Chapter 21.

1K 124 4
                                    

H i...

Yang belum tidur cus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yang belum tidur cus.. Tinggalkan jejak.

***

Sudah beberapa hari setelah kejadian tidak menyenangkan dan tidak pernah di lupakan oleh Alena telah berlalu , Keadaannya pun juga sudah baik-baik saja.

Meskipun terkadang gadis itu masih suka merenung ketika sendirian di rumah, ada satu hal yang masih menjadi pikirannya saat ini.

Dia belum menceritakan masalah kemarin ke kedua orang tuanya, entah kenapa rasanya sulit sekali bicara kepada mereka.

Selain sibuk, Alena juga sulit menyusun kata yang pas agar Pak Kusuma atau Bu Liana tidak kaget dan bisa menerima keputusannya untuk tidak lagi bersama Bryan.

"Kenapa nggak di makan?" suara bariton itu menyadarkannya dari dunianya.

Alena kaget, ia tergagap sendiri seperti salah tingkah dan bingung ingin melakukan apa. "Nggak suka sama makanannya?" tanyanya.

Alena menggeleng kuat, tidak membenarkan ucapan pria tersebut. "Hah.. Ehmm, suka kok." jawab gadis itu.

Cowok itu menghela napas berat, meletakan sendoknya lalu terfokus menatap Alena yang kini justru menunduk lesu. "Kalau suka, kenapa cuma di aduk-aduk aja?" jeda beberapa detik cowok itu melihat ke kiri dan kanan sejenak, melihat apakah dia salah membawa gadis itu ke tempat ini.

"Atau nggak suka sama tempatnya?" lagi Alena menggeleng.

"Oh.. Gue tau, ini pasti masih masalah yang sama?" kali ini Alena tersenyum memperlihatkan giginya pada cowok itu.

"Menurut kamu, kenapa aku susah banget buat ngomong jujur ke Papa sama Mama?" mengulas senyum tipis cowok itu kembali menikmati makanannya, mengunyah sampai lembut setelah itu ditelannya dengan pelan barulah ia menjawab pertanyaan Alena.

"Itu tandanya lo terlalu sayang sama mereka," jawabnya tanpa melihat kearah gadis itu.

"Iya sih, kamu benar. Mungkin aku terlalu sayang sama mereka, jadinya aku kayak nggak tega setiap mau cerita." diam sejenak Alena menunduk, melihat jari-jarinya sendiri yang dia mainkan di bawah meja. "Aku selalu gagal, setiap kali lihat senyum mereka. Aku nggak mau melihat mereka sedih. Sementara selama ini mereka udah baik, selalu berusaha buat aku bahagia, bahkan mereka jarang marahin aku."

"Itu wajar, setiap anak pasti nggak mau lihat orang tuanya sedih, begitu pun orang tua. Justru mereka yang akan berjuang untuk kebahagiaan anak-anaknya."

"Arsen," panggil Alena sangat lembut dan pelan, yang di panggil mendongak lalu tersenyum.

"Apa kamu juga menyanyangi orang tua kamu?"

Ada jeda sejenak untuk Arsen menjawab. "Nggak ada anak, yang nggak sayang sama seseorang yang sudah menghadirikan kita di dunia ini." ucap Arsen lugas.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」Where stories live. Discover now