Saling Menerima

3.8K 200 0
                                    

Perlahan Sinaran Jingga Memenuhi Kaki Langit, Mengarak Awan Biru Berubah Menjadi Satu warna Dengan Mereka,Warna Keemasan Sebagai pertanda Bahwa Sang malam Akan Menjemput.. Pilu Masih Mengelilingi Relung Hati Kala Senja Hadir sebagai Penghalang di tengah Biru yang Masih Bermain Dengan Putih nya Awan... Sakit Masih Menjadi satu-satunya Alasan Siang Jika Malam Telah Hadir.. Rindu Masih Akan Bersama, Menunggu Hari esok kan Segera Datang Menggantikan sebuah Rasa yang Selalu setia Menunggunya Pulang..

Ali Masih di tempatnya bersama Sekelebat Pikiran Kacaunya Haruskan Selalu Dirinya Yang Merasakan Kepahitan Luar biada Tentang Sebuah hal yang Sama Sekali tak di ketahuinya atau Ali harus selalu Menjadi Orang Bodoh Di tengah Segala Masalah Yang mengelilinginya.. Tidak bisakah Hati Peka terhadap keadaan Sekeliling yang Selalu Mengatas Namakan dirinya Tentang semua Kesalah pahaman yang terjadi... Takdir adalah Satu-satunya Penghalang Luar Biasa Bagi semua keinginan terindah yang tak terealisasikan...

Tak ada Angin tak ada Hujan Saat Ini Namun Rasanya, Hati seolah Mati Oleh kedua Orang tersayang dan Kebodohannya.. Ali Masih dengan Rasa Bersalah dan Ketidak oekaannya Terhadap apa yang terjadi, Mungkin ali terlalu Sibuk,, Ali terlalu Fokus Pada Urusan Dunianya Yang Sontak Membuat dirinya berada seolah Jauh dari Tanggung Jawabnya Terhadap Rasya adiknya.. Entah, Atau mungkin Rasya Yang terlalu pintar menyembunyikan semuanya dengan Baik...

Perlahan, Langit Menjadi Gelap, malam telah Datang Bersamaan Dengan Itu, Seseorang Datang Kepadanya Dan Duduk di sebelahnya... Ali Masih dalam Tundukannya, Memikirkan Segala Kemungkinan Buruk Yang akan terjadi kedepannya..

"Bang, gue Minta Maaf.."

Rasya Hadir setelah melakukan cek up bersama dokter Andin, Sama sekali Ia Tak menyimpan Dendam setelah Ali Memukulnya beberapa Saat lalu bahkan Rasya Yang Merasa tidak Guna Menjadi Adik tidak Tahu diri Bagi Ali.. karena Baginya, Ali masih Tetap Satu satunya Alasan Bahagia Rasya Hidup di dunia, Ali adalah kakak Terbaik Untuknya...

"Maaf Sudah Bikin Hidup lo Kek gini.. maaf Sudah Bikin lo salah Paham Dan Marah Sama Gue.. Sekarang..! Lo bahkan Boleh Mukulin gue Sepuas Hati Lo.. Lo bisa Ngelakuin apapun yang Lo mau.. Lo Kakak Terbaik Gue Bang, bagi Gue, Lo adalah Anugrah Yang dikirim Tuhan Buat Gue. setelah Orang Tua Gue Pergi Lo dan Keluarga Lo lah Yang berhak atas diri gue apapun kemauan Kalian.. Sekarang Terserah Lo bang.. yang Jelas Pengorbanan Gue Beberapa tahun lalu sama Sekali tidak ada Hubungannya Dengan Perasaan Gue Ke Prilly.. Prilly bagi Gue adalah Saudara, Tidak pantas Bagi Gue untuk Mencintai Dia.. Sekali Lagi, terserah Lo Bang...!"

Setelah Berujar Demikian Rasya Berdiri dari duduknya Lantas Melangkah Menjauh.. Namun Langkahnya Segera Terhenti setelah Suara Parau Ali Menginstruksinya Untuk tetap Tinggal..

"Gue Yang Minta Maaf.. Gue Salah Paham.." kata Ali lantas Memeluk Rasya..

katakan Ali Lebay Karena Meneteskan Air matanya di depan Rasya, Katakan Ali Alay Karena Memeluk Rasya di depan Umum.. Namun bagi Ali dan Rasya Keadaan Seperti ini adalah satu-satunya Cara Pengungkapan Rasa bagi seorang adik dan kakak laki-laki...

"Maaf Gue gak Pernah Peka Terhadap Semua Yang Lo alami Selama Ini.."

"Apapun itu, Gue bahagia Sudah Pernah Berkorban Buat Kebahagiaan Lo.. Dan Lo harus Tau, Ini adalah Alasan Kenapa Gue Mati-matian Memperjuangkan Kebahagiaan Kalian, karena Gue Gak Pernah Mau Pengorbanan Gue sia-sia dengan Melihat Kalian Berpisah.."

"Sekali Lagi Thanks Sya.!"

"Sekarang Lo Masuk, Temuin dia, Dia Butuh Lo bang... Biarkan Gue Pulang Dan Mengurus Semua urusan Dunia Lo.." ujar Rasya Lantas Terkekeh.. Ali tak Pernah Mau mengesampingkan Pekerjaan Namun Jika Hal itu menyangkut Prilly, apapun akan Ali Tinggalkan..

Cinta Memang Aneh, Seaneh Penjabarannya Yang tak Berujung.. Cinta Memang Buta, Karena Tak Pernah Melihat dari segi apapun tentang Orang Yang di Cintainya.. dan Cinta Itu Gila, Segila Ali Yang akan Meninggalkan Apapun Demi Prilly.. karena Mereka adalah Cinta, Ali dan Prilly..

***

seakan Di penuhi semangat Juang 45 pahlawan NKRI, Ali Berjalan Dengan Penuh semangat Menekuri Kembali Koridor Rumah Sakit Menuju ICU tempat prilly di rawat, PRIlly adalah Cinta Terindah Dalam hidupnya Saat Ini, Prilly adalah Hidupnya.. jika Rasya mampu Berkorban Untuk dirinta Kenapa Ali Tidak Mampu Mengorbankan Segalanya Untuk Prilly..!?!

"Dokter bagaimana Keadaannya..?"
Ali segera Menghampiri Dokter Andin Setelah Sampai Di sana.. Tampak Raut wajah Dokter Andin lebih Ceria Di bandingkan Sebelum Menjelaskan Perihal Penyakit Prilly..

"Saya Akan Melakukan Segala Cara Untuk Menyembuhkannya, Dan Langkah Pertama Saya Adalah melakukan Cuci Darah..! Anda tidak Perlu Khawatir, Saya Rasa Cinta Menguatkan dia, Lupakan Steatment saya Tentang Kemo dan Berdoa agar Apa yang kita Lakukan Membantu proses penyembuhannya.. Ali, Tapi jangan Pernah Melupakan Semua Resiko yang saya Ucapkan Tadi"
Ali Mengangguk Patuh lantas Tersenyum Tenang... Tatapan Teduhnya Membuat Dokter Andin Yakin Akan Ketulusan cinta Yang Ia Miliki Untuk Prilly..

"Sekarang Kamu Boleh Nemuin dia.. Jangan katakan Apapun yang akan Membuatnya Down. !"
Lagi dan Lagi Ali Kembali Tersenyum lalu Melangkahkan Kakinya Masuk ke ruang Icu dimana Kekasihnya Berbaring..

Derap Langkah Pelannya mengusik indra Pendengaran Si empunya Ruangan.. Prilly membuka Mata Lantas Menoleh ke sumber suara. di sana Ada Ali, Berdiri Dengan Senyum hangat menyejukkan Hati, perlahan Tapi Pasti, Ali Melangkahkan Kaki Kesana, lebih Mendekat dan duduk di samping Brangkar prilly..

"Hai.."

"Hai" meski masih Serak Prilly Tetap Membalas Sapaan Kekasihnya.. Sama Seperti Ali, Ia Juga Tidak Mau Melihat Ali Khawatir Kepadanya..

"Apa Yang Kamu Rasakan Sayang..?"
Ali Berujar lantas mengusap Puncak Kepala Prilly..

"Aku Merasa Lebih Baik... kata Dokter besok Aku Boleh Pulang.."

"Setelah Cuci Darah Tapi...!" Lanjut Ali lantas Tersenyum.. prilly Mengangguk Mantap...

"Kenapa Harus Cuci Darah Li..?"

"Karena Dengan Cuci Darah Semua Bakteri Yang ada Dalam Darah Kamu akan Mati Dan Fungsi Ginjalmu akan Berjalan Normal Lagi.."

"kamu Yang Minta..??" tanya Prilly dan Ali Menganggukinya.. "tapi katanya Cuci darah Itu Sakit Li.."

"Aku akan Selalu Di sini Pril, Bersama mu.. Kita akan Berbagi Rasa Sakit, kamu Boleh malakukan Apapun Termasuk Menjambak rambutku jika Sakit menderamu. "

Prilly Terkekeh, di sambut gelak Tawa Renyah Ali memenuhi Ruangan. setidaknya mereka sudah Saling Menerima..

"Permisi mas, Mbak Prilly Akan Di pindahkan Ke ruang Perawatan.." salah seorang suster yang Menghampirinya berujar membuat Ali dan Prilly menolah lantas Mengangguk... Ali segera berdiri dan Membantu Suster Mendorong Brangkar Prilly sampai di ruang Perawatannya..

**

"kamu Gak Pulang sayang...??" tanya prilly setelah beberapa Saat yang lalu Sampai ruang perawatan..

Ali Mengerutkan Kening lantas mendekatkan Wajahnya Ke wajah prilly..
"kamu Bilang Apa i'..??"

"kamu gak Pulang...?" Prilly Mengulang kalimatnya membuat Ali memicingkan Mata..

"gak akan jika Tak Bersamamu.. siapa yang akan Menjagamu di sini.. siapa yang akan Menyuapimu makan, siapa yang akan Menajaga Mimpimu siapa Yang akan......"

"Kerjaan...???" Prilly Memotong Cepat sebelum Ali Mengoceh lebih Banyak..

"persetan dengan Kerjaan.." Ujarnya Lantas Memutar bola matanya Acuh.. "aku sudah Minta Kepada Rasya untuk membawakan pakaian Ganti Untukku dan Untukmu Jika Kita Pulang Besok.."

"mama papa Tau soal Ini...???"
Ali Menggeleng Lantas Tersenyum "sebaiknya Jangan di beri tahu Li, Aku gak papa kok"

"Iya Sayang.. Tapi kamu harus Janji Untuk tetap baik-baik saja Demi Aku. "

"Aku janji akan Tetap Baik baik saja Demi Kamu Aliku sayang.."

"Love U.. "

"Love U Too"

Mereka Sama Melempar Senyum. meski kenyataan tak pernah Sesuai dengan Impian Namun Setidaknya kenyataan Telah Mengajarkan Banyak Hal Tentang hidup....

To be contineu

Menjemput Hati (Selesai)Where stories live. Discover now