Berbagi Rasa

3.8K 218 0
                                    

Jingga Teleh memenuhi Awan Biru.. Semilir angin Pun Kian Mengusik Relung Jiwa Hampa Tanpa Kasih.. Disini Mereka Masih Berdua.. Bersama Perasaan Yang Sama. Meski Jauh Telah Memisah Namun Takdir tetap Berkeputusan Bahwa Mereka adalah SATU..

Ali dan Prilly sama-sama Bersiap di kamar masing-masing.. sore ini mereka ada janji Dengan Syahrini, Penyanyi kelas internasional Yang di Minta Ali Menjadi Narasumber Untuk Prilly.. salah satu Komponen untuk Kelulusannya di Akademik.. Sekaligus Untuk Lebih Mendalami setiap Karakter Pada Seni Yang di Pelajarinya selama Ini..

Prilly Telah Siap Dengan dres Putih Polosnya di Balut Jaket Kulut Denim Yang juga di Gunakan Sebagai Pelindung Dari Hawa dingin Sore Ini.. Beberapa Map serta Tas Kecil Juga Sudah Siap Untuk di Bawanya.. segeralah Ia Melangkah Keluar kamar Setelah semuanya di anggap Selesai...

Ali masih Berjalan Mondar Mandir di dalam Kamarnya, ali Masih Berpikir Tentang Segala Yang akan Menyakiti Prilly terutama penyakitnya.. Ali Khawatir akan Hal buruk yang akan Menimpa Kekasihnya.. Jujur saja, Ali tak Pernah sanggup Mendengar Apapun hasil Diagnosa Dokter tentang penyakit Prilly... Masih Berpikir Tentang segalanya Yang Akan Menghambat perjalanan Cintanya..

Dari arah Pintu terdengar sebuah Ketukan pelan.. Itu pasti prilly yang sudah Menunggunya... bergegaslah Ali Meraih Jaket Kulit Denim lalu Menggunakan Sepatu kesayangannya Serta Tak Lupa Topi yang sengaja Di Balik.. Ali sudah Siap Dan Segeralah Ia Membuka Pintu.. Membuang Jauh pikiran Buruknya Saat ini adalah Pilihan Yang paling Tepat...

"Maaf sayang Udah Buat Kamu Nunggu" Tangan Ali Terulur, Menyentuh Pipi Prilly Yang saat ini sedang Tersenyum manis kearahnya.. adakah Lagi Nikmat Tuhan Yang Bisa Ia Dustakan??

"Gak papa Ai"

"Berangkat sekarang yuk..!" Kata Ali Lalu segera Meraih Tangan Prilly Beserta Map yang di pegangnya Tadi.. Mereka Berjalan Keluar Apartement bersama Hembusan Nafas Bahagianya..

***

Sadar Dalam Kata, Ali Memutar Dvd di mobilnya. Mereka Sejak Tadi Hanya Saling Bersitatap Dan tersenyum, Seakan Semua Kalimat Bahkan Kata Di Telan Oleh Bahagia yang Tak sempat terucap di bibir.. Sama Seperti Api Yang Tak Sempat Mengatakan Sesuatu pada kayu sebelum Menjadikannya Abu.. Lebih Dari Semua Kalimat Yang tak sempat di Katakan Langit pada Bumi Sebelum Menjatuhkan hujan... Biarlah sorot pandang mata yang berbicara.. Biarlah Kepingan Hati Yang Saling Berucap.. Karena Pada Kenyataannya Cinta Memang Sepenuhnya Milik Mereka...

Tak Sampai Satu Jam.. Mobil Ali berbelok Memasuki pekarangan Rumah Produksi Milik Syahrini.. Senyum Terkembang di Bibir Prilly kala menyadari hal itu.. satu langkah Lagi Dirinya akan Mendapat Gelar.. Satu Langkah Lagi, Ilmunya akan Di beri peringkat.. semua adalah Berkat Kerja Keras Dan Kesabarannya Meski kadang Tertatih Oleh waktu Yang sekan Berjalan lamban..

Ali dan Prilly Berjalan Beriringan memasuki Produktion House milik syahrini.. Segala Rasa Hormat Telah Mereka terima Karena Mereka adalah Tamu kehormatan Untuk Syahrini Hari ini.. Seakan Tak Ingin Apapun Menganggunya, Ali sejak Tadi Mengamit Tangan Prilly Erat membawa Serta Map di Tangannya.. sedang Prilly Berusaha Sebiasa Mungkin Dengan Semua rasa Sakit Yang Kini menyiksanya... Tuhan Maha Adil... Tapi Kenapa Justru di saat Ia Bersama Ali semua Rasa Sakit Itu Harus Hadir?? Ataukah Ali Memang di Hadirkan untuk Menjadi penghalau rasa sakit..?

"Permisi.. Mas Ali sudah di Tunggu Sejak Tadi.. Silahkan Masuk.." Salah Seorang Perempuan Asisten Syahrini Menghampiri Ali dan Prilly di Lobby Tempat Itu.. Wanita Berparas Ayu itu Meminta Ali dan Prilly Mengikut di belakangnya..

"Silahkan.. Teteh Sudah Menunggu" Ujarnya Lalu Mempersilahkan Ali dan Prilly Masuk..

merasa Terhormat.. Ali dan Prilly Memyambutnya dengan Senyum lalu Menuruti perintah asisten Itu untuk segera masuk ke ruang pribadi Syahrini...

"Permisi.. Selamat sore Teteh"

"Eh.. Hai.. Li.. Pril... duduk..."

"Teh.. Saya Kesini Untuk Meminta Tanda--------"

"Iya Teteh Udah Tau.. Sini Berkasnya.." Ujar syahrini exaited. lalu Meraih Map yang di pegang Ali dan Menandatanganinya.. sekaligus Menyerahkan sebuah Berkas Sebagai Bukti Dari Label Musiknya.. "Udah Kalo Sama Teteh gak Usah Sungkan.." Katanya Dengan Gaya Manja Khasnya..

"Teh, Soal biaya-------"

"Oh. Nothing Baby...! Teteh Gak Mau Nerima.. Kenapa???? Karena teteh merasa Kita Saling Menguntungkan.. Teteh senang Kenal Kalian Dan Prilly Dapat sertifikat.. udah..! Simbiosis mutualisme kan.." katanya Yang Membuat Ali Terkaget Kagum..

"Thanks Teh..."

"Iya Gak papa..."

"Sekali lagi Makasih teh..." Prilly Tersenyum dengan Wajah Yang pucat dan Keringat dingin Memenuhi Keningnya..

"Oh.. Sepertinya di sini Sangat panas Sampai Little Princess berkeringat.."

Ali Menoleh Dan Mendapati Prilly dengan senyum pucat pasihnya.. Bibitnya Tak Lagi Semerah Delima, Kini Membiru bak Tujuh samudra Telah di seberangi..

"Teh, Makasih Lagi Yah.. Kami Permisi dulu"

Menyadari Hal Itu.. Ali Berpamitan pada Syahrini, Tak Lupa Mereka Saling Memeluk sebagai Tanda persahabatan.
Setelahnya.. Barulah Ali segera Membawa Prilly Keluar dari Gedung Itu.. Hawa Sore Ini dingin, Namun Membuat Prilly Berkeringat.. Apalagi Kalau Bukan Sedang Menahan Rasa Sakit...!?

**

Ali Menghelah Nafas Berat Setelah sampai di dalam Mobilnya.. Ia Memejamkan Mata Sejenak Lalu Merubah Posisinya Menghadap Prilly.. Tangannya Menggenggam Kuat Tangan Prilly.. Ia Ingin Berbagi rasa Sakit dengan Kekasihnya.. Ali ingin Membagi kekuatannya Untuk Prilly..

"Sayang.. Kita Kerumah Sakit...!"

Prilly Menggeleng Membuat Ali Frustasi.. Rasa Sakit Itu Kian Hari Kian Menjadi.. Datang Tanpa Tepat waktu.. Hadir seperti Jalangkung, Dan tak akan Pergi Seperti pengemis Tanpa Uang.. Rasa sakit Itu Kian Memuncak Saat Prilly dalam Diamnya Meneteskan Air Bening Dari Matanya..

"Ali..."

"Kita Ke dokter.." Kata Ali Yang Tak Mungkin lagi terelakkan.. Prilly adalah satu-satunya Cinta Dalam Hidupnya Selain Orang Tua, Prilly adalah Kehidupan Dan Nafas bagi denyut Nadinya.. Prilly adalah Semua Kata yang Pernah Ada.. Prilly segalanya...

"Aku Gak Mau Ketemu Dokter Andin Li..."

"Mana Mungkin Pril.. kita Harus temuin dia Untuk Tahu Apa Yang Terjadi..."

"aku Cuma Butuh Obat Itu..."

Ali Menatap Tajam Prilly Lantas Menghentikan Laju Mobilnya.. Tangannya Meremas Kuat Gagang stir Mobil Menahan Amarah di Dadanya.. Ali Tidak Bisa Jika Melihat Prilly Kesakitan dan Prilly Tidak Tahu Itu..

"Obat tidak akan Menyembuhkan Mu Pril.. Kita Butuh Konsult.."

"Aku Gak Mau Li.. Ujung-ujungnya Pasti.-------"

"Ujung-uujungnya pasti Apa...?? Kamu akan Bilang kalau Kamu akan Mati hah???" Setelah Sekian lama Ali Tidak Membentak Prilly Barulah Sekarang Bentakan Itu Keluar Lagi...

"Kamu Pikir Aku Akan Sanggup Jika Kehilangan Kamu Lagi...?? Kamu Pikir dengan berpisahnya Kita Kemarin Aku akan siap Jika Harus Kehilangan Kamu Lagi..? Kamu Pikir aku sanggup hah??"
Bentakan Terakhir Ali Mengantarkan Prilly bertemu Mimpi.. Prilly Pingsan, Bahkan Mungkin ia Tak Mendengar apa saja Yang di Ucapkan Ali Padanya...

"Pril... Prilly.. Hey.." Ali Mengguncang Badan Prilly yang sudah Tidak sadarkan diri di jok penumpang di sampingnya..

"Aargh.." Pekik Ali Lalu Melajukan Kembali mobilnya menuju Rumah Sakit... Ali Harus Tau Penyakit yang di derita kekasih Keras Kepalanya..

***

sorry for slow update..

Menjemput Hati (Selesai)Where stories live. Discover now