50. Rumah Sakit bersama Elsa

1.9K 70 0
                                    

Rania menunggu di depan Rumah sakit. Hari ini dia melakukan janji dengan Elsa untuk bertemu di Rumah sakit dan akan memberikan dana yang sudah mereka cari untuk operasi papa Adit pada dokter Rey. Jika Adit memang menolaknya, maka satu-satunya adalah memberikan dana tersebut pada dokter Rey karena memang papa Adit adalah pasien dokter Rey.

Rania mencari-cari keberadaan Elsa. Tak lama kemudian Elsa datang menghampiri Rania. Mereka segera berjalana memasuki rumah sakit. Sebelum itu Rania sudah menghubungi dokter Rey kalau dia akan datang ke rumah sakit sore ini, tapi bukan untuk berkonsultasi. Rania ingin agar dokter Rey berpura-pura tidak memiliki hubungan dokter-pasen dengan Rania. Rania sungguh tidak ingin Elsa curiga akan penyakit yang sedang Rania derita sekarang ini.

Cukup Renp dan Adit yang tahu, jangan Elsa lagi.

"Kayaknya ini ruangan waktu itu deh." Ucap Rania sok polos sambil menunjuk pintu ruangan dokter Rey.

Elsa mengangguk. "Tes buka aja dulu." Ucap Elsa ragu.

Rania segera membuka pintu, memperlihatkan dokter Rey yang sedang duduk sambil mencatat sesuatu. dokter Rey menyadari kehadiran Rania dan Elsa. "Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" Tanya dokter Rey.

Rania segera tersenyum kaku sambil berjalan menuju meja dokter Rey. Elsa mengekor di belakang Rania.

"Dokter ini yang nangangin papa Adit, kan?." Tanya Rania pura-pura tidak tahu.

Elsa menyenggol lengan Rania. "Btw kenapa lo bisa tau?"

Rania terdiam. Kenapa tiba-tiba Elsa bertanya di saat yang tidak tepat.

"Orang tua Rania berteman baik dengan saya." Dokter Rey yang menjawab. Rania tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya pada dokter Rey.

Rania mengangguk cepat. "Iya, Sa. orangtua gue teman baik dokter Rey." Ucap Rania meyakinkan.

Elsa mengangguk, "Ooo, gitu."

"Dok, saya ingin ngasih ini, siapa tau bisa bantu untuk biaya operasi papa teman kami, Adit." Jelas Rania sambil menaruh amplop putih di atas meja dokter Rey. Elsa juga mengeluarkan uang dari dalam tas kecilnya. "Iya, dok. Saya juga mau kasih ini, mungkin bisa meringankan beban Adit." Ucap Elsa sambil mengeluarkan uang 5 juta bahkan membuat Rania menyergit di tempatnya. "Sa?,"

Elsa tersenyum. "Gak papa kok Ran. Ini tabungan gue, dan gue rasa lebih baik digunain buat hal-hal yang baik. Lagian gue juga bersalah sama Adit, dengan begini, setidaknya gue bisa sedikit lega." Ucap Elsa tulus.

"Kenapa gak di kasih ke Aditnya langsung?." Tanya dokter Rey ramah.

"Udah di kasih tapi dia nolak. Makanya kita kasih ke dokter langsung. Dengan begitu, dia gak bisa nolak lagi." Ucap Rania membuat dokter Rey mengela nafasnya panjang. Dia tidak menyangka Rania yang juga sedang memiliki beban, tetapi berusaha meringankan beban orang lain, bagaimana bisa hati Rania sebaik itu. "Ya sudah, saya terima ini. Dan saya tidak akan memberitahukan pada Adit tentang hal ini. Operasi papa Adit akan saya lakukan besok lusa. Mumpung kondisi papa Adit sedang bagus. Tatapi sebelum itu papa Adit harus puasa jadi karena itu operasi akan di lakukan besok lusa. Adit beruntung bisa punya teman seperti kalian." Ucap dokter Rey takjub.

Tiba-tiba ponsel Elsa berbunyi. Dia segera menempelkan ponsel tersebut pada telinganya. "Iya ma?" Ucap Elsa pada seseorang diseberang telepon.

"Oh iya, iya. Aku bakal pulang kok." Ucap Elsa lagi. Cewek itu segera mematikan sambungan telepon.

"Kenapa Sa?" Tanya Rania.

Elsa memasang raut wajah tidak enak. "Gue dipanggil nyokap. Katanya ada keluarga gue dari medan dateng. Gue pulang duluan ya Ran." Ucap Elsa lalu di respon anggukan oleh Rania. "Iya, Sa, hati-hati di jalan."

"Saya pamit pulang dulu, dok." Pamit Elsa lalu keluar meninggalkan ruangan dokter Rey.

Rania tersenyum pada dokter Rey. "Thank you banget dok, udah bantu aku tadi." Ucap Rania senang.

Dokter Rey mengangguk sebagai tanda bahwa dia melakukan itu dengan sukarela. "Teman kamu tadi suka sama Adit?" Tanya dokter Rey karena Elsa tampak begitu peduli pada Adit sampai-sampai memberi uang 5 juta untung operasi papa Adit.
     Rania menggeleng, "gak dok. Elsa itu malahan suka berantem sama Adit kalau di kelas. Makanya dia merasa bersalah banget sama Adit sampai-sampai bawa uang sebanyak itu." Jelas Rania. "Dok, aku sekalian mau Radioterapi. Mumpung Elsa udah pulang."

Rania segera melakukan Radioterapi dibantu dengan dibantu oleh perawat khusus yang menjadi asisten dokter Rey. Kadang Rania takut akan suatu hal yang tak pernah terbayang olehnya. Seperti, bagaimana jika semua ini bertambah parah, bagaimana jika umurnya tak panjang lagi, bagaimana jika dia tidak dapat melihat ibunya, kakanya, Patrick, Reno, Elsa, Putri, juga teman-temanya yang lain. Tentu saja itu bisa terjadi dan tentu saja bisa juga tidak terjadi.
       Manusia tidak dapat mempredikisinya. Karena hidup sesungguhya hanya milik yang 'diatas'.

Rania sudah duduk di ruang tunggu. Menunggu hasil Radioterapinya. Berharap semuanya akan baik-baik saja.

"Rania, dipanggil dokter." Ucap suster sambil mempersiapkan Rania untuk masuk ke ruangan dokter Rey.
   Rania segera melangkah masuk ke dalam rauangan dokter Rey. "Gimana hasilnya dok?" Tanya Rania seraya duduk.

Dokter Rey masih sibuk melihat hasil Radioterapi milik Rania. Sesekali dia mengusap bibirnya seakan memikirkan sesuatu. "Kamu tidak sering mimisan?" Tanya dokter Rey.

"Iya dok, beberapa hari terakhir ini memang sering." Jawab Rania jujur.

Dokter Rey mengangguk. "Kalau begitu, besok kita akan melakukan scan. Agar dapat melihat organ-organ tertentu yang menjadi sarang penyebaran sel kanker kamu."

"Kalau besok lusa gak bisa dok, atau kapan kek. Yang pasti jangan besok." Ucap Rania berharap dokter Rey bisa mengambil hari lain untuk melakukan scan.

Dokter Rey menaikan alisnya, "Memang kenapa kalau besok?" Tanya dokter Rey.

Rania menghela nafas sebentar. "Besok ultah pacar aku." Ucap Rania pelan.

"Tapi kalau di tunda, bisa lebih parah." Ucap dokter Rey tidak mau menyembunyikan fakta.

Rania tersenyum. "Sekali ini aja dok. Aku bener-bener pengen ada buat pacar aku besok. Karena mungkin, ini bakal jadi yang pertama dan terakhir aku kasih suprise buat dia." Ucap Rania lugu.

Dokter Rey menghela nafasnya berat. Mempertimbangkan hal yang di minta oleh Rania. Bagaimana bisa Rania mengenyampingkan nyawanya demi orang lain. Bagaimana dokter Rey menjelaskan apa yang sebenarnya akan terjadi pada Rania jika Rania tetap mengenyampingkan dirinya sendiri.

"Hanya sekali ini, setelah itu kamu harus ikuti semua pengobatan dengan tepat waktu tanpa menunda." Ucap dokter Rey membuat mata Rania berbinar.

***

Kamis, 22 06 17

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now