16. Rania dan Reno

2.3K 92 0
                                    

"Lagi chat sama siapa Ran?," tanya Reno ketika melihat Rania yang sedang tersenyum sambil memegang ponselnya. Rania menoleh pada Reno, "sama Patrick." Ucapnya lalu kembali menatap ke arah layar ponselnya.

Mendengar nama itu, tentu saja Reno kesal. Kenyataan yang mengatakan bahwa Rania menyukai Patrick tentu saja membuat Reno tersaingi. Padahal Reno juga menyukai Rania sejak lama. Tetapi baginya tidak ada kata terlambat sebelum Rania dimiliki oleh siapapun.

"Senyum-senyum aja terus kayak orang gila." Ledek Reno lalu mendapat tatapan membunuh oleh Rania. "Bilang aja sirik!."

"Ngapain sirik" ucap Reno santai. cowok itu kemudian mengambil roti yang ada diatas meja belajar, "buat gue ya Ran,"

Rania segera merampas roti tersebut, "eh, udah kadarluawarsa!, Jangan dimakan." Rania segera melempar roti tersebut ke tempat sampah.

"Ran, jangan bilang kalau chunky bar yang gue makan tadi,." Reno menggantungkan kalimatnya.

Rania terlihat sedang mengingat. "Yang diatas meja? tenang Ren,"

Reno menghembuskan nafasnya lega. seharusnya dia tidak berpikir negatif terlebih dahulu.

"Itu baru kadarluwarsa sebulan lalu kok." Rania kembali melanjutkan kalimatnya.

"anjir Ran, kenapa gak bilang sih!." Protes Reno.

Rania yang sudah selesai dengan ponselnya kemudian mengangkat tangannya dan membentuk jarinya menjadi bentuk V. "Lagian lo gak nanya tadi sih." Rania membela diri.

"Tenang Ren, gak bakal mati kok." Ucap Rania seakan semua baik-baik saja.

Reno segera mengambil botol aqua milik Rania lalu meminumnya. "Yang ini belum kadarluwarsakan?." Tanya Reno memastikan aqua yang baru diminumnya.

"Iya, gue beli tadi kok." Jawab Rania kali ini benar-benar membuat Reno bernafas lega.

Reno pun meletakkan aqua tersebut pada tempat semulanya, kemudian melihat ke arah wajah Rania.

"Tau kok cantik," ucap Rania ketika menyadari bahwa Reno sedang menatapnya.

"Tadi langsung dibawah pulang Patrick kan?, gak dibawah kemana-mana dulu," Reno memilih mengabaikan pernyataan Rania tadi dan menggantinya dengan pertanyaan. Karena memang Reno tidak perlu memprotes pernyataan gadis didepannya ini, bahwa gadis itu memang cantik.

Rania tersenyum jail, "mau tau aja atau mau tau banget?"

"Gue serius Ran," ucap Reno yang kali ini memang tidak sedang bercanda.

Menyadari akan keseriusan Reno saat ini, Rania melipat kedua tangannya didepan dada. "Kenapa jadi kepo sih?"

Ada banyak hal yang selalu terbayang dipikiran Reno dan membuat kekhawatiran timbul dalam hatinya. Seperti, sedang bersama siapa Rania. Tetapi Reno tidak tahu kalau kekhawatirannya itu justru membuat Rania tidak nyaman.
Beberapa detik Reno bungkam. Bahkan dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia belum siap menyatakan perasaanya pada Rania. Atau mungkin dia tidak akan pernah menyatakan perasaanya pada Rania.

"Gak mau kasih tau juga gak papa," ucap Reno ketika sadar bahwa dia tidak seharusnya begini.

Bibir Rania yang tadinya sedikit melengkung ke atas kini berubah melengkung ke bawah. Menyadari bahwa ada kekecewaan dibalik perkataan Reno tadi. "Gue tadi langsung di antar pulang kok, gak dibawah kemana-mana." Ucap Rania membuat wajah Reno kembali ceria, "Serius?"

Rania mengangguk, "iya, tapi gue boleh tanya sesuatu gak?"

"Apa?,"

"Kenapa lo care banget sama gue?, gue ingat waktu kelas sepuluh lo pernah pukul Andika cuma gara-gara dia robek buku PKN gue." Suara Rania berubah seperti decitan kecil. Sebenarnya Rania sudah lama ingin menanyakan hal ini. Hanya saja Rania tidak memiliki waktu yang tepat.

Reno tersenyum lebar lalu mencubir kedua pipi Rania. "Karena lo teman gue yang paling lemah," ucap Reno membuat Rania tersindir. "Lo bermaksud nyindir gue?,"

"Hehe itu tau," Reno mulai menjauh dari hadapan Rania, dia tahu apa yang akan terjadi saat ini.

Rania mengepal kedua tangannya, "sini lo kampret!."


***

Jumat, 02 06 17

Just Not Mine (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang