49. Taman

1.7K 74 0
                                    

Rania dan adit sudah duduk di taman Sekolah. Tadi Rania sempat khawatir jika Adit tidak ingin bicara dengannya. Tetapi kenyataan berkata lain, kini Adit sudah duduk bersamanya.

"Gue dengar lo narik Elsa tadi pagi di kelas." Ucap Rania mulai membuka suara.

Adit mengangguk santai. "Iya, emang."

Rania menatap langit yang cerah. Lalu tersenyum tipis. "Benci itu ada beragam jenis. Ada benci yang sulit di hapuskan, ada benci yang tidak terlalu sulit di hapuskan, dan ada benci yang mudah untuk di hapuskan. Kalau lo sama Elsa, yang mana?" Tanya Rania kali ini menengok pada Adit.

"Pertama." Jawab Adit datar. Rania kembali menatap ke depan. "Itu karena lo gak mau lihat ketulusan hati Elsa."

Adit hanya diam. Memilih untuk tidak menanggapi perkataan Rania.

"gue tau kebencian lo sama Elsa mungkin tetancap di hati lo terlalu dalam, hingga begitu sulit untuk di cabut. Tapi perlahan, gue yakin lo bisa cabut kebencian lo itu kalau lo lihat ketulusan seseorang." Ucap Rania yakin. Entah, kata-kata itu tiba-tiba saja keluar dari bibirnya.

"Jangan naif, Ran. Gue tau dia minta maaf setelah kasian sama gue. Gue gak butuh belas kasian dari dia maupun dari lo semua." Kali ini Adit mulai menanggapi.

Rania sempat terdiam di tempatnya. Adit keras kepala ternyata.

"Gak baik sendiri Dit, fungsi teman juga untuk saling membantu. Lo adalah bagian dari kita, karena itu kita gak mungkin biarin lo sendirian. benci atau marah itu wajar sebagai manusia biasa. Tapi gue rasa benci yang berkepanjangan juga bakal berdampak buruk. Di dunia ini lo gak bisa sendiri Dit, lo butuh orang lain kalau lo pengen hidup. Setidaknya, lupain sejenak rasa benci lo sama Elsa dan pikirin papa lo. Jangan ngambil jalan yang salah kalau lo sendiri udah tau mana jalan yang benar. Nyawa ayah lo sekarang adalah terpenting daripada rasa benci lo." Kali ini nada bicara Rania mulai menaik. Menandakan bahwa Rania ingin Adit mengubah pola pikirnya.

"Dan gimana kabar lo?, apa lo sehat-sehat?, apa Patrick dan yang lainnya udah tau penyakit lo?." Tanya Adit seketika membuat Rania kaku tempatnya. "Maksud lo?" Tanya Rania masih tidak mengerti.

"Lo bohong waktu itu. Gue udah tau penyakit lo bahkan sebelum kita ketemu di ruangan dokter Rey." Jawab Adit membuat Rania panik di tempatnya. "Lo benci sama penyakit lo?" Tanya Adit lagi. "Sama Ran, gue benci Elsa kayak lo benci penyakit lo." Jawab Adit sendirinya.

Rania kembali menguasai dirinya, Rania menghela nafasnya dengan tangan yang dia lipat di atas paha. "Iya dit, pertama gue emang benci sama penyakit yang gue derita, tapi perlahan gue belajar buat jadiin penyakit ini sebagai ujian yang nuntut gue untuk gak lengah sesikitpun. Kadang gue takut, kalau gue gak bisa laluin ini, tapi setelah lihat orang-orang yang sama gue, gue seakan punya energi yang bantu gue buat terus bangkit."

"Kenapa lo gak kasih tau yang lain tentang penyakit lo?" Tanya Adit kali ini menatap Rania.

"Cuma lo dan Reno yang tau hal ini selain dokter Rey dan kekuarga gue. Gue harap lo bisa jaga rahasia ini, sekalipun lo benci gue." Ucap Rania berharap Adit mengerti.

Adit kembali menatap ke depan. "Gue bukan anak-anak yang bongkar rahasia seseorang cuma karena rasa benci."

Rania tersenyum simpul. "Dan gimana soal Elsa?" Tanya Rania.

Adit berdiri dari duduknya sambil menaruh tangan ke dalam saku celananya. "Ntah lah Ran, gue butuh waktu." Ucap Adit lalu berjalan meninggalkan taman.

***

Sudah waktunya para siswa pulang ke rumah mereka masing-masing.

Patrick gans:
Yang, gue tunggu di parkiran ya. Jangan lama-lama nanti gue pulang bareng cewek lain.

Rania tertawa lepas ketika melihat sms yang baru masuk. Patrick selalu punya cara untuk membuat Rania tertawa. Bahagianya Rania bisa memiliki Patrick.

"Ketawa kayak orang gila lo, Ran." Tegur Elsa membuat Rania menghentikan tawanya.

"Manusia ketawa emang gak wajar, Sa?" Tanya Rania.

"Wajar sih Ran, tapi lo aja yang ketawanya udah gak wajar." Ledek Elsa membuat Rania mencubit pipi temannya itu. "SSG" ucap Rania kembali mengotak-atik ponselnya.

Rania :
Kode putus yaa :p

Patrick gans :
gak jadi. Bakal nunggu Rania kok.

Rania kembali tertawa geli.

"Eh lo tau gak, ternyata ultah Patrick itu besok." Ucap Elsa sukses membuat Rania mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Serius?, demi apa lo, Sa." Tanya Rania memastikan. Soalnya kadang Elsa suka menipu Rania.

Elsa mengangguk yakin. "Iya serius. Gue lihat tadi di data kelas. Besok tanggal berapa?" Tanya Elsa.

Rania melihat tanggal di ponselnya. "Tanggal 18." Ucap Rania kembali menatap Elsa.

"Nah bener. Besok ultah Patrick. Mendingan lo cari hadiah buat ultah dia." Saran Elsa.

Rania mengangguk pelan. Kira-kira hadiah apa yang akan dia berikan pada Patrick nanti.

***

Kamis, 22 06 17

Just Not Mine (Selesai)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें