54. Bunga vs Angel

2K 76 0
                                    

Rania menyusun buku cetak PKN yang nanti akan dibawanya ke perpustakaan. Gara-gara kemarin dia tidak sekolah, maka Rania mendapat hukuman dari bapak Toy yaitu mengembalikan buku cetak PKN ke perpustakaan. Sebenarnya Rania tidak apa-apa dengan hukuman ini, toh dia juga biasa mengembalikan buku ke perpustakaan.

"Mau gue bantu, Ran?" Tanya Putri yang tiba-tiba muncul dari belakangnya. Rania menoleh sekilas dan kembali menatap ke depan. "Gak papa Put, gue bisa sendiri kok." Rania segera mengambil buku-buku cetak itu sehingga kini sudah tersusun di atas tangannya. "Cuma ringan kok." Ucap Rania enteng.

Patrick menatap gerak-gerik Rania, sudah seminggu semejak hari dimana Rania memutusi Patrick, mereka tampak sudah tidak saling berbicara. Rania selalu menghindari Patrick, bahkan ketika dalam pelajaran.
    Mata Rania tiba-tiba bertemu dengan mata Patrick. Rania sempat terdiam ditempatnya, tetapi sesudah itu, Rania segera berjalan meninggalkan kelas.

Dion menepuk bahu Patrick sedikit kasar. Membuat Patrick beralih menatap temannya itu. Patrick menaikan alisnya.

"Gak kangen lo sama Rania?" Tanya Dion tanpa sambil melirik Rania yang sudah pergi.

Banget, Di. Jawab Pattick dalam batin.

Dion tertawa geli. "Ah elah, kangen ya kangen aja, Pat. Jangan di tahan, ntar sakit lho. Kayak kalau mau BAB, kalau di tahan rasanya gimana gitu."

Patrick melempar bola kertas ke wajah Dion karena Dion yang  menghubungkan 'kangen' dengan BAB. "Iya BAB, dan lo tainya." Tambah Patrick.

kali ini Dion terkekeh pelan. "Ya lo sih, Aneh. kalau lo sayang sama Rania, kejar orangnya. Dulu Rania yang ngejar-ngejar lo, sekarang gantian, lo yang harus ngejar dia." Ucap Dion sambil melihat kedua tangannya didepan dada.

Patrick mengangguk sambil tersenyum. "Lo ngomong gampang. Nah, giliran lo. Kenapa coba gak nembak-nembak Elsa?, dari dulu sampai sekarang udah mau kiamat, gak tembak-tembak." Ucap Patrick kali ini dengan wajah datar.

"Elsa terlalu agresif. Gue harus mancing dia du--"

"Apa maksud lo gue agresif?, lo pikir gue binatang?, hah?!" Protes Elsa ketika mendengar Dion yang baru saja menyebutkan namanya.
     Dion tersenyum saraf. "Nah, ini nih yang gue maksud, Pat."

"Pengen mati lo?" Tanya Elsa sambil menarik lengan seragamnya.

Dion segera lari keluar dari kelas. Diikuti Elsa yang mengejarnya dengan tinjuan yang menanti.

Patrick tersenyum sambil menggeleng   pelan. Herannya walau sudah kelas 2 SMA, Dion dan Elsa masih berkelakuan anak kecil di dalam kelas.

Baru saja Patrick ingin mengalihkan pandangannya dari depan pintu, Bunga sudah muncul sambil memasang muka datar. sudah hampir seminggu Bunga bersekolah disini, dan kini dia sekelas dengan Reno.

"Kenapa?" Tanya Patrick sambil menaikan alisnya. Bunga berdecak kesal. "Sih Reno temen kamu, dia brengsek. Masa aku gak bikin PR aja, terus di suruh bersihin kelas." Protes Bunga kesal.

Patrick tersenyum simpul. "Kan salah kamu gak bikin PR."

Bunga melotot. "Jadi kamu bela sih brengsek itu?"

Patrick menggeleng. "Shuut, jangan bilang sembarangan orang brengsek."

"Ah serah!. Kamu sama aja kayak dia. Ngeselin. Tapi kalau dia udah aku beresin, tadi aku tonjok sampai hidungnya keluar darah." Ketus Bunga sukses membuat Patrick menganga lebar. "Kamu nonjok dia?"

Bunga tersenyum bangga. "Iya. Siapa suruh cari gara-gara."

"Ya udah, aku mau ke perpus dulu. Mau minjem buku sastra buat bikin PR." Ucap Bunga kemudian berlalu meninggalkan kelas Patrick.

***

Rania sudah selesai memgembalikan buku. Kini dia berjalan di tengah koridor yang sepi dengan langkah lamban. entah, tiba-tiba saja dia tidak enak badan. Mungkin karena tidak sarapan tadi pagi. Dan, ya, Rania baru ingat kalau dia lupa minum obatnya. Rania menekan pelipisnya. Kuatlah Rania, jangan lemah kayak ini.

Tiba-tiba seseorang menarik lengannya ke belakang. Rania menoleh pada orang yang baru saja menariknya. "Angel,"

Angel menaikkan alisnya, "Apa?, kangen gue?."

Rania menggeleng. "Apa mau lo?" Tanya Rania datar.

Angel tersenyum miring. Sambil mengusap lembut pipi Rania, dia berjalan memutari tubuh Rania. "Lo mau nanya apa mau gue?" Tanya Angel kembali berhenti didepan Rania. "Gue pengen lo pergi dari sekolah ini!" Sambung Angel lagi sambil menarik Rania masuk ke dalam gudang. Rania menarik tangannya kuat, tapi Angel terlalu mencekat tangannya hingga terasa begitu sakit.

"Angel lepasin gue!" Protes Rania sambil terus memberontak ditempatnya.

Angel menghempaskan tubuh Rania ke dinding hingga Rania tidak bisa lagi menggerakan tubuhnya sekarang. Punggung terlalu sakit. Kepala pening. Sungguh siapapun tolong bantu Rania!. Rania terduduk dengan kepala yang tertunduk. Rania masih sadar, hanya saja dia tidak memiliki kekuatan bahkan hanya untuk mengangkat kepalanya. Sekarang semuanya tampak lebih sedikit kabur ketika darah berhasil menetes diseragam kamejanya.

Angel menarik dagu Rania dengan paksa, membuat Rania sedikit meringis. "Owh, si mungil Rania lagi mimisan ya?, pantes aja mukanya pucet." Ledek Angel lalu mendaratkan tamparan pada pipi kanan Rania.

Plakkkk

Setelah menampar Rania, Angel juga menyekop perut Rania hingga Rania memuntahkan isi darah.
     Rania memindahkan tangannya kedepan, menopang berat tubunya agar tubuhnya itu tidak ikut tergeletak di lantai. Kali ini Rania merasa bahwa di akan mati. Mulut Rania sudah berlumuran darah karena muntah tadi, juga di tambah mimisan karena penyakitnya.

"Makanya jangan kegatelan sama Patrick, bego!." Teriak Angel murka.

Tiba-tiba seseorang datang dan menarik rambut Angel dari belakang. "Bangsat lo!" Teriak orang itu sambil menjambak rambut Angel.

Angel menarik tangan orang itu sambil meringis. "Arghhh! Lo siapa?, main ikut campur, hah!. Lo mau mati?!" Tanya Angel dengan suara lantang.

Rania dapat merasakan detak jantungnya yang melemah. Nafasnya pelan seakan akan mati. dengan penglihatan yang sedikit kabur, Rania dapat melihat siapa orang yang baru saja menolongnya, dia tidak lain adalah Bunga. Setelah itu, semuamya tampak gelap.

Bunga melepaskan jambakannya. "Mau mau tanya siapa gue?, gue tunangan Patrick!." Ucap Bunga datar.

Angel mengepal kedua tangannya, ucapan Bunga sungguh membuat telinganya panas. "Apa lo bilang?, lo pengen mati?, hah?!"

Bunga menampar kedua pipi Angel. "Lo yang bakal mati, anjing!." Ucap Bunga sambil memborgol kedua tangan Angel. Sebenarnya Bunga bisa saja menghabisi Angel sekarang juga. Kebetulan Bunga sudah lama tidak memberi pelajaran pada orang yang masih belum punya sopan santun. Hanya saja Bunga tidak memiliki banyak waktu, dia rasa yang terpenting sekarang bukan menghabisi Angel melainkan segera membawa Rania ke rumah sakit. Melihat kondisi Rania yang terbilang parah.

Bunga menatap Angel dengan tatapan tajam. "Kalau terjadi sesuatu sama Rania, gue bakal buang ke neraka!" Ancam Bunga membuat Angel tidak berkutik di tempatnya.

***

Bonjourrrrr! ogenkidesuka? How are my readers?, i hope you are okay. Gimana dengan Just Not Mine sampai saat ini?, kurang dapet ya, feelnya! Huaaa miane😢 ku cape guys, cape sama semua ini! Eh napa jadi curhat ya😂 sorry gua suka lemot, tapi tetep udapte kan😆 eh apalah, ignore guys. So jgn lupa tinggalkan jejak. Siapa yang ngasih vomment, nanti gue jodohin sama lee min hoo ya! Buat cowok, nanti jadi gue jodohin sama anjing tetangga gue😂 lah😂😂malah ga nyambung kan😳 intinya cinta2 ku, kubingung harus mengatakan apa, yang pasti i lavv yu may riders💙 see next chapter💕

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now