47. Rania dan Randy

1.8K 67 0
                                    

To : my annoying brother

From : your beautiful sister

Sorry gue balik ke amrik gak bilang-bilang ke lo duluan. Palingan juga lo ke pengen kan gue balik ke amrik. Adek kayak lo mah gue udah tau tipikalnya. Tapi lo harus tau ini, gue balik ke amrik supaya lo gak di seret papa ke sana. Gue bilang ini supaya lo gunain kesempatan ini dengan baik. Biar gue tebak, pasti lo bakal bilang gue alay karena pakai nulis surat segala. lagian gue pengen bicara langsung sama lo, tapi lo nya sibuk kesana-kemari. Kayak ayu ting-ting membawa alamat. Lo jagain Rania yang bener, kalau gak gue tabok lo. Jangan absen-absen di kelas and rajin-rajin belajar pluss bikin pr. Gue gak tau kalau gue bakal balik ke indo atau gak. Karena itu jangan kangen-kangen gue ya! Btw ultah lo besok lusa ya kan, tapi sorry ya gue gak ada dihari ultah lo. Hbd! Gue yang fist ya. Ya udah pendek kan pesan gue. Bye..

Patrick tersenyum simpul ketika membaca surat dari Starla. Eh, maksudnya surat dari Sandra. Patrick menyayangi kakaknya itu. Hanya saja memang tipikal Patrick yang cuek pada Sandra. Patrick juga baru ingat kalau ultahanya sudah besok lusa. Kalau Sandra tidak menulisnya di surat, mungkin Patrick akan lupa sendiri ultahnya.

***

Rania bingung sendiri ketika melihat Randy yang hari ini tampak tidak begitu bersemangat. Randy sedang duduk di meja makan. Tapi pikirannya entah kemana. Bahkan nasi goreng didepannya sudah terlanjur dingin karena tidak dimakan sedari tadi.

"Melamun mulu, nasi gorengnya ngambek tuh." Seru Rania dan tidak di respon oleh Randy. Rania melirik ibunya, "bu, itu kak Randy kenapa?." Tanya Rania seperti berbisik. Ibu Rania mengedikkan bahu. Tidak tahu menau tentang itu.

Randy mengotak-atik nasi gorengnya tidak jelas. Bahkan ada beberapa gumpalan nasi yang sudah berada di luar piring. Rania menatap Randy dengan tatapan lelah. "Nih anak kenapa sih!"

"Randy, itu kenapa makanan malah di mainin. Gak bagus Ran," tegur ibu Rania sontak membuat Randy mengangkat kepalanya. "Lagi gak mood makan."

Ibu Rania tersenyum. "Iya, tapi bukan berarti makanannya di sia-siain kayak gitu."

Randy tersenyum tipis lalu berdiri dari duduknya. "Aku mau ke kamar dulu bu." Pamit Randy lesu. Ibu Rania mengangguk lalu melirik Rania yang sedang makan. "Dek, itu ikutin kakak kamu. Kasian, sana hibur dia" suruh ibu Rania membuat Rania menggeleng ogah. "Gak mau, aku kan lagi makan."

"Udah sana, makannya nanti di lanjutin." Ucap ibu Rania sambil mendorong tubuh Rania untuk mengikuti Randy.

Rania akhirnya berjalan mengikuti Randy dengan malas. Padahal dia belum selesai makan. Tapi dia harus meninggalkan nasi gorengnya demi Randy yang entah sepertinya sedang patah hati.

Randy masuk ke kamarnya. Rania masih mengekori kakaknya itu. Hingga sampai di dalam kamar, Randy segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Rania juga ikut begitu.
"Ngapain lo ikutin gue?" Komentar Randy.

      Rania menghela nafasnya lelah. "Di suruh ibu. Kalau gak di suruh ibu, gue juga ogah ngikutin lo."

"O aja." Timpal Randy.

"Nah ini, penyakit ngeselin lo mulai kambuh." Oceh Rania.

"Serah. Sana lo keluar, gue mau bobo." Ucap Patrick sambil menutup tubuh sampai kepalanya dengan selimut.

Rania menatap langit kamar Randy. "Kata orang badmood itu gak bagus."

"Itu bukan kata orang. Tapi kata lo." Ucap Randy dari balik selimut.

"Lah emang gue bukan orang?!" Pekik   Rania. Kali ini dia mengubah posisi duduk dan membuka kasar selimut yang menutupi wajah Randy.

"Baru sadar?" Tanya Randy ketika wajahnya sudah terlihat. Rania memutar kedua bola matanya. "Sumpah ya, lo itu ngeselin tau gak!."

"Lo lebih." Celetuk Randy membuat Rania semakin kesal.

"Kenapa sih gue punya kakak kayak--"

"Lo mimisan." Randy segera mengambil posisi duduk. "Heh?" Tanya Rania sambil mengusap hidungnya yang terasa basah. Dan benar, kini tangannya juga ikut berdarah.

Randy segera mengambil tisu dan membersihkan darah di hidung Rania. Walaupun Randy sering membuat Rania kesal, tetapi sejujurnya Randy sangat menyayangi adiknya itu. "Lo lupa minum obat hari ini?" Tanya Patrick heran.

Rania menepuk jidatnya. "Aduh, gue lupa minum obat hari ini." Ucap Rania membuat Randy marah. "Kenapa gak minum obatnya?, emang lo mau penyakit lo semakin parah, hah?!" Bentak Randy membuat Rania terdiam di tempatnya. Baru kali ini Randy memarahinya.

Rania celingak-celinguk di tempatnya. "Oh, ya udah, ini gue mau minum obat dulu." Ucap Rania sambil menuruni ranjang. Tetapi tiba-tiba Randy menahan lengan Rania. Membuat Rania menoleh pada Randy.

Randy menghela nafasnya. "Gue aja yang ambil obatnya." Ucap Randy kali kalem.

Rania segera mengangguk dengan cepat. Membiarkan Randy pergi mengambilkan obatnya.

***

Kadang sayangku tidak dapat di ungkapkan dengan kata-kata.

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now