Kesalahan Yang Sama

4.4K 282 1
                                    

Pagii Menjelang Namun Matahari sepertinya Masih Enggan Untuk Menampakkan dirinya, Awan Hitam Menyelimuti Langit Pagi, Gelap Menyisakan Tanya.. Akan kah Berubah atau akan Tetap Sama.? Ali Masih Di Sana, Di Depan Pintu kamar Prilly, Kembali Menunggu untuk di Bukakan, Kembali Menjalani Aktifitas Yang Sama Seperti yang Terakhir Ali lakukan Untuk Prilly 5 Tahun lalu... Terlihat Dari Sorot mata Hitam Legamnya, Rintikan Hujan Mencumbui Tanah, Menetes Menghinggapi Dinding Kaca Apartementnya, Ali Memejamkan Mata Kuat, Bumi dan Langit Seakan Tau Perasaannya, Ketidak Pekaannya Selama Ini Membuat Dunianya Seakan Berbalik, Orang Yang Dulu Ia Perjuangkan Mati-matian Sekarang Justru Mungkin akan Meninggalkannya Hidup-Hidup...

Semalaman Ali Menghabiskan Waktunya Untuk Menunggu Lagi dan Lagi Dengan Orang Yang Sama tanpa Sedikitpun Ingin Beranjak Dari Sana, Rasya Tau Karena Rasya Melihatnya, Rasya Juga Menunggu Apa Yang akan Takdir Perbuat Untuk Mereka.. Dari Arah Pintu Apartement, Nampak Bi Ira Melangkah Mendekat, Namun Saat Akan Menuju Ke Tempat Ali, Rasya Menahan Tangannya Lalu Menggeleng Pelan, Isyarat bahwa Bi Ira Tidak Boleh Ke sana.. Ali Masih Tidak Ingin Di Ganggu, Ali Masih Ingin Sendiri, Menunggu Prilly seperti yang Ia Lakukan 5 Tahun Lalu...

"Jadi Den Ali Belum Makan Den..?" Tanya Bi Ira Pelan yang Di Jawab Anggukan Oleh Rasya...

"Kenapa Jadi Seperti Ini Sih Atuh Aden..! Bibi Gak Ngerti.."

"Gak papa Bi.. Biarkan Bang Ali Menyelesaikan Sendiri Masalahnya.. Bibi Ke Dapur aja Udah" Ujar Rasya Yang Segera Di Angguki Bi Ira.. ART yang selama ini di Percaya Ali untuk Mengurusnya..

Rintik Hujan Bahkan Sudah Berganti Menjadi Hujan Deras, Namun Belum ada Tanda-tanda Bahwa Prilly akan Keluar... Ali Menghelah Nafas Sebelum Berdiri, berpegang pada Gagang Pintu Dengan Sakit di Kepalanya... Ali Berdiri Bukan Karena Ingin Menyerah Menunggu Prilly Namun Rasa Sakit di Kepalanya Membuatnya Mau tak Mau Harus Berbaring di Sofa, Badannya Oleng, seakan Kakinya Tak lagi Bisa Menopang Tubuhnya, Rasya Segera Berlari Menggapai Ali Agar tak Jatuh Ke Lantai dan pada Akhirnya, kejadian Masa Lalu kembali Terulang, Ali Pingsan, Sama Seperti 5 Tahun lalu Saat Menunggu Prilly...

"Bang.. Abang.. Bang Ali.. bang.." Panik Rasya Seraya Mengangkat Badan Ali Ke Sofa Terdekat... "Bi.. Bi Iraa.."

Menyadari Namanya Di Panggil, Bi Ira Menghentikan Aktifitasnya Membuat Sarapan, Ia Segera Berlari Menuju Ke Tempat Rasya Kala Melihat Dari kaca Pembatas Ali Tak Sadarkan Dirii...

"Masya Allah.. Den Ali Kenapaa.??" Tanyanya Panik Seraya membuka Laci Nakas Di Dekat Sofa, Mencari Kotak p3K yg Ia Simpan Sendiri.

"Li Bangun.. Hey.. Lo Jangan Bikin Gue Panik...!"

"Bangun Atuh Aden,..."

"Sepertinya Ali Lapar Bi, Sampai Pingsan Ginii.."

"Bibi Udah Bikin Sarapan Den, Mau Bibi Ambilin..??"

"Nanti Bi.. Fokus Ke Abang aja Dulu.."

Bi Ira Mengoleskan Minya Angin Ke Bagian Pelipis Ali, Hidung Serta Tengkuknya, Berharap Setelah Itu Ali akan Sadar...

"Bang Bangun Bang.. Ah Lo Jangan Bikin Gue Panik.. Gue Bisa Apa Kalo Lo Kek Ginii.." Ujar Rasya Seraya Mengguncang Badan Ali.. "Prilly.. Keluar Lo.. Pril.. Ali Pingsan Pril.. Keluaaaar.." Teriak Rasya Namun Tak ada Jawaban.. suaranya Seakan Tenggelam Oleh Derasnya Hujan Di Luar Sana..

Perlahan Mata Indah Ali Terbuka, Mendengar Nama Prilly Di Sebut, Udara Seakan Kembali Mengelilinginya, Ali Sadar Namun Badannya Sangat Lemah, Lelah karena Tidak Tidur Semalaman..

"Lo apa-apaan Sih Bang.. Bikin Gue Stengah Mati aja.."

"Ii" Desis Ali Tanpa Sedikitpun Memperdulikan Ucapan Rasya... Ali Bangun Dari Tidurnya Lalu kembali Mendekat Ke Arah Pintu Kamar Prilly...

"Ii" Ujarnya Seraya Mengetuk Pintu kamar Itu.. Aktifitas Yang sejak Semalam Ia Lakukan...
Rasya Bernafas Jengah Melihat Ali Yang Seperti Ini, Sangat Berbanding Terbalik Dari Ali Hari Kemarin...

"Sudah Bang, Mungkin Prilly Butuh Waktu.. dan Gak Sekarang Abang Bisa Jelasin Dan Mendengar Penjelasannya.. Sebaiknya Sekarang Lo Sarapan Biar Lo Gak Bikin panik Gue Lagii" Ujar Rasya Namun Ali Sama Sekali Tak Menghiraukannya.. Baginya Prilly Saat ini Lebih Penting Dari apapun Termasuk Kesehayannya..

"Bang, Gimana Pun Usaha Lo Kalau Prilly Belum Mau Buka Pintu Tetap aja Bang, Lo Sama Aja Nyiksa Diri Lo Sendiri.."

"Karena Dia Yang Di Bukakan Hanya Dia Yang Mengetuk, Jadi Gue akan Tetap Di sini, Mengetuk dan Menunggu di Bukakan.." Ujar Ali..

"Bang Ali Please...! Jangan jadi Orang Bodoh...!"

"Dan Gue Baru akan Berhenti Jadi Orang Bodoh Kalau Ii Gue Kembali" Ujar Ali Yang Lagi dan Lagi Membuat Rasya Bernafas Jeng..! Ia bisa Apa Sekarang Jika Ali sudah berkehendak...

***

Perlahan Hujan Mereda, Prilly Bangun Dari Tidurnya Dengan Wajah yang Berantakan, Matanya Bengkak oleh Tangisnya Dari Kemarin, Lingkaran Hitam Memenuhi Pinggiran Matanya Karena Tidur Yang Tak teratur, Prilly Bangun Lantas Mengusap Wajahnya Secara Kasar.. Setelahnya Ia Berjalan Ke Wastafel lalu Mencuci Mukanya Sebelum Akhirnya Duduk di depan Meja Rias, Memperhatikan wajahnya Yang Sembab Oleh air mata...

Prilly Menghelah Nafas, Ia sudah Berjanji Kepada Ke dua Orang Tuanya Untuk bertahan tinggal Bersama Ali apapun yang Terjadi, dan Janji Tetaplah Janji, Harus di Tepati apapun Resikonya...
Prilly Mengusap Wajahnya Lalu Melangkah Ke arah Pintu Kamar, Jam sudah Menunjukkan Pukul 9 pagi Dan Seperti Biasa Ali sudah Berangkat Ke Kantor... Prilly Menghelah Nafas kemudian membuka Kunci lalu Memutar Knop Pintu...

Prilly Berdiri Mematung, Melihat Ali Yang Duduk Bersandar Pintu Hampir saja Terjatuh Ke Belakang Kala Kaki Jenjangnya Tidak Menopangnya, Prilly Membeku Melihat Ali Di bawah kakinya, Dengan gaya yang Berantakan, Masih Dengan Kemeja Yang Ia Pakai Kemarin... Lesu, Mata Bengkak, Lunglai dan Tak Ada lagi Daya Untuk Berdiri...

Mereka saling Menatap; Saling Mengunci Pandang, Saling Mencari Celah Kebencian Di mata Masing-masing... Tak ada Ekspresi Apapun, Ali Dan Prilly Sama-sama Beku di tempatnya. . Namun Pada Akhirnya Air mata Prilly Kembali jatuh kala Menunduk Menatap Ali Yang duduk di Lantai di Bawah kakinya Sedang Mendongak Menatapnya...

"Ii" Desis Ali..

Nama Itu... Nama Yang sering Ali sebut DULU Sebagai nama Kesayangan Untuk Prilly, Nama Yang Spontan Muncul kala Mereka Duduk di tepi Pantai, Beralaskan Pasir dan Beratapkan Langit... Prilly Termangu Mendengar Ali Menyebutnya Dengan panggilan Kesayangannyaa..

"Ii maafin Ai"

Lagi lagi Ali Berucap Dengan Tetap pada Posisi Yang Sama..
Prilly Tak Berkata Apapun; Ia Tetap pada Diamnya, Prilly sama sekali tak Tahu Jika Ali Menunggunya di Depan Pintu kamar, Prilly Tidak Tahu Jika Ali Sudah Tahu Semua Kenyataan Pahit di Masa Lalu.. dan jika boleh Jujur, Prilly belum Siap Bertemu Ali untuk Sekarang Inii...

SORRY for Slow update guys

Menjemput Hati (Selesai)Where stories live. Discover now