Chapter 52.

669 108 5
                                    



~ Happy Reading ~

***

"Kenapa liatinnya kayak gitu?" Wanita cantik yang sedang duduk bersila di atas kasur menghela napas beratnya.

Hatinya merasa ada yang kurang kala suaminya sedang siap-siap ingin pergi bekerja. Selama seminggu Arsen absen tidak bekerja guna menyembuhkan luka-lukanya.

Dan selama seminggu itu pula Alena merasa senang, dia bisa seharian bersama Arsen dan melakukan apa saja.

Bahkan Alena jauh lebih manja pada laki-laki itu, namun itu semua bukan keinginannya entahlah dia senang di saat Arsen menyuapinya makanan, membuatkan makanan, atau memeluknya ketika mereka sedang tidur tiduran di siang hari sambil mengusap perutnya yang masih terlihat rata.

Padahal Arsen libur bukan untuk memanjakannya, tapi untuk kesembuhan tubuhnya, Untung Arsen benar-benar menyayangi wanita itu, maka apapun yang di minta Alena Arsen tak pernah marah.

Mengerti akan perubahan mood sang istri Arsen menekuk lututnya. "Jangan cemberut gitu dong, kalau aku nggak kerja kita dapat uang dari mana? Buat beli susu dedek bayinya dari mana? Mama cantik nggak boleh ngambek ya, kan ini demi kebaikan dedek." Ujar Arsen lembut seraya mencolek ujung hidung Alena.

Alena mengulum senyum, hatinya menghangat saat Arsen menyebutnya Mama. "Aku nggak ngambek, hussh sana Papa cari duit yang banyak buat dedek bayi." Balas Alena mengibaskan tangannya mengusir sang suami.

Arsen terkekeh mengacak rambut Alena gemas. "Aku pergi ya, jangan lupa kunci pintunya." Pesan Arsen.

"Iya, tapi beneran kan? Kamu udah sembuh?" Tanya Alena memastikan.

"Udah sayang, buktinya aku udah keliatan baik-baik aja kan?" Alena menarik napasnya lagi lalu mengangguk.

"Pulang mau aku bawain apa?" Tawar Arsen, tangannya mengusap pipi wanitanya dengan lembut.

"Nggak usah! Aku mau kamu langsung pulang." Tolak Alena, wanita itu seakan trauma saat meminta sesuatu ketika Arsen pulang bekerja.

"Oke, kalau gitu aku berangkat." Katanya menyodorkan tangannya yang langsung di sambut oleh Alena.

Arsen mencium kedua pipi, kening dan yang terakhir bibir sang istri secara singkat.

"Io!" Panggil Alena kala Arsen sudah di ambang pintu.

Arsen menarik napas sabar. "Kenapa lagi sayangku.." Alena tersenyum geli lalu merentangkan kedua tangannya. "Peluk dulu." Ujarnya manja sambil memainkan mata.

Arsen terkekeh pelan dan menghampiri sang istri lagi, ia memeluk bahkan menciumi lagi wanita itu.

"Udah puas?" Alena mendongak lalu mengangguk lucu.

Arsen yang tak tahan melihatnya pun memeluk lagi dan setelah itu dia benar-benar keluar rumah dan menghampiri motornya

Di dalam rumah Alena melihat Arsen lewat kaca jendela, ia menatap kepergian Arsen sambil bergumam mendoakan suaminya agar baik-baik saja, Alena sebenarnya masih sangat takut terjadi sesuatu pada Arsen.

Karena dia yakin ada yang di sembunyikan oleh suaminya, dan sampai saat ini Alena tidak percaya kalau kemarin Arsen luka-luka karena begal.

˜"*°•.˜"*°• Arsenio •°*"˜.•°*"˜

Jupri yang sudah sibuk mengganti ban motor costumer terhenti menatap kedatangan Arsen, ia meninggalkan pekerjaannya sejenak. "Kamu benar-benar udah sehat?" Arsen turun dari motor sambil melepas helmnya.

Arsen mendengus pelan, tidak Alena. Tidak Jupri semua pertanyaan mereka sama, yaitu tentang kesehatannya.

"Kalau gue udah masuk, tandanya gue udah sehat Jupri!" Tekan Arsen.

Jupri nyengir memperlihatkan giginya. "Santai toh.. aku cuma khawatir sama kamu, lihat luka kamu kayak gitu bikin aku takut." Yang tadinya kesal Arsen kini tersenyum haru, ternyata Jupri sangat mengkhawatirkannya.

"Thank Pri, Lo udah khawatir sama gue. Tapi beneran gue udah baik. Siap untuk bekerja, seminggu nggak otak-atik motor rasanya ada yang kurang." Kelakarnya Jupri ikut tertawa kencang hingga beberapa costumer menoleh.

"Di dalam ada Pak Arif, dia nyariin kamu. Dia pesan kalau kamu udah datang, di suruh keruangannya." Arsen mengerutkan keningnya.

"Nyariin gue? Ngapain? Lo nggak izinin gue?"

"Udah, malah katanya kamu boleh masuk kapan aja, sampai kamu benar-benar sembuh. Tapi nggak tau tadi pagi tiba-tiba datang terus tanyain kamu, Pak Arif tau kalau kamu bakal masuk hari ini." Tutur Jupri.

Arsen termenung menatap ruangan atasannya, keningnya semakin berkerut memikirkan tumben pemilik bengkel itu memanggilnya dan menyuruhnya masuk kedalam ruangannya.

Tanpa membuang waktu, Arsen segera melangkahkan kakinya menuju ruangan atasannya.

Arsen mengetuk dua kali sampai si pemilik menyuruhnya masuk, Arsen memutar handle ia masuk dan pertama yang di lihat.

Bosnya itu sedang duduk di kursi kebesarannya sambil memainkan ponselnya.

"Permisi Pak, ada perlu apa saya di panggil?* Ujar Arsen to the points.

Pak Arif mendongak, beliau menaruh ponselnya lalu menyuruh Arsen duduk.

"Bagaimana kabar kamu? Sudah sembuh?"

"Alhamdulillah Pak, seperti yang Bapak lihat saya sudah sembuh." Jawab Arsen.

Pak Arif mengangguk-angguk beberapa kali. "Jadi gini, kenapa saya panggil kamu kesini." Jeda sejenak mereka saling tatap. "Ada costumer kita yang complen ke saya,"

Arsen menegakan tubuhnya. "Complen kenapa Pak?" Tanya Arsen datar.

"Apa kamu ingat beberapa hari yang lalu, kamu memperbaiki motor sport yang harganya sangat mahal?" Arsen mulai mengingat-ingat kapan dan motor apa.

"Motor KTM RC16?" Ucap Arsen menyebut merek motor yang dia perbaiki kemarin.

Pak Arif mengangguk pelan membenarkan ucapan Arsen. "Ada apa dengan motornya Pak?"

"Saya tidak tahu, dua hari yang lalu pemilik motor itu menelpon saya dan marah-marah. Katanya dia ingin meminta ganti rugi karena motor sport itu rusak parah setelah dari bengkel ini."

Arsen diam melongo tidak percaya. "Tidak mungkin motor itu rusak parah Pak, kemarin waktu saya memperbaiki motor itu hanya ada masalah di bagian mesin, tapi tidak terlalu serius."

"Memang sebelumnya saya bilang kepemilik motor itu, kalau bengkel ini nggak ada sparepart motor semahal itu, saya menyuruhnya untuk ke bengkel resmi dari merek kendaraannya. Tapi dia nolak karena buru-buru," Jelas Arsen panjang lebar.

Pak Arif membuang napas dengan kasar, dia memijit pangkal hidungnya, kepalanya berdenyut nyeri memikirkan masalah ini.

Dia bukan menyalahkan Arsen, hanya saja orang itu meminta ganti rugi sesuai dengan harga motor tersebut.

Jika sebanyak itu, dari mana dia bisa mendapatkan uangnya. Dia belum sekaya yang di bayangkan.

Jika mengganti rugi motor tersebut, sama saja dia harus menjual beberapa bengkelnya.

Arsen diam memandang atasannya, ia menjadi tidak enak. Ada rasa marah dan tanda tanya di benaknya.

Kenapa orang itu meminta ganti rugi sebanyak itu. Dan anehnya kenapa motor tersebut menjadi rusak parah.

"Ya sudahlah, biar masalah ini saya cari solusinya. Kamu boleh kembali bekerja," Kata Pak Arif menyuruh Arsen keluar.

Arsen menurut dia pamit keluar sambil terus berpikir, sepertinya ada yang tidak beres.

Haruskah dia mencari tahu, Arsen mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Lalu menelpon seseorang.

***

~ To be continue ~

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」Where stories live. Discover now