10. Kelas

2.7K 117 0
                                    

Pagi yang indah dan suasana Sekolah yang cukup ribut. Rania terus menatap bangku Patrick yang masih kosong, apakah cowok itu akan Sekolah hari ini?.

"Woyyy! Siapa yang udah lihat hasil ulangan harian Bahasa Inggris?," suara Adit memenuhi isi ruangan kelas XI-2.

Elsa memutar kedua bola matanya lalu menoleh, "Dit, boleh gak sih diam?, Sekolahnya juga seminggu sekali pas Sekolah malah ganggu ketenangan!." Komentar Elsa sebagai pengurus kelas.

"nenek sihir ngamuk." Adit kembali duduk ditempatnya.

Elsa juga begitu, dia kembali duduk ditempatnya. "Ngeselin banget tuh anak, kalau gue jadi Kepala Sekolah, udah gue keluarin tuh anak dari Sekolah." Ucap Elsa kesal.

Rania terkekeh pelan. "Jangan marah mulu sama dia, ntar taken lho!."

"Dihh! Siapa yang pengen taken sama dia."

Rania tersenyum menggoda, "kan siapa tahu."

Elsa menggeleng dengan cepat. "jangan sampai!."

Tiba-tiba mata Rania terhenti pada Patrick yang baru saja memasuki kelas. Yeyy dia Sekolah!. Tanpa ada yang tahu, Rania sedang girang dalam batinnya. Tetapi ternyata Elsa menyadari akan hal itu. Elsa menyenggol lengan kanan Rania, "cieee, yang disuka udah Sekolah."

"Biasa aja sih." Ucap Rania berusaha menutupi rasa senangnya.

Patrick duduk ditempatnya, dan itu masih ada dalam pengawasan Rania. Dari tempat duduk Rania, dia dapat melihat bahwa Patrick sedang berbincang dengan Dion. Sayangnya Rania tidak bisa sedekat itu dengan Patrick. Dion beruntung, dapat berteman dengan Patrick. Tiba-tiba Patrick menoleh, mata Rania langsung melebar. Gawat!, Patrick memergokinya. Maka dengan cepat Rania segera menghadap ke posisi semula.

Elsa terkekeh, "Lihatin aja terus dia." jadi Elsa juga memperhatikan gerak-gerik Rania dari tadi.

"Okay class, now we will start our study. Please open your book on page 89." Ujar ma'am Lany yang tiba-tiba saja sudah ada dalam kelas.

***

Selama pembelajaran Ma'am Lany, Rania hanya sibuk dengan pemikirannya sendiri. Entah mengapa dia teringat akan foto cewek yang dia lihat dirumah Patrick beberapa hari yang lalu. Hatinya masih bertanya-tanya, siapa cewek itu?, apakah dia cewek Patrick, haruskah Rania menjauh dari Patrick?. Ah, ini sungguh mengganggu pikiran Rania.

Elsa melirik arlojinya, "udah abis jam." Ucapnya sambil menyenggol lengan Rania.

"Gak sabar istirahat." Keluh Rania.

"Kenapa emang?," tanya Elsa tanpa menatap ke arah Rania, takutnya ma'am Lany memergoki mereka.

Rania menongka dagu dengan lemas, "lapar somay mba kantin."

Ma'am Lany mengambil buku-buku yang biasa dibawahnya. "Oke anak-anak, pelajaran kali ini sampai disini. Setelah ini tolong Elsa datang ke ruang guru ibu."

Elsa kaget. Tentu saja, karena Elsa tidak pernah dipanggil ke ruang guru, dan sekarang, sepertinya Elsa tidak berbuat kesalahan. Tetapi kenapa dipanggil?.

"Saya kenapa ma'am?." Tanya Elsa panik.

"saya hanya ingin memberi kamu hasil ulangan harian minggu lalu, untuk dibagikan kepada teman-teman. Memang kenapa?, kamu ingin menolak perintah saya?." Tanya ma'am Lany yang justru membuat murid-murid terbahak-bahak.

"Selow Sa, jangan pucat!." Celetuk Dion.

Elsa tersenyum kecut, "lagian ma'am bikin jantungan aja, kirain saya mau dihukum atau apa."

"Ohiya, lalu buku-buku cetak ini, tolong Rania dan Patrick kembalikan ke perpustakaan." Sambung ma'am Lany lagi.

Rania menunjuk dirinya, "sa-saya?"

Ma'am Lany melotot. "Iya kamu, memang dikelas ini ada berapa yang bernama Rania?."

"Gugup kali dia, kan ke perpus nya bareng Patrick, Cieee,." Celetuk Adit kali ini.

Rania segera menundukkan kepalanya. Dia benar-benar malu. Seluruh murid dikelas sudah tahu kebenarannya. Bagaimana bisa Rania akan baik-baik saja dengan semua kebenaran ini.

"Sudah, semuanya diam. Elsa, Rania, dan Patrick, jangan lupa apa yang ibu perintahkan." Pesan ma'am Lany sebelum akhirnya meninggalkan kelas.

Baru saja Rania ingin mengumpulkan buku cetak. Tiba-tiba Patrick muncul disampingnya. Rania terdiam. Patrick selalu dapat membuat Rania tak berkutip.

"Lihatin aja gue terus, biar bukunya jalan sendiri ke perpus." Canda Patrick membuat Rania tersadar.

"Eh?," Rania mengumpat ditempatnya. "Heheh, yaudah gue kumpulin yang disebelah sana." Ucap Rania agak kikuk.

Kadang-kadang dia juga lucu. Komentar dalam Patrick batinnya.

***

Siap jatuh cinta, siap terluka.

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now