03. kembali

3.8K 156 0
                                    

Dengan ransel yang tergantung dipundaknya, Rania berjalan menuju dapur. Randy yang menyadari kehadiran Rania dimeja makan pun tersenyum, "gak jadi pengangguran nih?,"

Rania berdecak kesal lalu mengambil sepotong roti tawar kemudian memasukkan roti tersebut kedalam mulut Randy. "Jadi cowok itu jangan cerewet." Randy mengangguk patuh sambil mengunyah roti yang sudah ada dalam mulutnya.

Seseorang mengusap rambutnya dari belakang, Rania menoleh, ternyata ibunya. "Sudah mau ke Sekolah?."
Rania pun segera mengangguk dengan antusias. "Iya." Ibu Rania kemudian tersenyum, "ya sudah, ibu ambilkan dulu roti bakal cokelat kesukaan kamu."

"Bu," Rania menahan lengan ibunya. Seakan mengerti bahwa Rania ingin mengatakan sesuatu, Ibu Rania hanya diam, menunggu anaknya ini berbicara. "maafin Rania ya, gak pergi ke Sekolah selama dua hari ini, padahal ibu - "

"Tidak apa-apa sayang, yang penting Rania baik-baik aja, dan Rania bahagia." Ucap ibu Rania. membuat airmata yang berusaha Rania tahan dari tadi berhasil terjatuh.
"Maafin aku," ucap Rania kemudian memeluk ibunya. Ibu Rania tersenyum, "iya sayang."

***

"Oh jadi dia yang naksir Patrick?,"

"Dih, gak tahu diri banget."

"Dia udah siap saingan sama kak Angel gak ya?,"

Itulah yang terdengar ditelinga Rania ketika berjalan ditengah koridor kelas 12, pagi ini dia kembali ke Sekolah. Sebenarnya dia belum siap untuk bertemu dengan teman-teman kelasnya. Apalagi dengan Patrick. Tetapi harus bagaimana lagi, Rania tidak mungkin selamanya berdiam diri dikamar. Seperti diputus cinta saja.

XI-2, Rania menarik nafasnya ketika menatap ruangan kelas itu. Rania memejamkan matanya. Oke Rania, lo gak perlu takut appun!. Rania melangkahkan kakinya masuk. Ta-dahhh semua murid menatapnya. Kemudian berbisik-bisik.

"ciee yang udah Sekolah, kangen Patrick ya?, wkwkkk." ujar Putri sebagai penyambutan bagi Rania.
Elsa menatap Putri, "bilang aja kalau sirik, lo kan naksirnya sama monyet."
Beberapa murid tertawa akan perkataan Elsa barusan. Elsa memang cukup terkenal di SMA CENDEKIA JAKARTA. Selain parasnya yang cantik, Elsa memang pintar dikelasnya.

Rania segera menunduk, dia kemudian berjalan menuju bangkunya. Elsa tahu apa yang dirasakan sahabatnya saat ini.
"Gak usah diladenin Ran, toh mulut mereka kan yang cape."

Rania menghembuskan nafasnya, "gue malu Sa, mana Patrick juga dikelas lagi."

Elsa terkekeh pelan, "kan dia emang sekelas sama kita Ran."

"Ada PR gak selama gue absen. Wali kelas gak omelin lo kan gara-gara gue absen?," tanya Rania sedikit khawatir. Nyatanya dia belum pernah mendapat masalah di Sekolah. Dia tidak ingin merusak nama baiknya.

"anak-anak, selamat pagi." ucap ibu Maria yang tiba-tiba sudah ada dalam kelas. Elsa dan Rania segera menatap kedepan. Juga murid-murid lainnya.

"Jadi ibu sudah periksa puisi karya kalian semua. Semuanya baik, hanya ada beberapa yang belum tahu membuat puisi." Ucap ibu Maria sambil mengusap lipstik dibibir bawahnya. Tabiat ibu Maria yang sudah sangat dihafal oleh murid-murid satu SMA apalagi dikelas XI-2. dalam berbicara satu paragraf, ibu Maria bisa lima puluh sampai enam puluh kali mengusap lipstik dibibirnya.

"Bu, saya gak tulis puisi soalnya tangan saya gak bisa digerak waktu itu bu." Ujar Dion berbohong.
Elsa menoleh pada Dion. "Gak bisa gerak, terus yang angkat-angkat kertas Rania siapa?, robot?. Gue doain tangan lo beneran gak bisa gerak!."

"Hhe bebebb Elsa masih marah ya sama gue?." Ucap Dion dengan nada menggoda.

"Huuuuuuuuu!" Seru murid-murid pada Dion.

Elsa kembali menghadap ke depan, "bebeb lo bangke!."

Ibu Maria memukul meja dengan rotan. Semua kembali diam. "Jadi sebelum ibu lanjut, ada yang ingin bertanya?, sebelum ribut seperti tadi."

Kinar mengangkat tangan. "Puisi siapa yang terpilih buat lomba nanti?."

"Pertanyaan bagus Kinar. Jadi itu yang ingin ibu sampaikan kalau puisi yang terpilih adalah puisi karya Rania Putri." Jelas ibu Maria membuat Rania tegang. Sedangkan Kinar diam ditempatnya, jujur saja ada rasa yang muncul.

Ibu Maria kemudian teringat satu hal. "Untuk Rania Putri dan Patrick Andara, setelah ini kalian bisa ke ruang saya."

Bahkan Rania belum selesai menenangkan dirinya dari rasa tegang, tetapi ibu Maria kembali mengejutkannya dengan panggilan ke ruang ibu Maria, apalagi bersama dengan Patrick. Rania memejamkan matanya, help me Lord.

***

Kadang-kadang, kamu tidak perlu menggunakan otak untuk mencintai seseorang. Tapi gunakan hatimu.

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now