo aja" Patrick lalu memberikan koin pada Rania. Rania tersenyum menggoda, "yakin gak mau main?," belum sempat Patrick menjawab, akan tetapi Rania sudah menarik tangan cowok itu. Rania membawa Patrick di tempat bermain dance.

"Gue udah lama gak main ini." Rania lalu mulai memainkan permainan itu. Sedangkan Patrick hanya tertawa ketika melihat Rania yang dengan lincah menginjak kotak-kotak itu dengan bergantian. Perut Patrick bahkan sampai-sampai kesakitan ketika melihat Rania yang sempat menyanyikan lagu 'Opa gangnam style' sambil melakukan dance konyol. Sebelumnya Patrick sudah tidak pernah tertawa seleluasa ini. Patrick hanya tertawa seperti ini jika bersama-sama dengan Bunga. Dan kali ini Rania berhasil membuatnya ceria kembali. Cewek di depannya mampu menyebarkan virus kebahagiaan kepada Patrick.

Merasa puas bermain dance, maka Rania memutuskan untuk turun dari permainan. Rania tersenyum lebar dengan kepala yang sudah berkeringat.

"jago dance ternyata" ucap Patrick lalu mengibaskan tangannya didepan wajah Rania. Rania tertawa ringan, "tau juga orang lagi kepanasan."

Patrick mengambil sesuatu di saku celananya. "Masih ada koin. Mau main apa lagi?," tanya Patrick sehingga membuat mata Rania berbinar-binar. "Main balap motor!." Rania segera berlari menuju ke permainan tersebut. Sedangkan Patrick yang hanya berjalan dibelakang cewek itu hanya mampu tersenyum. Rasanya menggemaskan melihat anak SMA yang masih doyan dengan permainan timezone.

Patrick tersenyum kikuk. Kalau kayak gini, gue berasa jalan-jalan sama anak TK. batin Patrick.

Rania sudah berdiri di atas motor. Lalu kemudian memasukan koinnya. "Emang tau bawa motor?," Patrick muncul dari samping kanan Rania. Rania tentu saja sedikit terkejut, tetapi dia lebih memilih untuk fokus pada permainannya. "Gue tau. Tapi kalau di permainan" jawab Rania tanpa menoleh pada Patrick.

Patrick mengacak rambut Rania dengan gemas. "Nanti kapan-kapan gue ajarin bawa motor."

Jangan tanyakan bagaimana detak jantung Rania sekarang. Kalau mungkin jantung Rania memiliki kaki, pasti jantungnya sudah melompat bahkan berdance didalam tubuh Rania.

"Let's go!" Rania mulai mengendarai motor mainannya. Rania terlihat sangat menikmati permainannya. Patrick memilih untuk meninggalkan Rania sebentar. Patrick tidak perlu takut karena Rania bukan anak kecil lagi yang akan menangis jika ditinggalkan orang tuanya.

Tak terasa hampir setengah jam Rania bermain kini dia sudah turun dari permainan motor.

"Lah, Patrick mana?" Gumam Rania ketika melihat Patrick sudah tidak duduk dikuris.

Rania memutuskan untuk mencari cowok di itu di permainan lainnya. Siapa tahu cowok itu sedang bermain. Dan benar. Sekarang Rania dapat melihat Patrick yang sedang berdiri di depan box boneka. Dan, bukan hanya Patrick, tetapi juga seorang anak cowok yang terlihat sedang meminta Patrick untuk menggendongnya. Dari ukuran tubuhnya, mungkin anak cowok itu berumur lima tahun.

Mata Patrick menemukan Rania. Sambil tersenyum, Patrick memanggil Rania dengan gerakan tangannya. Rania membalas senyuman itu dan segera menghampiri Patrick dan juga anak kecil yang sedang di gendong Patrick.

"Anak siapa nih?," tanya Rania masih dengan senyumannya.

"Anak kita" jawab Patrick membuat Rania mencubit lengan cowok itu. "Dihh!" Ucap Rania seakan-akan tidak terima dengan jawaban Patrick tadi. Padahal, tanpa Rania juga oke-oke saja jika menjadi ibu dari anak Patrick. (Duhh Rania jangan mimpi😳). 'Authornya ikutan baper nih😂'.

"Kakak cantik ini pacar kakak ganteng?," tanya anak kecil itu dengan suara khas anak-anak. Rania langsung blushing.

Anak pintar!. Batin Rania.

"gak, bukan. Aku teman kakak ganteng," larat Rania.

Patrick hanya bisa menahan tawanya ketika melihat Rania yang blushing.
"Kamu itu kecil-kecil udah cerewet. Balik ke mama kamu yah," Patrick menurunkan anak kecil itu dan mengawasi sampai anak kecil itu kembali pada ibunya.

"Gue kirain anak lo beneran," ucap Rania ketika kini tinggal dia dan Patrick. "Gue juga gak tau anak siapa, tiba-tiba main minta di gendong" jawab Patrick merasa konyol sendiri. "Oh iya, ini buat lo." Patrick lalu memberikan Rania boneka beruang berwarna cokelat.

"Dapat dari mana?," tanya Rania sambil menerima boneka itu. Tidak besar, juga tidak kecil. Imut, Rania suka.

Patrick melirik permainan box boneka. "Tadi iseng aja main, tapi gak di sangka malah dapat boneka."

"Tapi kenapa buat gue?, kenapa gak di kasih ke orang lain," tanya Rania berharap Patrick menemukan jawaban yang dapat mengembirakan hati cewek itu.

"Gue pikir lo suka boneka. Bukannya semua cewek suka boneka?." Dan itu juuga jawaban rata-rata cowok.

Rania tertawa ringan, "hha iya gue suka boneka. Apa lagi boneka beruang. Thanks ya!."

itu bohong Ran, Gak semua cewek suka boneka. Bunga gak suka boneka. Dan lo berbeda dengan Bunga. walaupun gitu, lo unik. Patrick membatin.

***

Sabtu, 03 06 27

A/N: sekedar informasi guys, kalau ada yang kurang jelas di cerita ini, kalian bisa tanya langsung lewat komentar nanti biar di jawab sama author dichapter berikutnya. Dan jangan lupa vomment guys! Nanti authornya ngambek lhooo😂
Oke see u next chapter!😘💕

Just Not Mine (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang