Chapter 27.

993 141 8
                                    

< Happy Redding >

***

Berbeda dari Arsen dan Alena yang sudah menerima pernikahan mereka walaupun keduanya akui adalah kesalahan besar telah membohongi orang tua, di kediaman Pak Kusuma tampak sunyi, kejadian tadi malam sangat membekas di hati Pak Kusuma dan Bu Liana.

Rumah yang biasanya rame oleh ocehan suara anak gadisnya, kini menjadi sepi dan hampa. Ia merasa sangat kehilangan putri kecilnya, meskipun Alena sudah dewasa. Tapi tetap saja di matanya. Alena tetap lah Alena Amirthalina.

Putri manja yang akan selalu merengek di pelukannya, mengingat itu tanpa sadar air mata beliau terbendung di pelupuk mata, kalau bukan tepukan dari sang istri ia jamin Kusuma akan menangis dalam diam.

"Pa, sudah jangan mikirin Alena terus. Biarkan dia memilih jalan hidupnya sendiri, bukannya tadi malam Papa yang nyuruh dia keluar dari rumah? kesalahan dia terlalu besar. Jujur Mama kecewa dan marah banget sama dia, Lebih baik kita sarapan aja. Mama nggak mau Papa drop gara-gara anak nggak tau diri itu." Kusuma mendongak menatap istrinya lekat.

"Sepertinya Papa salah mengambil keputusan kemarin Ma, nggak seharusnya Papa usir dia dan nikahin gitu aja sama cowok brandal itu." Liana menghela napas membalas tatapan suaminya.

"Terus gimana? Papa ngomong gitu kenapa nggak tadi malam aja, Papa main asal aja nikahin mereka. Kita kan bisa kirim Alena ke luar negeri atau tinggal di rumah kita yang ada di Bali." cecar Bu Liana kesal.

Kusuma mengepalkan tangannya, ia menunduk dalam sembari menarik napas dalam-dalam. Kenapa masalahnya menjadi rumit seperti ini, setelah menikahkan Alena dengan cowok yang tidak dia kenal. Perasaan marah, sesal hinggap di hatinya. Bagaimana jika putrinya sengsara di luar sana.

"Pak. Bu, maaf di depan ada Mas Bryan." kata salah satu asisten rumahnya.

Sontak kedua orang itu saling pandang, Liana tampak gelisah, ia malu untuk sekedar bertemu Bryan.

"Suruh masuk," titah Kusuma lalu beranjak dari tempat makan.

Di ruang tamu, Bryan sudah duduk manis di salah satu sofa panjang.

"Om. Tante," sapa Bryan bangkit berdiri melihat kedatangan calon mertuanya tapi sayangnya itu hanya mimpi.

Usai Bryan mencium tangan, Kusuma menyuruh Bryan duduk. "Om saya datang kesini ingin bertemu dengan Alena, saya ingin bicara serius. Saya tidak mau menunda-nunda lagi pernikahan saya Om." ucap Bryan lembut dan sopan, jauh sekali dengan sifat aslinya yang datar dan dingin.

Kusuma dan Liana saling pandang, ada rasa bersalah dan nyeri ketika harus mengatakan hal pahit ini. Keduanya seakan tidak tega pada lelaki itu.

Melihat gerak-gerik yang mencurigakan, Bryan mengangkat sebelah alisnya. "Ada apa Om? Alena baik-baik aja. Dia ada di rumah ini kan Om?"

"Maaf Nak Bryan, sebenarnya Om berat untuk ngomong ini. Tapi mau nggak mau Om harus jujur sama kamu," raut wajah Bryan berubah datar, ia sudah mengira ada yang tidak beres.

"Ngomong aja Om, jangan buat saya penasaran!" desak cowok itu dengan nada sedikit meninggi.

"Sebaiknya kamu cari wanita yang lebih baik, Alena sudah tidak bisa kamu harapkan. Dia sudah menikah tadi malam," ucap Kusuma pelan namun  sangat jelas.

"Anj!" hampir saja Bryan mengumpat di hadapan Kusuma dan Liana, mengusap rambutnya dengan kasar ia bertanya. "Maksudnya gimana Om, kenapa tiba-tiba bisa nikah gitu aja. Dia nikah sama siapa? Sekarang Alena nya di mana?"

"Alena hamil, Alena sudah buat kecewa kita semua Nak. Maaf kan kami, kami tidak bisa menjadi orang tua yang baik. Sampai-sampai kita kecolongan." ujar Liana menundukkan kepala tidak berani memandang Bryan, beliau merasa malu.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」Där berättelser lever. Upptäck nu