part 25

2.9K 162 4
                                    

Windi pov

OMG! Kak Adel cium gue! Ini gak mimpi kan? Bos gue cium gue cong! Baru pertama kali ciuman sama orang yang bukan pacar sendiri, mana bos sendiri 😱😱😨. Seraya kedua mata ini mengerjap kala ciuman ini berlangsung. Ciumannya lembut tanpa lidah. Sekali hisap tapi kuat banget.

Tersadar bahwa gue dicium dan canggung banget, entah kenapa tubuh ini malah mengelak dan berdiri bermaksud meninggalkannya. Entah dari mana ide itu muncul. Terpikir saja tanpa takut melukai hatinya.

Dengan sigap tangannya menarik tangan gue saat tubuh ini setengah berdiri. Tarikannya erat dan agak kuat hingga tubuh gue kehilangan keseimbangan dan jatuh ke air karena tidak ada pegangan, hanya ada lantai yang melengkung sebagai pembatas.

Byurrrrrrrr.........!!!

"TOLONG! TOLONG!" kata gue tersendat2 karena setengah muka terendam air laut.

"TOLONG!" airnya dingin menusuk tulang.

Gue gak bisa berenang! Kapal itu perlahan menjauh dan terus bergerak ke depan. Sedangkan di ujung pandangan, kak Adel masuk ke dalam kapal tanpa berniat menolong.

hhhhh.... Haaaaaa...... Hhhhhhh....... Napas gue semakin sesak. Badan gue serasa makin kaku dan pandangan semakin gelap. Mati dah gue! Umur sampe sini! Kak Adel jahat.

***

Uhuk uhuk uhuk

Batuk membangunkan gue. Dengan napas yang kasar gue tatap sekeliling orang2 mengelilingi gue. Mungkin mereka mau melihat kondisi gue apakah bisa diselamatkan atau enggak. Jawabannya adalah gue masih selamat. Apa gue diselamatkan dengan cara napas buatan? Cipok nih? Iya gak salah lagi, ini napas buatan dari seorang wanita yang memakai sesuatu seperti seragam medis.

Tiba2 gue teringat kak Adel. Rasa nyesek kala dia meninggalkan gue muncul lagi, untung masih bisa hidup lagi. Seenaknya setelah cium gue lalu mengabaikan saat nyawa gue di ujung tanduk. Sampai kapanpun gue gak akan maapin dia. Titik!

***

Adel pov

Gue gak akan maapin diri gue kali misal dia gak bisa diselamatkan! Tuhan tolong sadarkan dia. Gue menenggelamkan muka ke dalam dua tangan yang dilipat diatasi lutut yang ditekuk. Detik2 windi tenggelam dan berontak di air terus terngiang di kepala.

Jblak!

Suara pintu seolah seperti suara terseram yang pernah gue dengar. Suara itu memberi kabar tentang windi. Orang dengan pakaian layaknya media menghampiri gue dalam kumpulan orang2 yang menunggu di luar. Mungkin mereka kepo. 

"Gimana mbak?" tanya gue panik tapi berusaha tegar dan terlihat tenang meski di dalamnya tak karuan.

"Sudah siuman, mari." ajaknya masuk ke dalam. Gue sangat terlibat dalam kejadian ini karena orang pertama yang meminta tolong adalah gue. Orang2 yang mau ikut masuk ditahan oleh mbak itu karena akan membuat ruangan pengap dan bising.

Saat melihat windi yang membuka mata, perasaan lega menjalar di sekujur tubuh. Dengan tatapan nanar gue mendekati windi yang terlihat masih lemas. Tiba2 air mata jatuh di pipinya.

"Syukur udah baikan." tangan gue mencoba mengusap kepalanya tapi ditepis kasar.

"Kenapa kakak malah ninggalin gue?" air matanya tumpah deras.

"Ehemm... Justru dia lah yang berusaha menolongmu. Dia lari terbirit teriak2 seperti orang dikejar pembunuh meminta pertolongan. Dan bajumu, untung pakai baju yang cerah sehingga mudah ditemukan" terang mbak medis itu.

Seketika matanya berbinar, lama kami saling tatap. Windi mau mengucapkan sesuatu tapi pintu sudah terbuka dan mereka masuk ke dalam, semuanya datang dengan ekspresi cemas. Mereka adalah temen2 magang windi. Windi langsung diserbu perhatian oleh temannya itu, ada juga yang menghiburnya dengan banyolan yang membuat windi terkikih. Gue keluar ruangan perlahan tanpa ijin. Biarin mereka para alay kumpul.

Kamu Kamu (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang