Chapter 31.

1K 138 4
                                    




»»————> 𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 <————««

***

Selesai dengan drama mereka, kini Alena dan Sella sedang menikmati sarapan yang sedari tadi mereka anggurin.

"Jadi lo ganti nomer?" tanya Sella lalu memasukkan makanan kedalam mulutnya.

"Iya, Arsen yang minta. Biar Bryan nggak bisa telepon gue lagi,"

Helaan napas kasar keluar dari mulut Sella, gadis itu menaruh sendoknya sedikit kasar. "Gue heran deh, kenapa sih Bryan obsesi banget sama lo. Kayak nggak ada cewek lain aja! Dia jelek juga nggak. Pasti ada cewek yang mau sama dia, apalagi kan Bryan orang kaya." omel Sella yang terlihat begitu kesal.

Alena memandang Sella. "Jangan marah-marah, ntar lo suka lagi. Udah cukup gue aja jadi korban ke brengsekannya tuh cowok." mendelik tidak terima Sella membalas ucapan Alena.

"Lo gila! Mana mungkin lah gue suka cowok modelan kayak setan gitu!" Alena tertawa puas.

"Tadi lo muji dia, berarti lo ada rasa."

"Apaan sih. Amit-amit ya Allah," ujar Sella mengetuk kening lalu di ketuk ke atas meja sambil terus berkomat-kamit.

Alena terkekeh pelan, dalam hatinya pun juga berdo'a jika hal itu tidak terjadi, dia tidak ingin Sella sahabat paling ia sayangi. Menjadi korban keegoisan dan kegilaan cowok seperti Bryan.

Andai dulu dirinya sedikit pintar, pasti tidak bisa di bodohi lekaki sampai bertahun-tahun. Mungkin jika waktu itu tidak mendengarkan pembicaraan Bryan bersama Fadil. Sampai saat ini ia tidak akan tau jika dia hanya menjadi bahan taruhan oleh Bryan dan kawan-kawan.

"Len."

"Apaan?" jawab Alena masih fokus pada makanannya.

"Kapan-kapan gue main kerumah lo ya," seketika Alena mendongak memperlihatkan wajah bingung.

"Mau ngapain?"

"Ya main lah! Masa mau nyolong!" sungut gadis itu kesal.

"Nggak ah.. Nggak boleh."

"Dih, kenapa? Kan gue cuma main."

Alena tetap menggeleng kuat. "Nggak pokoknya, sekali nggak tetap nggak."

"Kenapa sih?" tanya Sella heran.

Alena menatap Sella sejenak sebelum menjawab. "Lo tau kan, kalau Arsen tinggal di kontrakan?" Sella mengangguk.

"Gue nggak mau, lo kasihan sama gue ataupun sama Arsen. Gue nggak mau di kasihani, apalagi Arsen. Gue nggak mau bikin dia kepikiran,"

"Yaelah, lo mikirnya terlalu jauh. Mana ada gue kayak gitu, dimana pun lo tinggal dengan keadaan apapun asal lo bahagia gue mah nggak masalah, lo tinggal di dalam rumah bukan tinggal di kolong jembatan." tutur Sella tegas.

"Ngapain sih ngebet banget mau kerumah gue?" sentak Alena.

Persekian detik ia tersenyum penuh arti. "Oh.. Gue paham sekarang, lo tau kontrakan Arsen rata-rata menghuninya cowok makanya lo mau main kerumah supaya lo ketemu cowok ganteng, benar kan?" Sella memamerkan gigi putihnya dengan malu.

Alena berdecak menoyor kepala Sella. "Mending lo sama gebetan lo aja deh, cowok di sana nggak ada yang benar."

"Loh berarti laki lo nggak benar dong," ledek Sella.

"Sialan! Bukan gitu maksud gue bege!  Ah tau ah," kesal Alena tak melanjutkan ucapannya.

Sella terpingkal melihat wajah kesal sahabatnya. "Tapi gue salut deh sama Arsen," ujar Sella mode serius lagi.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang