Stupid Rasya

3.4K 177 0
                                    

Berjalanlah Mereka di bawah limpahan Gemintang dan Bulan yang menjadi penerang Malam Temaram saat Ini, kini Di sudut Kota Ini, Tumbuh Sebuah Harapan Akan Kelanjutan Cerita Dan kisah mereka, bahwa tak ada yang Bisa Merubah Takdir, pun dengan Mereka. Namun sebuah Keyakinan Akan cinta masih satu-satunya alasan kuat untuk bertahan, Bersama Selamanya Bukanlah Tujuan namun sebuah keinginan yang Harus di perjuangkan..
"Jadi malam Ini Juga Prilly Sudah Bisa Pulang Dok???"
Ali Menatap wajah Dr. Andin dengan Penuh Tanya, Selepas Alat Medis itu di Lepas dari Badan Prilly Ali kembali di Minta ke ruangan Dokter Andin perihal Langkah selanjutnya dalam Proses Penyembuhannya..
"Iya.. malam Ini Kamu sudah Bisa Bawa Dia pulang.. dan kembali setelah tiga Hari dari sekarang.." dokter Andin mengultimatumkan Kepada Ali yang Hanya Di jawab Anggukan Datar olehnya.. "Ingat Li, Prilly belum Bisa Banyak Beraktifitas.."
"Baiklah Dokter..." Ali Berangsur Berdiri lalu Menjabat tangan dokter Andin lantas Berlalu...
***
Helaan Nafas Pendek terdengar Mengalun bagaikan syair Lagu Kesayangan Menggema di dalam Ruangan Perawatan Itu.. Prilly Telah selesai Mengganti Pakaiannya di Bantu Oleh Rizzy, Selanjutnya Ali Melangkah Mendekat lantas Tersenyum Manis Kepadanya.. Celakalah Takdir Jika Memisahkan Mereka, Dua insan Penuh Cinta Yang saling Melengkapi Meski Merwka tahu Hidup tak selamanya Berjalan Seperti Air Mengalir.. merek tetap Tersenyum Meski Mereka Tahu Bahwa Penyakit Prilly sangat Beresiko tinggi terhadap Kehidupannya.. Bukan hanya Jalan Takdir yang serakah Namun Juga Kepada semua Hal yang Bisa Merenggut Prilly Dari Ali..
"Kita Pulang Sekarang Yah Sayang.." Ali tersenyum Manis Pada Prilly lalu Mengangkat Badan Mungilnya dalam Gendongan.. bersama Rasya dan Rizzy Mereka Perlahan melangkahkan Kaki meninggalkan Ruangan Perawatan Prilly Tanpa Menoleh sedikitpun berharap ini adalah Kali terakhir Mereka Menunjungi Tempat Ini Namun nyatanya Takdir tetap akan Mempertemukan mereka dalam jangka waktu yang singkat..
*
"Li.. Mama Tau Kalau aku-----"
Dengan Cepat Ali menggeleng lalu mengusap puncak Kepala Prilly.. Mereka sudah Sampai di atas Mobil setelah beberapa Waktu lalu Keluar dari rumah sakit..
"Mereka Tidak tahu sayang.. Aku tidak Ingin Mereka Khawatir.. lagi Pula Sebentar lagi Mereka juga akan Pulang... 3 Bulan Lagi Mereka Akan kembali ke Indonesia.."
Prilly Mengangguk Pelan Lalu Merebahkan kepalanya Pada Sandaran Kursi sebelum akhirnya Ali malajukan Mobilnya Dengan Kecepatan sedang Membelah jalanan Ibu kota Malam Itu.. malam Penuh Cinta..
Tak lama, Mobil Milik Ali sampai di salah satu Kompleks di ikuti mobil Rasya di belakangnya.. Yah Mereka sudah Memutuskan untuk kembali Tinggal di rumah Ali bukan lagi di Apartement Tempat biasa Mereka Pulang...
"Sayang, Untuk Sementara pakai kursi Roda Dulu yah.. Kamu gak Boleh capek-capek" Ali kembali Mengangkat badan Prilly dan di dudukkan di atas kursi Roda.
"Maaf aku Ngerepotin..!"
"ssstt...! sayang.. gak ada Yang merepotkan dan direpotkan.. udah yah gak usah Mikir macam-macam dulu..."
Ali mendorong Kursi Roda Itu masuk ke dalam Rumah.. di pintu sudah Ada Bi Ira dan mang Dadang Suaminya Yang Menunghu kepulangannya, Pasutri art nya Itu Sudah Sepertu keluarga sendiri bagi Ali dan Keluarganya...
"Non. Alhamdulillah Non Udah Sehat lagi.."
Sapaan Bi Ira Memberikan sesungging senyum di wajah ayunya, Meski pucat namun masih terlihat begitu cantik,...
setelah Penyambutan sederhana itu, Ali segera Membawa Prilly masuk ke dalam rumah, ke dalam Kamarnya Lalu Membantunya Merebahkan badan di atas king Size, Semuanya Yelah di persiapkan Karena Segalanya telah terencana sejak prilly dan Ali di Rumah Sakit, kamar Prilly telah di dekor sedemikian Bagusnya oleh Mang dadang di bantu Rasya dan Rizzy pagi tadi sebelum berangkat ke rumah sakit, beberapa pernak pernik boneka jepang kesayangannya Telah memenuhi sudut ruangan..
"sekarang Istirahat yah sayang.."
Prilly Menggeleng pelan lantas Menahan lebih kuat tangan Ali.. entah, sejak berbaikan dengan Ali ia jadi lebih Manja dan Penakut... sisi lain dalam dirinya yang dulu sepertinya kEmbali lagi..
"Lo perlu istirahat Pril.. Gue yang Jamin Ali gak Akan Kemana-mana.."
Prilly tetap memggeleng Meski Rasya sudah mewanti-wanti bahwa ia tak akan Sendiri di sini...
"aku terlalu takut..." Prilly menggenggam tangan Ali dengan buliran bening yang jatuh membasahi pipinya.. Ali segera mengulurkanbtangannya lantas Menghapus jejak Air bening di sana.. Oh sungguh Ali tak suka jika Prilly Menangis.. "aku Takut Gak Bisa Buka mata Lagi.. aku takut ninggalin kamu.. aku takut gak akan Bisa-------"
"ssttt..." dengan cepat Ali memotong Ucapan Prilly yang Sama saja akan menggorws luka di hatinya.. "gak akan ada Yang ditinggalkan dan Meninggalkan.. kamu akan tetap di sini bersamaku.."
"Tapi Fungsi ginjalku----"
"No...! dia tidak akan Berhenti Berfungsi sayang.. dia akan Tetap berada di sana, Mengerjakan Tugasnya dengan Baik..." terlihat Ali sedang menahan Nafas Beratnya.. ingin Rasanya ia ledakkan Namun tidak Jika di hadapan Prilly.. "kamu akan Baik-baik saja.." ujarnya Setelah Beberapa saat terjadi keheningan..
"sekarang Kamu istirahat.." ali mencondongkan badannya lantas Mengecup puncak kepala Prilly kemudian berlalu.. meninggalkan Prilly di kamarnya..
***
Ali dan Rasya duduk di sofa tepat di hadapan Kamar Prilly.. Mereka Terhimpit Hening dan Hampa.. bahkan udara sekalipun serasa Menjauh saat ini.. adakah Jalan Takdir yang lain yang bisa Membelokkan Arah dan menyembuhkan prilly?? sudihkah Tuhan Mengabulkan Doa setiap hati Lara Yang jatuh dan Mencintai Melebihi batas Kecintaannya terhadap diri sendiri?? tidak Bisakah Ilalang Berkorban Untuk serumpun dandelion rapuh..? apakah Takdir sekejam Ini??? lalu Untuk apa Takdir Menyatukan Mereka kembali jika pada Akhirnya akan Menyakiti lagi???
Ali mengacak Rambutnya Frustasi.. Cara Pengobatan yang di tempuh Dokter Andin Memang Merespon Namun akan tetap sama Jika Ginjal itu tidak di angkat dan Di ganti Ginjal baru...
"Apa yang Lo Pikirin Bang...?" Rasya Menepuk bahu Ali menyadarkan lelaki itu dari lamunan panjangnya tentang takdir. "bukankah Prilly baik-baik saja..??"
Ali menghelah Nafas lalu menyandarkan badannya Ke sandaran Sofa lalu memejamkan mata..
"Tidak ada yang baik-baik saja dari Prilly Sya.. selama ginjalnya yang Rusak di angkat.."
Rasya Menghelah Nafas lalu ikut Bersandar pada Sofa.. Ia sangat Mengerti perasaan Ali.. ia bahkan terlampau paham namun tak ada yang bisa ia Perbuat...
"

"lo dengar kan apa yang dokter Andin bilang??? Sekalipun prilly telah melewati seluruh Rangkaian proses cuci darah itu tetap saja Ia butuh pendonor.."
"Lalu apa yang Lo khawatirin bang?? Lo bisa aja bawa gue ke rumah sakit dan Minta dokter buat Ganti Ginjal gue dengan Ginjal Prilly.."
Ali mengehelan nafas Panjang Lantas Membuka Matanya... Rasya Sungguh tak tau aturan....!
"Apa Gue Perlu Mukulin Lo supaya lo sadar kalau Ginjal itu bukan Mainan Hah..? Lo pikir semua ini mudah Buat gue...?? Lo sadar gak sih Ngomong kek gini sama Gue?? Sadar gak Lo????" Ali mencengkram kerah bajj Rasya dengan Penuh Emosi.. "lo jangan Nambahin masalah gue Sya . Lo tuh adik gue, lo cuma perlu ada Buat kuatin gue. Bukan malah bikin gue down dan aarrggghhh"
"Lo jangan egois Bang.. Lo itu Perlu Ginjal Gue Buat ----------"
BUUUGGHHHHH
satu bogeman Ali Mendarat di Bibir Rasya Sehingga Membuatnya agak memar dan berdarah..
"Itu buat Nyumpel mulut lo agar gak ngomong sembarangan lagi..! Sekarang Lo masuk kamar ....! MASUK SYA....!" Teriak Ali keras... ketidak warasan Rasya Membuatnya Juga Hampir Gila karenanya.. Tidak taukah Rasya kalau Ali sedang pusing? Tidak bisakah Rasya cukup Memberi dukungan..? Ah sudahlah buktinya Rasya Masih tetap keukeh pada Pendirian bodohnya..
***
Tbc

Menjemput Hati (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang