11. Perpustakaan dengan Patrick

2.6K 111 0
                                    

Rania selesai meletakkan buku-buku diraknya. Begitu juga dengan Patrick. Dan sekarang giliran menulis nama siswa yang mengembalikan buku-buku tersebut.

Rania sudah memegang pulpen dan hendak menuliskan namanya. Tetapi kemudian dia teringat kalau bukan hanya dia yang mengembalikan buku. "Tulis nama siapa?, gue atau lo?."

Patrick tersenyum. "Terserah lo aja. Dua-duanya juga boleh. Tapi kalau gitu kayak undangan nikahan aja yah."

Rania hampir stroke ditempatnya. Gadis itu segera mengedipkan matanya beberapa kali. Sadar Rania!, belum waktunya lompat-lompat girang. Rania memperingatkan dirinya sendiri. Tetapi setelah dipikir-pikir baru kali ini Patrick seakrab ini dengannya. Kali ini Patrick lembut, juga suka bercanda. Tapi jangan geer, bisa jadi Patrick baik pada semua cewek.

"Kalau lo melamun terus, kapan kita keluar dari sini." Patrick mengambil pulpen dari tangan Rania lalu menuliskan nama gadis itu.

Rania menatap Patrick heran. "kenapa gak tulis nama lo aja?,"

"Salahin tangan gue kenapa tulis nama lo." Ucap Patrick kemudian mengusap kepala Rania sekilas, "yuk keluar."

Rasanya Rania seperti disetrum listrik. Gadis itu kemudian berjalan dibelakang Patrick dengan senyuman yang mengembang dibibirnya.

"Jadi lo mau kemana abis ini?," tanya Rania setelah mereka sedang berjalan dikoridor.

"Oya, tentang konseling, hari ini boleh?." Patrick malah balik nanya.

Rania cemberut, "jawaban gue gak dijawab Pat."

"Eh?," Patrick terkekeh, "abis ini mau ke kantin." Lanjutnya lagi.

"Terlanjur kesel." Ucap Rania sengaja ingin melihat bagaimana reaksi Patrick.

"Yaudah sorry." Ucap Patrick santai.

Rania berinisiatif untuk berpura-pura marah, tetapi setelah dipikir-pikir, Rania tidak memiliki alasan untuk melakukan akting itu.

"Dimaafin. Em, tentang yang tadi, boleh juga. Kebetulan gue gak keluar hari ini." Ucap Rania lalu tersenyum manis.

Patrick mengangguk paham, "dirumah lo aja."

"Kenapa dirumah gue?," tanya Rania aneh.

"Malas lihat muka Merry dirumah. Alamat rumah lo mana?."

"Nanti gue sms lo aja."

Patrick mengangguk pelan, "okay, gue tinggal dulu."

"Eh, Pat!." Seru Rania membuat cowok itu kembali menoleh.

Patrick mengangkat keningnya seakan berkata 'kenapa?'.

"Bentar kalau ke rumah gue, hati-hati dijalan." Ucap Rania yang sudah kehabisan kata-kata. Sebenarnya dia hanya ingin memiliki waktu lebih banyak dengan Patrick.

Patrick mengangguk dengan senyuman dipinggir bibirnya.

***

"Kakak, bentar lo jangan muncul didepan gue sama teman gue. Pokoknya seharian ini lo harus ngurung diri dikamar lo. Anggap aja lo lagi galau diputusin cewek." Ucap Rania sambil sibuk mengatur ruang tamu.

Randy yang sedang menonton malah menatap Rania heran. "Gak mau, orang gue tinggal disini, kenapa harus sembunyi dikamar."

"Gue gak suruh lo senbunyi, tapi ngurung diri." Ralat Rania.

Tiba-tiba ponsel Rania bergetar.

Patrick gans :
Gue udah didepan pintu rumah lo.

Terlambat. Bahkan Rania belum selesai membersihkan ruang tamu.

"Bilang aja doi lo mau datang," ucap Randy sukses membuat kedua tanduk Rania muncul. "Kakak!, cepat masuk kamar!." desak Rania tetapi Randy malah justru menggodanya, "jangan gitu dong, kan sebagai kakak yang baik juga harus ketemu sama adek ipar dulu, biar dapat restu."

"Bukan waktunya becanda kak!." Rania kemudian memastikan pakaiannya apakah sudah rapi atau belum. Kemudian dia segeta membukakan pintu untuk Patrick.

"Eh, lo udah datang. Yuk sini, belajarnya dikamar gue aja." Rania langsung menarik tangan Patrick.

"Eh mau dibawa kemana anak orang?," tanya Randy jail.

Patrick yang baru menyadari kalau ada Randy diruang tamu, tentu saja terkejut dan hanya bisa tersenyum.

"Abaiin aja, dia orang gila." Ucap Rania sambil terus menarik Patrick ke kamarnya.

Patrick menyengir, "siapa yang gila?, lo yang narik gue ke kamar?."

Rania menoleh. "Jangan nethink!." Ucap Rania agak kesal.

Patrick mendekatkan wajahnya lalu mengusap kepala cewek itu, "iya Rania."

Saat itu juga pipi Rania segera merona.

***

Salahin hati gue kenapa milih lo.

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now