Tanpa Kata

2.6K 146 2
                                    

Malam Kian Menusuk kulit, Hembusan Angin Tidak lagi Sebersahabat Tadi. Semakin Dingin, Semakin Menghunus pori-pori Kulit..

Ali dan Prilly masih Berada di Rooftop itu, bagian paling atas Gedung, Menikmati Malam Berpayung Langit. Tanpa Kata, Tanpa Suara. Hanya Detak Jantung Yang saling Bersahutan, Saling Meneriaki Nama dan Berseruh Menyampaikan Kata Cinta..

Dengan Alasan Penyakitnya, Prilly Menolak menikah Dengan Ali, Dan Dengan Alasan Tahta, Ali Mengulur waktu Untuk Menikah Dengan Prilly, Dan Tiba Saat Yang Tak Jauh Dari waktu yang Membawa MerekaPada Titik Ini, Ali Mengutarakan Niatnya Menikah Dengan Prilly. Ada Apa Sebenarnya? Apa Tujuan Ali..

Jam Sudah Menunjukkan Pukul 01.40 dini Hari.. Prilly Merasakan Ngilu di seluruh Badannya Sampai Ia merasa Berhuyung Ke depan, Beruntung Ali dengan Sigap menahan badannya Agar tidak Jatuh..

"Sayang.. Kamu Kenapa?"

Prilly tak Langsung Menjawab, Ia Mencengkram Lengan Ali Kuat, Berusaha Menyembunyikan Rasa sakit dari Ali..Ia tersenyum Tenang, Memberikan Isyarat kepada Ali bahwa Ia Tak apa-apa..

"Kita Pulang Sekarang..!"

Ali memapah badan Prilly, Meninggalkan Roftoop dengan Sekelebat rasa Khawatirnya..

Tak Hanya Sampai di situ, Kekhawatiran Ali bertambah kala Prilly Pingsan Dalam Dekapnya....

***

Ali Mondar-mandir di depan Ruang UGD, Baru saja Ia Membawa Prilly Ke Rumah Sakit Ini, Prilly tiba-tiba Pingsan Di atas Roftoop Itu.. Tak henti Ali menyalahkan Dirinya, merutuki Kebodohannya, Semua Ini salahnya. Lalu apa Yang akan dikatakannya Kepada Kedua Orang Tua Prilly? Bahkan mereka saja Tidak Berpamitan Untuk Keluar Tengah Malam Itu..

Ali mengusap Wajahnya Kasar, Ia tak hentinya Meratapi Kebodohannya, dengan Hati tak Tenang, Ali Merogoh sakunya, Mengeluarkan Ponselnya Dan Mengirim Pesan Kepada Rasya, saat ini Ali Butuh Teman Berbagi dan Rasya Selalu Berhasil jadi apapun yang Ali mau..

Setengah jam Berlalu, Prilly Belum Juga Sadar. Menurut dokter, kekebalan Tubuh Prilly menurun akibat Dingin Yang Menusuk Kulitnya, Dan sampai saat Ini dokter Belum bisa Memastikan lebih jauh Penyebab Utamanya. Tentu hal itu membuat Ali merasa Bersalah. dia yang mengajak prilly Keluar dengan alasan 'sedikit Nakal'. Semua kesalahan dia limpahkan Kepada dirinya sendiri..
Pikirannya Kalut, Ali Menutup matanya Seraya Menyandarkan kepalanya di dinding Ruang UGD, Sampai Rasya Datang Dan Menepuk Pundaknya..

"Bang.."

Ali menghelah Nafas lalu membuka Matanya Perlahan.. mata sayunya mengartikan bahwa ada kesedihan yang menyelimutinya saat ini. Wajah tampannya Tertekuk, Lesu dan menyiratkan banyak Beban di pikirannya..

Rasya Menepuk Pundak Ali Sekali Lagi, sedikit memberi ketenangan padanya. Meski Rasya belum Paham mengapa kakak Sepupunya ada bersama Prilly Selarut ini, tapi Ia Rasa belum saatnya Ia Menanyakan hal itu. Ali sedang Kalut,dan Rasya Hanya Perlu Menenangkan, bukan mencecarnya dengan pertanyaan yang menggantung di Kepalanya..

"Gue bodoh Sya..! Gue gak Bisa Jaga Prilly.. Gue gak Bisa Sya..!"

"Tenangkan dirimu Bang,"

"Dia seperti itu karena Gue Sya.. gue yang Minta Dia untuk Nemuin Gue Selarut Ini.. gue yang Bodoh..!"

Rasya Mengangguk-anggukkan Kepalanya, pertanyaan yang tak sempat di ucapkannya terjawab sudah..

"Sudahlah Bang, jangan menyalahkan dirimu seperti ini. Semua yang terjadi pada Prilly Bukan salahmu. Tenangkan dirimu.."

Ali menunduk menopang wajahnya dengan tangannya, mengamati ujung sepatunya yang menginjak ubin.. ia masih belum bisa tenang sebelum prilly Sadar..

"lalu bagaimana cara gue mengatakan Hal ini kepada mama dan papa Prilly.?" Ali berkata ftustasi, sesekali tangannya Mengacak Rambutnya..

Menjemput Hati (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang