53. Melepaskan?

2K 76 1
                                    

Pagi kembali menyapa gadis berambut hitam pekat itu. Dia masih berdiam di atas ranjangnya, matanya sudah terbuka, tetapi tubuhnya masih terbaring lesu di atas ranjangnya. Memikirkan kejadian selamam, tentu membuat Rania ingin tidur selamanya. Rania menatap arlojinya, sudah pukul 07:05 pagi. Rania tidak ingin pergi ke Sekolah hari ini. Walaupun Rania tahu bahwa mungkin bapak Toy--guru PKN akan memberikannya hukuman karena absen di jadwal pelajarannya.

"Gak sekolah nak?," tanya ibu Rania sambil menghampiri anaknya itu. Rania mengangguk pelan, "Rania gak sakit. Tapi hari ini boleh ya Rania gak sekolah." Pintah Rania.

Ibu Rania menghela nafas kemudian mengangguk, "iya, tapi hari ini aja ya."

Rania mengangguk lalu menidurkan kepalanya diatas paha ibunya. "Bu," gumam Rania pelan.

"Hmm?"

"Ibu masih sayang ayah, gak?" Tanya Rania dengan suara serak.

awalnya ibu Rania sempat terdiam. Terkejut dengan pertanyaan yanh di lontarkan Rania. Tetapi selanjutnya dia tersenyum penuh arti, "kenapa Rania nanya kayak gitu?"

"Ayah udah selingkuh. Tapi kata orang ada perasaan yang bersifat abadi. Apa mungkin perasaan ibu buat ayah itu abadi?" Tanya Rania sambil memainkan jari tangannya.

Ibu Rania tersenyum lebar. "Awalnya sakit di tinggalin orang kita sayang, tetapi semakin hari kita akan terbiasa dengan itu." Jawab Ibu Rania sempat membuat Rania tercengang. Apakah dia harus melepaskan Patrick?, dan membiarkan Patrick dan Bunga kembali bersatu. Bukankah memang Patrick mencintai Bunga sebelum cowok itu mencintai Rania?, tetapi mengapa Rania tersiksa jika harus melepaskan Patrick.

Rania memejamkan matanya, menahan airmata yang sudah membendung di pelupuk matanya.

***

Patrick memandangi seisi kelas, tidak ada Rania.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan kasar. Patrick menoleh, tenyata Reno pelakunya.

"Lo ngapa--"

"Bangsat lo!" Teriak Reno sambil menunju pipi Patrick. Membuat langkah cowok itu terundur.

Patrick menyeka darah di ujung bibirnya. "Apa maksud lo datang langsung main ninju?" Tanya Patrick berusaha tenang. Reno mendecih, "lo nanya ke gue?!. Seharusnya gue yang nanya apa maksud lo pelukan didepan Rania semalam?!. Lo pikir Rania itu apa, hah?!. Anjing lo!, jadi ini yang lo bilang sayang sama Rania?!." Ucap Reno dengan lantang.

Patrick tercengang di tempatnya, "semalam Rania datang ke rumah gue?"

Reno sekilas membuang mukanya, mendesah pelan. "Terus lo pikir apa?, semalam dia bela-belaan pergi ke rumah lo buat kasih suprise, tapi lo malah pelukan sama itu cewek!. Dimana otak lo anjing!." Ucap Reno lagi kembali membuat Patrick termangu di tempatnya.

Semua siswa di dalam kelas tercengang dengan pertengkaran didepan mereka. Kata-kata Reno yang menandakan bahwa Reno sudah sangat marah saat ini.

Dion menatap Patrick yang menundukan kepalanya. "Sa, Rania dimana?" Tanya Dion tanpa menatap pada Elsa.

"Kayaknya dia gak sekolah." Jawab Elsa sambil menggeleng pelan.

"Patrick," panggil seseorang membuat Patrick dan lainnya menoleh pada asal suara itu.

Patrick terpekik di tempatnya. "Bunga?, kamu kenapa ke sini?" Patrick menganga ketika melihat Bunga yang sudah memakai seragam putih abu-abu.

Just Not Mine (Selesai)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt