Air mata Surga

4.8K 278 1
                                    

Lantunan Melodi Indah Memakakkan Telinga memenuhi Ruangan Ali; Jemarinya Asik Menari Di Atas grand Piano sedang Matanya Mengatup Merasakan Kenyamanan Yang Ia Dapat Di sana... Tak ada Yang Lain Yang Ia Lakukan Saat Kekesalan memenuhi Dirinya selain Bermain Piano, Sebagai Alat Untuk Menumpahkan Segala Rasa Yang ada Dalam Dirinya..

"Aku Kedinginan Berdiri Di atas
Istana Yang Retak
Menutup Mulutku
Getir Berkata Lirih
Adakah Cinta Yang Sempurna di dunia
adakah Hati yang Tak Bisa
Luka
Apakah Ku Pantas Bahagia"

syair lagu Itu Mengalun Begitu Saja Seiring Semakin Lamanya Irama Terdengar, Seakan Ali Sangat Menikmati Keindahan Nada Dan Irama Yang Menyatu Dalam Melodi Sederhana Yg Ia Ciptakan Sendiri...

Braaaaaak

Ali Membuka Matanya Kala Suara Pintu Terbuka Terdengar di Telinganya, Ia Meghentikan Permainan Pianonya Lantas Menatap Tajam Ke arah Rasya Yang Sedang Menyengir Ke arahnya...

"Viss Bro... Tapii Sumpah Gue Butuh Tanda Tangan Lo" Ujar Rasya Seraya Menampakkan Baby Facenya agar Ali Tak marah Besar Kepadanya.. Rasya Tau Ali Tidak Suka Di Ganggu Namun File Itu Segera Harus di tangani..

"Jangan Natap Gue Segitunya Napa.. Gue Takut Kali Bang, Ah Lo mah, Ayolah Tanda Tangan.." Ujar Rasya Yang Merasa Ali benar-Benar Marah padanya "Gue Janji Setelah Lo Tanda Tangan Gue Gak Bakal Ke sini lagi deh, Dan Lo Juga Gak Perlu Repot-repot ikut Gue Meeting" Ujarnya lagi.

Ali Berdiri Dari Grand Pianonya Lantas Berjalan Ke arah Rasaya Lalu Meraih Map Di Tangan Rasya Kemudian Duduk di Kursi Kebesarannya..
"Lo Kenapa Sih Li, Tumben-Tumbenan Kesal Pagi-pagi.. Marisa Gak Ngatur Jadwal Lo atau apa Sih..?"

"Dia Sudah Datang...!" Ujar Ali Membuat Rasya Menatapnya Aneh..

"Dia Siapa..?? Apaan Sih Li..? Gak Ngerti Gue"

"Dia Yang Gue Ceritakan Tempo Hari, Gadis Yang Di titipin Ke Gue"

"What..?? Dan Itu Yang Bikin Lo Kesal...??"

"What Again...!"

Rasya Menghelah Nafas Lantas Meraih Map Yang Telah di Tanda tangani Ali; Ia Tersenyum lantas Berdiri

"Lo Sebaiknya Jangan Bersikap Kasar Sama Dia, Boleh Jadi Dia adalah Jawaban Tuhan Yang Tertunda" Ujar Rasya Lantas Berlalu..

Ali Tak Bergeming Ia Hanya Menatap Nanar Punggung Rasaya Yang Menghilang di Balik Pintu Ruangannya...

Kembali; Ali Bekerja, Menghilangkan Pikirannya Tentang Prilly Dan Hari Buruknya Yang di Mulai Dari Pagi Tadi Di Apartementnya..

***

Prilly di Temani Bi Ira Makan Di Meja Makan, Bubur Ayam; Makanan Kesukaan Prilly Yang di belikan Ali Tadi Pagi sebelum Ke Kantor, Rasanya Aneh berada di dekat Ali, Mr Jutek Yang akan Mewarnai Hari-Harinya Entah Sampai Kapan...

"Setelah Makan Non Istirahat Yah, Bibi Mau Ke Supermarket dulu Belanja Bulanan"

"Aku Boleh Ikut Bi..?"

"Jangan Non, Non Di sini saja, Bibi Takut Kalau Den Ali Tau Bibi Akan di Marahin"

"Tapi Bi; Aku Juga Ingin Membeli Keperluanku"

"Bibi Sudah di Pesan Oleh Den Ali kalau Bibi Juga Harus Membeli Keperluan Non Prilly, Jadi Non di Sini aja, Istirahat.."

"Tapi Ali Gak Bakalan Tau Bi"

"Bibi Takut Non.. Gak Usah Yah"

"Segitu Pemarahnya Yah Si Ali Itu" Gumam Prilly Lantas Menyimpan Sendok Di Atas mangkuk Yang sudah Kosong Itu...

Bi Ira Tersenyum Lalu Membereskan Tempat Makan Prilly Lantas Berpamitan Untuk Pergi...
Prilly Menghelah Nafas, Sepeninggal Bi Ira Ia Tak ada Lagi Kegiatan, Prilly Akhirnya Melangkahkan kakinya ke Tempat di Mana TV berada Namun Sebuah pintu Membuatnya Penasaran, Apa Yang ada Di dalamnya, Pintu Yang Berada Tepat di Samping Pintu menuju Balkon..
Prilly Akhirnya Urung Menonton Tv, Ia Justru melangkah Ke Arah Pintu Itu... Dengan Penuh Keberanian Prilly Membukanya Dan Betapa Ia Takjub Melihat Isinya.. Sebuah Alat Musik Lengkap, Ruangan Itu Nampak Seperti Studio Musik Yang sepertinya Juga di lengkapi Dengan Kedap Suara..

"Wow... Ali Ternyata Suka Musik" Gumamnya Seraya Menjajaki Ruangan itu, Mencoba Membunyikan Setiap alat musik Yang ada di dalam Sana...

"Bersih, Rapi, Wangi, dan Elegan" Ujar Prilly, Kesan Yang ia Dapati di dalam Ruangan itu..
Lalu Ia Memberanikan Diri Untuk Memainkan Piano yang Sedari tadi Menggelitiknya Ingin Segera di Mainkan.. Prilly Duduk di bangkunya Lalu Mulai Menekan Tuts Hitam Putih yang Berjajar Rapi di Sana..

"Sejuta Penyair Sedunia Ingin
aku Hampiri
Bertanya apakah Cinta
sejati itu adaa
Pantaskah aku Marah pada Takdir
Berteriak Lantang melawan Nasib
sedangkan Ku Hanyalah manusia
Hooouuwoo"

Prilly tersenyum, Sepertinya Ia Tak akan Susah Jika Ingin Latihan bermusik, Mengasah Kemampuan Dari Teori yg ia dapat di Kampusnya...

"mama Ily kangen" Gumam Prilly lalu Menghelah Nafas
Ia Berdiri dan Meninggalkan Ruangan Musik Ali..

Ia Beralih ke Kamarnya, Mungkin Ia Butuh Tidur Untuk Membuat Perasaannya Kembali Fit...

***

Hingga Tak Terasa Sore Telah Menyapa, Ali kembali Ke Apartement dengan Sekelebat Kelelahan Yang Ia Dapat Hari Ini.. Rasanya Ia sudah Sangat Ingin Berbaring, Menghilangkan Sejenak Rasa Lelahnya hari ini...

"Selamat Sore Den.." Sapa Bi Ira Yang sedang Sibuk Membuat Menu Makan Malam untuk Ali Dan Juga Prilly..

"Sore Bi" Jawab Ali Sekenanya
Ia Lantas Berlalu Ke kamar...
Ali Merebahkan Badannya Ke atas King Size Seraya Melonggarkan Dasinya.. Ia Ingin Tidur Sekarang...
Namun Sial, Belum Lama Ia Menutup Mata Suara Ketukan dari Pintu kamarnya terdengar dan Itu Sangat Mengganggunya..
Ali menghelah Nafas Jengah Lantas Membuka Pintu Secara Kasar..

"Maaf; Tapi Aku hanya Ingin Izin Keluar Sebentar" Ujar Prilly seraya Menundukkan pandangannya.. Ia Dengan Style Santainya Telah Siap Untuk Menemui Rizzy..

"Gak Bisa.." Jawab Ali Tegas.

"Tapi Aku Hanya Ingin menemui Rizzy untuk Meminta Buku Li"

"Gak Bisa"

"Aku Janji Gak Lebih Dari Jam 6 aku sudah Sampai di sini"

"Ngerti Gak sih Pril kalo Gue Bilang Enggak yah Enggak, Lo ngerti bahasa Indonesia kan..?" Bentak Ali Kasar.. Tapi Bukan Tanpa Alasan.. "Lo Itu di titipin Ke Gue dan Gue Gak Mau Ngecewain Orang Tua Gue Dan Orang Tua lo Gara2 Gue Gagal Jagain Lo.. Paham" Ujar Ali Keras lalu Membanting Pintu kamarnya Secara Kasar...
Prilly Menutup Matanya Bersamaan Dengan Lolosnya Cairan Bening Membasahi Pipinya.. Prilly Tidak Pernah Di Bentak, Prilly tidak Pernah di Kasari Dan Prilly Tidak suka dengan kedua Hal itu... Ia Berjalan Mundur, Meninggalkan Kamar Ali Dan Berlari Masuk ke Kamarnya.. Menenggelamkan Wajahnya di Lekukan Bantal di atas King Sizenya...

"Mamaaaaaaaa.. Prilly Takut" Teriaknya Yang Tak Terdengar Oleh siapapun...

Di sisi Lain, Bi Ira Yang Menyaksikan kejadian itu Hanya Menggeleng, Pasalnya Baru kali Ini Ia Melihat Ali Membentak Seorang Wanita, Mungkin Ali sedang Banyak Masalah di KantornyA...

***

Ali Kembali Merebahkan Badannya Ke atas King size, Ada Rasa Bersalah Dalam Dirinya Telah Memperlakukan Prilly Secara Kasar, Namun Rasa Itu cuma Secuil Dari Banyaknya Rasa Yang ada dalam Dirinya Dan Rasa Itu; Tak Berarti...
Ali Membuang Nafasnya kasar Lantas Bangkit Dan mendial Nomor Rasya..

"Sya, Gue Butuh Bantuan Lo"

"............"

"Kita Ketemu Di Cafe Biasa"

".............."

"Tanpa Siapapun. Termasuk Cewek Lo, 10 Menit Gue Sampai" Ujar Ali Lalu Menutup Telponnya...

Ali Bersiap untuk Bertemu Rasya Malam Ini, usai Mandi Ia Dengan Style coolnya mematut dirinya di depan cermin Sebelum Berangkat ke tempatnya akan Bertemu Rasya..

"Bi, Aku Harus Pergi, Setelah Bibi Selesai Bibi Boleh Pulang"

"Tapi Den, Masakan Bibi Gimana Kalo Aden Pergi, Gak di makan Dong..?"

"Oh Iya, Minta Prilly Yang Memakannya, Katakan Makanan Itu Harus Ia makan Kalau Tidak Mau Aku Marah Lagi" Ujar Ali Lantas Berlalu...

Bi Ira Menghelah Nafas, Hari Pertama Prilly bersama Ali Benar-Benar di Luar Pemikirannya; Bahkan Ali Berubah 180 Derjat Jika Ada Prilly di Depannya.. Entah ada Apa Dan Karena Apa.. Kembali Ke Waktu, Semuanya Akan Indah pada Waktunya..

***

Ali Jehong..? Hahahaa Emang Iyaa.. Namanya Menjemput Hatii Yah butuh Perjuangan..

Stay Positif

Menjemput Hati (Selesai)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant