25. Laut dan Bunga

2.2K 91 0
                                    

Matahari yang tadinya bersinar terang kini digantikan oleh sinar bulan dan bintang yang berkelap-kelip. Patrick masih berdiri diteras kamarnya. Menatap bintang yang seakan sedang berbicara kepadanya.

"Kamu disana?," tanya Patrick seakan Bunga berada disalah satu bintang-binatang itu. "Aku kangen kamu," gumam Patrick.

"Aku harus gimana?, Rania terluka karena aku. Dia nahan sakit karena aku. Dia rela lakuin apapun demi aku. Kamu gak marah kan?, aku udah terlanjur sayang dia. Tapi aku juga gak pengen kehilangan kamu." Nada suara Patrick mulai tercekat. Tangannya terkepal keras pada pagar besi teras kamar. Dia ingin memberontak pada Bunga. Bunga terlalu jauh membawa pergi hatinya. Kenangan tentang Bunga terlalu melekat dipikirannya.

Hatinya kacau.

Dia memikirkan Rania. Gadis itu, satu-satunya hal yang mampu membuat dirinya tenang. Hal yang paling Patrick sukai adalah ketika melihat mata Rania disaat cewek itu tersenyum. Matanya yang akan berubah menjadi lengkungan garis kebawah ketika dia tersenyum.
Patrick teringat delapan bulan lalu ketika dirinya hancur berkeping-keping. Disaat Patrick pergi ke jembatan dekat diskotik. Sebelum Patrick pergi ke jembatan itu, dia melihat Rania yang sedang menangis didepan pintu utama diskotik. Rania dengan gaun lumayan ketat yang digunakannya, dia menangis sambil sesenggukan. Patrick tidak pernah melupakan hari itu. Hari dimana segala dunianya menghilang.

Patrick menatap langit dengan tatapan tidak suka. Kemudian dia masuk ke dalam kamarnya. Tidak ada yang dilakukannya. Hanya tatapan sendu pada bingkai foto yang tertampang nyata didinding kamarnya.

Sudah jam 11 lewat, wajar saja tiba-tiba Patrick merasakan matanya sudah berat. Patrick segera mematikan lampu kamarnya dan mulai bermimpi. Tidak ada yang sangka bahwa malam ini dia akan bertemu dengan gadis-Nya.

Ombak mulai menari menghantam bebatuan dipinggir pantai. Patrick memperhatikan semua itu. Sudah lama sekali dia tidak pergi ke pantai.
"Kamu kemana aja, aku cariin tauk!" Ujar sesorang dari belakang. Patrick menoleh. Dilihatnya Bunga yang sedang tersenyum kepadanya.

"Bunga?, kemana aja kamu?!, kenapa gak balik ke aku?," tanya Patrick seraya membawa Bunga pada pelukannya.

Bunga terkekeh pelan lalu menjitak kepala Patrick sehingga Patrick melepaskan pelukannya. "Kamu yang kemana aja!, aku selalu nunggu kamu disini. Kamu gak tau gimana aku kesepian disini!" Omel Bunga.

Dahi Patrick berkerut. "Aku,."

"Jangan pernah tinggalin aku!" Telak Bunga.

Patrick tiba-tiba bungkam. Rania. Mengapa perasannya seakan berkata kalau hati ini sudah bukan milik Bunga lagi. Patrick lalu menatap manik mata Bunga. "Aku udah,." Ucapnya sedih.

"Kamu masih sayang sama aku kan?," tanya Bunga dengan tatapan mata yang memancarkan kekhawatiran.

Patrick mengusap rambut Bunga pelan. Tetapi kemudiam Bunga menepis tangan Patrick. "Kamu jahat!" Ucapnya lalu berlari meninggalkan Patrick.

"Bunga jangan tinggalin aku, jangan!. BUNGA!!!" teriak Patrick lalu terbangun.

Merry datang dengan raut wajah khawatir. "Lo kenapa?," tanya Merry yang kini sudah duduk ditepi ranjang Patrick.

Patrick tampak menggeleng dengan raut wajah sedih. "Bunga, gue mimpiin dia. Dia bilang kalau gue jahat sama dia. Gue, gue sayang sama dia Mer!. Gue gak mau kehilangan dia!"

Merry segera memeluk Patrick. Membirkan cowok itu menangis dalam pelukannya. "Iya Pat, gue tau. Lo harus sabar hadapin semua ini." Ucap Merry sambil mengalihkan pandangannya pada bingkai foto dimana didalamnya terdapat foto Bunga dan Patrick. Kita bakal ikhlasin lo bahagia sana Bunga. Jadi tolong jangan gannggu Patrick lagi. Biarkan dia menemukan kebahagiaannya bersama orang lain. Batin Merry.

***

"Dari tadi pelototin hp aja lo. Udah jam dua belas woy, besok Sekolah. Giliran bangun kesiangan salahin alarm." Oceh Randy ketika melihat Rania yang sedari tadi duduk diruang tamu sambil menatap ponselnya.

Rania memutar kedua matanya dengan malas. "Udah malam, diem napa sih!." Balas Rania.

"Dibilangin malah keras kepala." Ucap Randy sebelum akhirnya cowok itu masuk ke kamarnya.

Rania menghembuskan nafasnya dengan kasar. Sedari tadi dia menunggu telepon dari Patrick. Tiba-tiba saja perasaan Rania tidak tenang. Dia mengkhawatirkan cowok itu. Rania bahkan tidak bisa tidur. Biasanya jam begini Rania sudah begadang dengan kasurnya yang empuk.

Tiba-tiba ponsel Rania bergetar. Dalam hatinya pasti itu pesan dari Patrick. Namun nihil ternyata pesan dari Reno.

Reno :
Ran, udah bobo belum?

Rania :
Belum

Reno :
Tumben belum bobo Ran. Biasanya juga jam segini udah dibawah alam sadar.

Rania :
Gue gak bisa tidur Ren.

Reno :
Kenapa?, pasti karena mikirin gue yaa

Rania :
PD lo selangit Ren!

Reno :
Wkwkkk siapa tauu

Rania :
Udah ah sana lo bobo, besok Sekolah.

Reno :
Iya yang😋 btw besok gue jemput yaa..

Rania :
Dihh jijay! Em gak usah Ren, gue bisa pergi sendiri.

Reno :
Iya udah deh. Gnight ya Ran{}

Rania :
Too onyet! :P

Rania segera menaruh ponselnya di atas meja. Sepertinya mau tidak mau dia harus tidur sekarang juga. Karena besok dia harus Sekolah. Rania tidak sabar untuk menjelang hari esok. Dia merindukan Patrikck.

***

Ada kenangan yang lebih baik hanya dikenang saja.

Just Not Mine (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang