01. Puisi tentang dia

11.1K 239 1
                                    

Rania menatap seorang cowok yang sedang asik berbincang dengan teman-temannya. Patrick Andara namanya. Patrick sesekali tertawa, sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang lucu. Mata Rania tak teralihkan ketika melihat Patrick sedang memasukkan penutup pulpen pada telinga Kinar. Kinar terlihat menoleh dan mengamuk pada Patrick. Sedangkan Patrick dan kawan-kawan hanya menertawai Kinar yang sudah merah padam wajahnya.

"Lihatin aja terus, sampai ayam pipis." Ujar Elsa tepat disebelah telinga Rania. Rania menoleh, "sejak kapan ayam pipis,"

Elsa menggeleng pelan, "gak tau. Tapi, lo sampai kapan sih, lihat-lihat dia sambil senyum. Masih untung kalau cuma gue yang lihat, mungkin kalau orang lain, lo bisa disangka gila."

Rania menopang dagunya dengan kedua tangannya, "gak tau, gue cuma suka aja lihat dia. Menurut lo gak papa kan?." Tanya Rania pada Elsa.

Elsa menghembuskan nafas. "Gak papa sih Ran, tapi emang lo gak ada niat buat kenal dia lebih dekat gitu?."

Rania sempat terdiam, kemudian dia kembali tersenyum. "Gak Sa, gue rasa begini udah cukup."

Elsa mengangguk, dia mengerti. "Lo gak mau ke kantin?," tanya Elsa mengganti topik.

Rania menggeleng, "gak, lo aja. Ohiya btw itu puisinya udah dikumpul?."

"Aduh gue lupa!, untung ada yang ingatin." Elsa terkekeh.

Jam Bahasa Indonesia berakhir sebelum istirahat, dan ibu Maria menugaskan semua murid XI-2 untuk membuat puisi. Kata ibu Maria puisi tersebut akan dipilih untuk dimasukkan dalam lomba Sekolah. Sebenarnya Rania berharap puisinya akan terpilih.

Sebagai pengurus kelas, Elsa segera mengambil alih. "Teman-teman, bagi yang udah buat puisi, bisa dikumpul didepan sini."

"Kalau gak bikin puisi gimana?. Dihukum gak?, soalnya tangan gue lagi sakit, keseleo" ucap Dion ketika murid-murid membawa puisi mereka dimeja depan.

Elsa menatap Dion datar, "bilang aja malas!."

Dion mengambil kertas yang ada ditangan Rania. Rania tersetak.

"Cahaya, "

Rania mulai panik, "eh, jangan dibaca puisi gue!." Rania mencoba mengambil kertasnya namun nihil Dion malah mengangkat kertas itu ke atas. Dion kembali melanjutkan, "kita dekat, tetapi aku tidak bisa menyentuhmu,"

"Dion balikin!." Suara Rania mulai serak.

Elsa yang melihat kejadian langsung menghampiri Rania yang masih berusaha mengambil kertasnya. Sedangkan Patrick hanya menatap Dion sahabatnya itu dengan tatapan biasa. Menurutnya ini menarik. Patrick suka mengerjai cewek, jadi dia memilih untuk melihat apa yang akan terjadi.

"Patrick apa yang lo lihat?, tanganin teman lo yang brengsek ini!." Desak Elsa.

Patrick berjalan gontai. Bermaksud ingin menghentikan kejailan Dion.

"Andara Patrick?," ucap Dion heran. Kemudian dia tersadar, kini Dion tidak mengangkat kertas itu lagi. Tetapi dia menatap Rania, "wahh, jadi lo suka sama Patrick?." Dion beralih menatap Patrick, "Pat, lo dapat penggemar lagi."

Rania bungkam. Dia kemudian berlari keluar dari kelas.

***

Meskipun aku tahu bahwa aku tidak memiliki harapan, aku akan selalu ada untukmu.

Di media ada foto Patrick ya❤

Sabtu 06 mei 2017

Jadi ini cerita ketiga gue guys. Hope you like it💕

Just Not Mine (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora