30. Ayah?

2K 92 0
                                    

Baik Rania maupun Patrick menoleh pada asal suara tadi. Mereka dapat menebak bahwa pemilik suara itu adalah seorang anak kecil.

"lho?, kamu adek yang waktu itu di timezone kan?," tanya Rania yang duluan tersadar.

Adik kecil itu mengangguk dengan antusis. Membuat wajahnya yang lucu menjadi semakin lucu ditambah senyuman khas anak kecil. "Kamu ngapain disini?" Kali ini tanya Patrick sambil mengacak pelan rambut anak kecil itu.

"Aku pelgi ke timezone telus singgah makan disini!" Jawab anak kecil itu penuh girang.

Rania terkekeh. "nama kamu?" tanyanya sambil mencubit sekilas pipi adik kecil itu. Padahal pipi adik itu sudah tembem, tapi Rania malah membuatnya makin tembem. Rania suka melihat pipi tembem walaupun sebenarnya pipi Rania tidak tembem melainkan seperti bentuk hati.

"Marchel" jawab Marchel masih dengan senyumannya. "Kalau nama kakak ganteng sama kakak cantik, apa?" Marchel balik bertanya.

Rania menengok pada Patrick lalu tersenyum simpul. "Kalau kakak ganteng namanya Patrick." Rania kembali menoleh pada Marchel, "kalau kakak cantik, namanya Rania."

Marchel mengangguk dengan wajah polosnya. "Oooooo"

"Marchel sama siapa kemari?" Tanya Patrick sambil mengangkat Marchel untuk duduk di pangkuannya.

"Sama ayah."

"Oo, ayahnya dimana?" Tanya Patrick lagi.

"Lagi pesan makan." Jawab Marchel.

Jika orang lain melihat mereka bertiga sekarang, mereka selayaknya keluarga kecil yang beranggotakan ayah, ibu, dan anak. Rania tertawa ketika melihat Patrick yang memangku Patrick.

"Lo kenapa?" Patrick mengernyit bingung.

Rania menyudahi tawanya, "lo berdua kayak papa anak!"

"Lo mamanya" sambung Patrick spontan.

"Dihh da,.dasar!" Tiba-tiba Rania gelagapan.

"Dasar apa hayoooo,." Ucap Patrick menggoda.

Rania celingak-celinguk ditempatnya. "Dasar mesum!" Telak Rania.

Patrick menutup telinga Marchel, "ada anak kecil, sayang." Ucap Patrick membuat pipi Rania merona.

Marchel menunjuk wajah Rania, "pipi kakak merah." Ucapnya lalu tertawa.

Rania menggigit bibir bawahnya pertanda kesal pada dua orang di depannya ini.

Patrick mengangkat kedua tangan Marchel dengan gaya berjoget. "Marchel anak pintar!" Serunya girang. Rania segera merogoh ponselnya dari tas dan memilih untuk mengotak-atik ponsel tersebut daripada harus menanggapi perkataan kedua didepannya ini.

"Dicari, ternyata disini." Ucap seseorang membuat Patrick dan Marchel menoleh pada asal suara itu.

Marchel turun dari pangkuan Patrick dan berlari pada asal suara itu. "Ayahh!" Ucapnya girang.

Rania masih belum menoleh seperti yang dilakukan Patrick dan Marchel. Dalam pikirannya dia sudah tahu kalau orang itu adalah ayah Marchel, karena Marchel baru saja memangginya 'ayah".

"Ayah, kenalin mereka kakak ganteng dan kakak cantik!. Kakak ganteng namanya Patrick, kakak cantik namanya Rania." Marchel menunjuk Rania yang terakhir.

"Rania?," tanya ayah Marchel ambigu.

Rania mendengar ucapan itu. Dan suara itu,..Rania segera mengangkat kepalanya kemudian menoleh. "Ayah?," Rania mengernyit, dia memandangi wajah ayahnya. Dan matanya terhenti pada mata milik ayahnya yang sama persis dengannya. Mata berwarna hitam pekat yang diwariskan ayahnya kepadanya. Kemudian beralih menatap Marchel yang sedang di gandeng ayahnya. Ternayata Marchel, anak kecil itu, adalah anak dari ayahnya sendiri. Jadi secara tidak langsung, Marchel adalah adik tirinya. Jika saja Rania tidak membenci ayahnya, Rania sudah memeluk ayahnya sejak tadi. Rania sangat merindukan ayahnya!. Tapi Rania menahan diriya selama ini. Sakit hati karena ditinggalkan orang yang dicintai, serasa seperti ingin mati.

"Rania, apa kabar?," setelah sempat terdiam selama beberapa saat, akhinya ayah Rania membuka suara.

Patrick tentu menatap keduanya bingung. Apa sedang terjadi?. "Lo kenal ayah Marchel?" Tanya Patrick.

"Gak" ucap Rania datar. Rania mengambit tangan Patrick, "kita pulang aja ya" ucap Rania menatap Patrick.

"Lho?, tapi it -

"Gue pengen pulang sekarang." Kali suara Rania mulai tercekat. Patrick mengerti.

"Marchel, kakak ganteng sama kakak cantik pergi dulu ya" ucap Patrick sambil tersenyum.

Patrick lalu meninggalkan tempat itu dengan tangan yang menggandeng lembut tangan Rania. Dia yang ingin ditanyakan Patrick pada Rania, tapi dia tahu kalau ini bukan waktu yang tepat.

***

Ku pikir waktu terburukku adalah ketika kehilanganmu, tetapi salah. waktu terburukku adalah melihatmu dengannya.

Just Not Mine (Selesai)Where stories live. Discover now