45. Kantin

1.9K 82 0
                                    

Keesokan harinya.

Sandra :
Ran, aku tau mungkin ini bakal bikin kamu benci sama aku. Tapi aku mau kita putus. Kamu gak salah apa-apa kok. Aku pikir ini yang terbaik buat kamu dan aku. Aku udah di pesawat, mau balik ke Amrik. Titip adek aku ya, jagain dia. Kamu boleh tabok dia kalau dia nyakitin Rania.

Sandra menghela nafasnya berat. Dia segera mengalihkan pandangan ke arah luar jendela pesawat. Sandra menatap ke bawah, melihat perumahan bahkan lautan yang luas. Sandra memejamkan matanya sambil menutup mulutnya, membentak dirinya untuk tidak menangis.

Maaf Ran, ini mungkin sulit buat kamu. Tapi aku lakuin ini demi kita, juga demi orang-orang yang kita sayang. batin Sandra.

***

Kantin terlihat sedang padat pengunjung. Rania dan Elsa sudah berdiri menjaga dagangan mereka. Es cendol yang di buat oleh ibu Rania kemarin, akan di dagangkan sekarang dengan harga Rp. 7.000 per gelasnya. Dan tentu saja hasil jualan itu akan di berikan untuk dana operasi papa Adit.

"Ayo, ayo,. Beli satu, gratis satu." Ujar Elsa membuat Rania menepuk pelan bahu Elsa. "Bisa bangkrut Sa."

"Oh, gak jadi. Beli satu tetap satu." Ralat Elsa membuat Rania tersenyum sambil menggeleng.

"Wow, sekertaris kita abis duit. Makanya jual cendol" celetuk Dion membuat Elsa memutar kedua bola matanya dengan malas. "Kalau gak mau beli ya udah sana. Jangan mulut ember disini." Ucap Elsa santai.

Patrick menepuk punggung Dion. "Minta maaf." Ucapnya sambil melirik Elsa. Dion tercengang di tempatnya, "wah, lo naksir Elsa?"

Patrick menjitak kepala Dion membuat cowok itu meringis. "Aww, gila sakit, bego!"

"Udah buruan minta maaf. Rania bisa marah sama gue karena lo ledek Elsa." Desak Patrick membuat Dion mendesah. "Ya udah, miane."

Rania menyenggol lengan Elsa. "Keren tuh. Pakai bahasa korea, Sa." Ucap Rania lalu terkekeh. Elsa hanya memasang raut wajah cemberut.

"Cendolnya masih banyak" ujar Patrick sambil mengamati cendol yang masih tersusun rapi di atas meja. Rania mengangguk setuju. Padahal tidak lama masuk istirahat. Tetapi mereka belum berhasil menjual semua cendolnya.
    Rania celingak-celinguk di tempatnya. Memikirkan ide. Rania kemudian menatap Patrick yang sedang mengotak-atik ponsel. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang melintas di pikiran Rania.

Rania memukul meja dengan kuat sehingga mengintruksi semua pengunjung kantin untuk melihat ke arahnya. "Perhatian, semuanya. bagi kalian yang beli cendol dua gelas, kalian bisa foto bareng Patrick. Kalau kalian beli cendol lima gelas, kalian gue kasih pin bbm Patrick." Teriak Rania lali di akhiri dengan senyum.

Patrick menatap Rania tidak percaya, "Tega banget sama pacar sendiri, lo mau jual gue?."

Rania menggeleng cepat. "Demi bantu orang lain, sayang. Tenang, gue gak bakal kasih pin asli lo kok." Ucap Rania seakan semuanya baik-baik saja.

"Kak, mau beli tujuh cendol. Jadi bisa foto bareng kak Patrick sama dapet pin kan?" Tanya seorang cewek yang kelihatannya adik kelas. Rania mengangguk dengan antusias. "Iya dong. ini cendolnya, duit di bayar sama kak Elsa. Terus nanti gue yang fotoin" ucap Rania ramah.

"Gue juga pengen kak," ucap seorang cewek berambut pendek penuh harap.

Patrick segera menjongkok di samping Rania. Patrick lalu menarik-narik rok Rania, "Gak mau, yang." Ucap Patrick merengek.

Rania ternganga ketika melihat kelakuan Patrick sekarang yang seperti anak-anak. Rania segera menarik kerah bagian belakang seragam Patrick. "Ih, Patrick, cepet berdiri. Malu-maluin tauk!"

Rania tersenyum kaku pada kedua penelanggan cewek di depannya ini. "Tenang, nanti bakal foto bareng kak patrick kok. Dia jinak, pasti mau kok foto bareng kalian."

Kemudian segerombolan cewek-cewek yang sudah tercampur antara adik kelas dan kakak kelas pun datang secara acak. ada yang bahkan membeli sampai sepuluh cendol per orangnya. Elsa dan Dion juga bahkan kewalahan melayani mereka. dan apalagi Patrick yang harus berfoto dengan para pembeli satu per satu.
      Tak terasa jualan mereka hampir habis. Tersisa dua cendol dan setelah itu benar-benar habis.

Kinar datang dengan gerak-gerik sedikit canggung. "Gue beli sisanya." Ucap Kinar membuat Elsa menatap Kinar tidak percaya. Maksudnya, selama ini Kinar selalu menghindar dari segala sesuatu yang bersangkutan dengan Elsa.
     Rania melirik Elsa, dengan maksud supaya Elsa melayani Kinar. Tapi Elsa malah diam di tempatnya. Membuat Rania terpaksa mengambil alih.

"Ini," ucap Rania sambil memberi dua gelas cendol yang tersisa. Kinar mengangguk sambil memberi uang Rp. 100.000.

"Gak mau foto bareng Patrick?" Tanya Rania membuat Kinar menggeleng cepat. Rania mengangguk paham sambil memberi uang kembalian untuk Kinar.

"Kembaliannya di ambil aja." Ucap Kinar lalu berjalan menjauh. Rania menatap Elsa dan Kinar bergantian. Ada yang aneh, tapi aneh yang bagus. Maksudnya, Kinar sedikit berubah. Sebuah perubahan yang menurut Rania akan membawa dampak yang bagus.

Patrick mengibas kepalanya dengan tangan. "Busettt, kalau jualannya banyak, bisa-bisa gue mati karena selfie sama mereka." Ujar Patrick terlihat sangat lelah.
    Rania menahan tawanya. Tetapi Patrick menyadari itu. Patrick mendorong pelan punggung Rania. "Woyy, tanggung jawab. Lo harus urut tangan gue. Oh gak, sama kaki juga."

Rania menggeleng. "Gak mau. Lagian lo kan cuma berdiri sambil senyum-senyum. Kenapa harus di urut kaki sama tanganya?, bilang aja kalau mau modus."

"Ya udah lo harus selfie bareng gue." Tuntut Patrick semakin membuat Rania ogah. "Capek. Selfie sama gue mahal. harus di bayar."

Patrick berjalan mendekati Rania. "Sini gue bayar pakai ciu--"

"Ehemm, apa gue sama Elsa harus pergi?" Tanya Dion canggung.

Sialnya Patrick lupa satu hal kalau mereka sedang berada di kantin.

***

Kita hidup untuk menghidupkan orang lain.

Just Not Mine (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang