55. Belajar melupakan

1.9K 71 0
                                    

Kinar berlari menuju kelasnya. Dengan nafas yang tergesa-gesa, "El,.sa?" Panggil Kinar yang masuk berusaha menstabilkan nafasnya.

Elsa menoleh pada asal suara tersebut. "Lo kenapa Nar?" Elsa menyergit di tempatnya.

"Rania lagi dibawa diRS!"

Patrick segera berdiri dari duduknya, "Rs mana?" Tanya Patrick tak sabaran.

Kinar menghembuskan nafasnya pelan. "Di RS siloam."

Elsa dan Patrick segera berlari menuju parkiran Sekolah.

***

Reno menatap ponselnya frustasi, dia sudah mencoba menelepon Patrick sejak tadi, tapi masih tidak di angkat sama sekali.

"Hallo"

Akhirnya di angkat.

"Lo dimana, nyuk?" Tanya Reno.

"Gue lagi di jalan mau ke RS" jawab Patrick dari seberang telepon.

"Udah tau kan Rania lagi dibawa ke RS?"

"Iya. Emang kebapa nyet?"

"Tolong liatin dia, gue gak bisa kesana karena ada urusan penting hari ini."

"Iya nyet, tanpa lo bilang, gue juga bakal jagain Rania."

Reno tersenyum lega. "Oke ya udah, hati-hati bawa mobil."

Tlettt.

Sambungan telepon terputus. Reno menatap Angel yang kini sudah bersama dengannya di ruang BK.

"Saya rasa ini harus di tindaklanjuti pak." Ucap Reno pada bapak Darwin-kepala BK.

"Harus ada saksi yang menyaksikan langsung kejadiannya." Ucap bapak Darwin membuat Reno berdecak kesal. "Kalau sampai terjadi sesuatu sama Rania, gua bakal musnahin lo, Ngel." Ancam Reno.

***

Bunga ikut mendorong ranjang darurat dimana Rania terbaring disitu. Mereka baru saja tiba dirumah sakit dengan di antar dengan mobil milik salah satu pegawai sekolah. Bapak Deni juga ikut sebagai penanggung jawab, karena kejadian terjadi disaat masih jam sekolah.
Bunga menatap wajah Rania yang tampak lesu dengan mata yang masih terpejam.

Lo bakal baik-baik aja, Ran. Batin Bunga.

Rania segera dimasukkan di ruang UGD. Bunga dan bapak Deni hanya bisa menunggu diluar. Karena Rania akan di periksa didalam.
   Bunga duduk diluar sambil mengusap wajahnya sedikit kasar.

***

Rania membuka matanya perlahan, menstabilkan cahaya lampu rumah sakit yang masuk kedalam matanya. Rania merasakan seluruh tubuhnya yang kini terasa kaku. Sakit di bagian perut dan agak pening kepalanya.

Ibu Rania segera membantu Rania untuk sedikit mengambil posisi duduk walau Rania harus bersandar dibantal. Rania menatap orang-orang yang ada di ruang. Ada Ibunya, Elsa, Bunga, dan Patrick. Rania menatap Patrick nanar. Mengapa Patrick ada disini, padahal Rania sangat ingin melupakan cowok itu.

Rania menghela nafasnya, dia lalu kembali berbaring membelakangi teman-temannya. Ibunya mengusap punggung Rania pelan, "nak, kenapa gitu?, kan mereka yang nolong kamu tadi." Ucap Ibunya lembut.
    Rania baru ingat kalau Bunga yang sudah menolongnya tadi sewaktu di labrak oleh Angel. Ya, tentu saja Rania akan berterima kasih. Tapi tidak sekarang, Rania tidak ingin melihat Patrick. Patrick sudah bertemu dengan cinta pertamanya, jadi Rania rasa dia tak pantas lagi untuk Patrick. Toh juga mungkin umurnya tidak akan panjang lagi.

"Aku pengen sendiri, bu." Ucap Rania masih tetap dalam posisinya. Ibunya menghela nafas. "Baiklah."

"Nak Elsa, sama Patrick dan juga,."

"Bunga," ucap Bunga sambil tersenyum.

"Iya, sama nak Bunga. Maaf ya Rania mungkin mau istirahat dulu. Nanti besok bisa bicara sama Rania. Kalian pulang dulu, kasian nanti di cariin orang tua." Ucap ibu Rania dengan ramah.

Ketiganya mengangguk paham. "Ya udah kalau gitu kita pamit dulu ya tante," pamit Elsa mewakili ketiganya. Kemudian mereka pergi meninggalkan ruang inap Rania.

***

Sengaja update part pendek biar kalian gak bosen bacanya😊
Jgn lupa vomment ya guys😚

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now