Chapter 22.

879 120 7
                                    

Annyeong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Annyeong.. Yuk absen 💚 dulu yang masih setia nunggu

.
.
.
.
.
.
.






< Happy Reading >

***

Usai gagal bicara dengan Mamanya, Alena pergi kekamar mengganti baju lalu merebahkan tubuhnya di kasur.

Sejenak ia merenung menatap langit-langit kamarnya, terkadang Alena berpikir dirinya adalah wanita lemah yang terlalu takut pada sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi.

Contoh, ia terlalu takut menceritakan kejadian kemarin hanya karena dia tidak ingin terjadi apa-apa pada orang tuanya.

Selama ini ia juga takut meminta putus dengan Bryan hanya karena alasan kedua orang tuanya, Bryan selalu mengancam menggunakan nama orang tua untuk menggagalkan keinginannya itu.

Seandainya dia bisa lebih berani dan tidak takut dengan ancaman Bryan, mungkin dia sudah tidak lagi bersama cowok itu, dan mungkin saja saat ini hidupnya sudah bahagia.

Membuang napasnya dengan kasar, memikirkan semuanya membuat kepalanya pusing. Persekian detik gadis itu teringat sesuatu.

Tangannya meraba sisi kasur, mencari benda pipih terbaru yang dia beli beberapa hari yang lalu, sudah ketemu ia bergegas menekan nama seseorang dan tanpa menunggu lama.

Suara dan juga wajah tampan muncul di layar persegi tersebut. "Halo."

Cowok itu tersenyum tipis. "Udah sampai"

"Udah dari tadi, kamu kayaknya yang baru sampai?" tanya Alena mengerutkan kening.

"Iya, kok tau?"

"Tuh, kamu aja baru lepas jaket." Arsen terkekeh geli, menaruh jaketnya di gantungan belakang pintu.

Suara kerasak-kerusuk dari seberang sana yang kini Alena dengar, Arsen sedang merebahkan tubuh di kasur, sama seperti dirinya, dan tidak lama muncul kembali wajah Arsen.

Ada jeda beberapa detik untuk mereka saling diam, namun tatapan mereka bertemu. "Kenapa?"

Helaan napas yang semakin membuat Arsen yakin, jika gadis itu sedang tidak baik-baik saja. "Kamu tau nggak. Aku hampir aja cerita ke Mama, dan lega karena bakalan benar-benar lepas dari Bryan,"

Memajukan bibir bawahnya Alena menatap langit-langit kamar, mengingat obrolan beberapa menit lalu dengan Mamanya. "Tapi gagal, soalnya Mama aku lagi-lagi sibuk sama temannya." Arsen tak merespon, ia terlalu fokus menatap wajah ayu Alena yang terlihat menggemaskan apalagi mimik wajah gadis itu yang sedang cemberut semakin membuatnya ingin mencubit pipi gadis itu.

"Kamu tau nggak? Apa yang buat aku selalu gelisah sampai saat ini?"

"Apa?" jawab Arsen.

"Kalau nggak ada orang di rumah kayak gini, aku suka takut tiba-tiba Bryan datang. Aku takut dia mau ngelakuin kayak waktu itu." ujar Alena bernada pelan.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」Where stories live. Discover now