Pilihan Tersulit

3.3K 178 6
                                    

Mereka Kembali Kerumah, Tidak ada Suara Selama dalam Perjalanan, Tidak Ali ataupun Prilly. Mereka di sibukkan dengan pikiran Masing-masing. Tidak ada lagi Celotehan Bawel Prilly yang menunjuk kendaraan dan Mengatakan Bahwa Ia Juga ingin Menaikinya, tidak ada juga permintaan Anehnya Jika melihat mamang Penjual Bakso atau Ice Cream Keliling. Mereka Benar-benar diam.
Entah Ali melihat Prilly tadi, atau Diamnya Karena Berpikir, tapi yang Jelas Prilly Mendengar Apa yang dokter Andin jelaskan pada Ali.

Kadang semesta Memang niatnya hanya Untuk Mengajak Bercanda. Tapi hidup tidak Sebercanda Ini? Ini hidup Bukan Drama dalam Sinerton, yang Bisa Di Bolak-balik.

Sampai mereka Tiba Di rumah, Ali membuka Pintu Mobil untuk Prilly seperti biasanya, Menggandeng tangannya memasuki Rumah, namun Berbeda Untuk kali ini. Prilly meminta untuk jalan Sendiri, tidak Menggubris uluran tangan Ali, Ia hanya tersenyum sedikit lalu Berjalan Cepat Menuju kamar.

Ali tetap mengikuti langkah besar Prilly sampai Ia mendapati Kamarnya Terkunci setelah Prilly memasukinya.

"Ali, what happpend?"
Ali menghelah Nafas panjang lalu memeluk Resi yang Baru Keluar dari kamarnya.

"Hey, ada apa? Prilly marah?"
Ali menggeleng di dalam Pelukan itu.

Terkadang, Usia tak di hiraukan lagi ketika Kita membutuhkan Pelukan seorang Ibu. Entah itu karena Bahagia atau karena Sedang Bersedih.
Karena pelukan ibu adalah Satu-satunya Tempat Berpulang Terbaik yang Pernah Ada.

"Jawab mama Li"
Ali tetap tak bergeming, Ia malah semakin memperat Pelukan Itu.

"Kau perlu teman Bicara Jagoan? Papa Selalu Siap."
Revand menimpali percakapan tak Berbalas Resi, mereka memang Belum tahu permasalahan sebenarnya, tapi Jika Ali sudah meminta Waktu sedikit lebih lama Berada dalam Pelukan Resi, berarti Ia sedang tak baik-baik saja.

"Ayo ke ruangan Kerja papa."
Revand Menarik tangan Ali, di ikuti Resi masuk ke dalam ruangan Kerjanya, yang bersebelahan dengan kamar Rasya.

Mereka duduk diam hingga Beberapa Saat, sampai Revand Berdehem, dan Ali menghelah Nafas. Sepertinya mereka menunggu.

Ali mengangkat wajahnya, menatap mata Penasaran mama dan papanya, dan Mulai bercerita. Menceritakan semua yang di katakan Dokter Andin padanya, Mulai dari Keterkejutan Dokter Mengenai Kehamilan Prilly, Juga Reaksi dan Kontraksi yang akan di rasakan Prilly Jika Mempertahankan Janinnya, Sampai Kepada Ia di beri Pilihan tersulit.
Pilihan Yang keduanya Tidak akan Pernah Bisa Ia Pilih.

Prilly adalah Jantung baginya, dan Janin di dalam Kandungan Prilly adalah Nadi. jika Jantungnya hilang, maka Nadinya Tidak akan Berdenyut lagi. Dan Jika Nadinya Yang Hilang maka Jantungnya akan Berhenti Berdetak.

Ini adalah pilihan terberat dalam Hidupnya.

Lebih baik Ali di timpa beton bersusun dari pada Harus mengalami dua pilihan dalam Hidup. Lebih baik Ali berhadapan dengan Belati Dari pada Harus berhadapan dengan dua Pilihan Ini. Sungguh ini terlalu berat.

Resi dan Revand Bisa Apa? Setelah mendengar Cerita Ali, Revand memijit Pelipisnya, sedang Resi sudah tak Kuasa Menahan Air matanya.

"Kembali ke kamarmu Li."

"Aku takut pah. Sepertinya Prilly mendengar semua yang dikatakan Dokter Andin."

"Kuatkan Dia Nak, Hidup memang pilihan, dan Pilihan itu Dari Kita sendiri. Temui dia. Kuatkan dan Katakan bahwa semuanya akan baik-baik saja."

Ali mengangguk dan sekali lagi Menghelah Nafas. Ia harus siap, semua yang akan di lewati dalam hidup memiliki Resiko tersendiri, dan Ali sudah memilih jalannya sendiri, segala Resiko juga Harus di tanggungnya.

Menjemput Hati (Selesai)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora